7.30. Bus nomor 401 merapat di halter seberang sekolah, menurunkan empat penumpang; dua pria pegawai kantor, wanita lansia membawa belanjaan dan seorang pemuda kecil.
"Aku sudah sampai, maksudku, kenapa harus sepagi ini? Yang benar saja!" Si pemuda berbicara dengan seseorang di seberang telpon, hampir menjatuhkan benda pipih itu, jika saja ia tidak ingat ponsel keluaran terbaru itu berharga jutaan Won.
"Soobin akan menjemputmu di gerbang, sampai jumpa. Semangat!" teriak lawan bicara, mematikan panggilan sepihak. Terdengar menghela nafas panjang dari si pemuda, terpejam rapat menahan amarah. Papan pengumuman besar di sana ingin ia robek dan bakar sekarang juga jika saja, ia tidak peduli tentang statusnya sebagai calon idola.
Menyimpan ponsel ke dalam saku, melangkah lemah memasuki gerbang. Sumpah serapah ia bisikan pada setiap tiang banguan yang di lewati sepanjang jalan. Apa yang ia cari! Penjaga kebun saja baru turun ke lahan, beberapa ruangan masih terkunci dan kopi panas penjaga sekolah terlihat nikmat disantap dengan rotu tawar.
Pemuda itu merasa di tipu. Kesialan tidak berhenti. Fakta hanya dirinya yang lolos ujian masuk, teman satu grupnya, si pemuda bongsor kelahiran Hawai harus mengulang tahun berikutnya, yang berarti ia harus menjalani tahun pertama, SENDIRIAN!
"Selamat pagi," sapanya. Sampai di lobi utama lobi utama dengan wajah yang setia masam. Ruangan luas, sunyi, terbukti dari gema suara yang memantul dari dinding ke dinding.
Mata si pemuda menemukan pintu, spontan menyentuh perut; cacing di sana memberontak karena, si pemuda melewatkan makan malam dan sarapan, dengan sengaja. Menoleh ke kiri, kanan, memastikan sekali lagi seluruh lantai kosong, sedikit berlari menghampiri ruangan itu. Setidaknya, tidak ada yang melihatnya sampai upacara penyambutan.
"Jika ada yang lebih buruk dari ini, entah apa yang aku lakukan," lirihnya, mendorong pintu kantin. Lagi, kesialan akan senantiasa menyertainya. Dimana pun. Bulu halusnya berdiri, bayangan kepala berambut panjang hitam bertumpu di meja membuat rasa kantuk si pemuda lenyap, berubah waswas, penuh waspada.
"Ah, aku memang bukan hambamu yang taat, tetapi Tuhan tolong aku," rapal si pemuda, menekuk lutut di lantai, menutup mata rapat rapat, tangan digenggam di udara.
Si pemuda mengintip di antara sela jari, sedikit waspada jika tiba tiba 'mahluk halus' itu berlari dengan posisi kayang kearahnya, seperti film yang ia tonton semalam bersama Beomgyu.
"Kakinya, tidak melayang." Si pemuda berjalan jongkok ke bawah meja, menatap tajam seseorang itu. Terpintas ide di kepalanya, pemuda bernama Kang Taehyun merogoh tas, mencari suatu benda.
Suara barang terjatuh membangunkan Soonya, tanpa bergerak sedikit pun, menutup waah dengan rambut tidak ingin melihat tetapi, dalam mode waspada.
"Hei! siapa di sana!?" teriak Soonya sedikit keras, mengedarkan pandangan dari balik rambutnya. Namun, nihil. Tak seorang pun di sini.
"Jangan main main, aku bisa berkelahi! Keluar sekarang!" lanjutnya sedikit frustasi, tangan siap mengepal di depan wajah. Ayolah ini baru hari pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Lovesick
FanfictionDi tengah malam yang hangat, musim semi memeluk semua jiwa lelah. Mengayomi sembari bernyanyi lirih pada semesta. Hiruk-pikuk kota tidak membuatnya terganggu, terlelap saja sampai kau membuka mata dan menemukan wajah orang tercinta memandangi sembar...