19. Hilang

7.9K 466 20
                                    

Sudah seminggu sejak aku bertemu dengan Angga di timezone. Kami sempat saling sapa dan aku sempat memperkenalkan Sindi dan Lio padanya. Tapi ya namanya Angga, dia tidak peduli. Setelah kenalan, dia kembali pada permainannya. Namun yang lucu adalah dia memberikan semua kuponnya padaku sebelum kami berpisah. Aku masih menyimpannya di atas meja belajarku, kubungkus rapi dengan plastik bening dan kutulis tanggal pemberian Angga. Tidak lupa kuberi gambar hati di sisi kanan kirinya. Aku selalu tersenyum setiap kali memandangnya.

Sayangnya seminggu ini dia tidak ada kabar sama sekali. Kulihat instastory-nya juga kosong, tidak ada update sama sekali. Terakhir kali dia begini, dia sedang lomba game. Apa sekarang dia juga ada lomba lagi?

"Vi, kamu ketemu Angga nggak?" tanyaku pada Via yang sedang membaca novel di atas ranjangnya.

"Eng..., ketemu nggak ya? Eh iya, kemarin dia datang pas latihan, tapi cuma sebentar, itu pun dia nggak latihan," jawab Via.

"Lah kenapa?" aku penasaran.

"Yo ora weruh, Ndut. Dia Cuma sebentar aja kok. Aku nggak sempat ngobrol," jawabnya dengan nada sedikit kesal. (ya enggak tahu)

"Kenapa ya dia Vi? Nggak update instastory, nggak update apa-apa di Instagram atau whatsapp, obrolan juga menguap begitu saja. Padahal udah sempat main game bareng lho aku sama dia, ketemu di timezone juga. Tapi ya habis itu sama sekali nggak ada sambungan lagi," aku mulai curhat.

"Tauk, sibuk kali. Tapi tiga bulan lagi ada pertandingan basket sih di Surabaya. Dia lagi persiapan buat basket itu kali, Ndut," balas Via seperti profesional yang sedang menganalisis kasus.

"Ya kalau kamu penasaran ya hubungin saja lah. Jangan repot-repot terjebak dengan pertanyaan kenapa terus," lanjutnya. Dia benar sih.

Aku membuka aplikasi whatsapp, mulai mengetik pesan untuk Angga.

Aliya Maharani: Hai Ngga, apa kabar?

Terkirim. Sekarang tinggal menunggu balasan dari Angga. Sembari menunggu balasan dari Angga, aku bangkit dari kasurku dan duduk di depan meja belajar. Aku membuka laptop, lalu mulai mengecek tugas-tugas yang harus dikumpulkan minggu ini.

Ting! Satu pesan masuk. Lah malah pacarnya Sindi yang ngirim whatsapp.

Lio: Aliya, ngapain?

Aliya Maharani: Mau nugas. Kenapa dah?

Lio: Nggak apa apa. Sindi lebih suka nasi goreng atau bakmi goreng?

Aliya Maharani: Nasi mawut dia mah. Kayak hidupnya. Hahaha

Lio: Kalau kamu?

Aliya Maharani: Aku nggak suka semuanya. Suka Angga aja. Hehe

Lio: Dasar. Makan tuh Angga.

Aku meletakkan ponselku, lalu kembali membuka catatan kecil milikku. Di situ tercatat tugas-tugas yang harus ku kerjakan dalam waktu seminggu ini. Aku harus mencari artikel dan buku tentang psikologi pendidikan. Beberapa hari yang lalu aku dan Rara sudah menemukan satu buku di perpustakaan, tapi Bu Maya meminta buku yang beragam, jadi kalau bisa satu kelas harus berbeda-beda.

Aku mulai mengetik dan menggerakkan kursor di laptopku untuk mendapatkan informasi terkait artikel tentang psikologi pendidikan.

"Tumben nugas," celetuk Via dari atas kasurnya.

"Namanya juga mahasiswa," kilahku. Kemudian percakapan kami terhenti, Via tidak mau menggangguku saat mengerjakan tugas begini. Namun ada satu hal yang menggangguku, notifikasi pesan masuk. Aku buru-buru melihatnya. Angga.

Untouchable [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang