Aku bergegas menuju kelas, pergantian jam mendadak membuatku kewalahan. Lantai satu ke lantai empat, diberi waktu kurang dari dua menit untuk berkumpul. Suara derap langkah cepat membuatku menoleh, disusul teriakan beberapa siswa. Tanganku merogoh saku, menekan panggilan cepat yang terhubung pada seseorang.
"Aku sendirian?! Ayolah setidaknya kirim orang lain. Tubuh mereka 100 kali lebih besar dariku!" aku coba menjelaskan situasi pada seseorang di seberang telpon.
"Soonya!" teriaknya membungkam mulutku untuk kembali memprotes.
Belum genap satu minggu menjabat menjadi Tim Kedisiplinan, aku telah menangani banyak kasus. Percintaan, kesalahpahaman, paling menyedihkan. Perundungan, dan kali ini aku menebak pasti perkelahian. Terlihat dari banyaknya penonton yang mengacungkan ponsel tanpa niat melerai, sebaliknya bersorak mendukung 'jagoan' masing masing.
Aku sampai saat 'acara' setengah jalan. Chris Loun, siswa pertukaran, membuat keributan, lagi. Memilih lawan yang cukup mengundang decak kagum.
Lai Xian. Siswa tinggi, atletis, tampan, kaya, juga populer itu berhasil mengunci kepala blonde di bawahnya. Seragam berantakan, helai rambut terjatuh, dan luka berdarah di ujung bibir. Sudah sejauh itu mereka.
Aku mengambil sebuah buku B5 dari tas, menulis kejadian di sana dengan majas hiperbola. Tenang saja aku tetep memasukkan fakta, biar nanti mereka yang berdrama di ruang pendisiplinan.
Mencari informasi dari 'penonton' dan merampas ponsel 'kameramen amatir' sebagai bukti, dan tak lupa berlaga terkejut pada setiap kalimat yang kedua primadona itu teriakan selama 'acara.'
"Okay cukup, giliran dramaku dimulai." Aku meniup peluit keras keras, keduanya menatapku tajam. Xian bangkit lebih dahulu, pandanganya jatuh pada buku yang ku genggam, merapikan seragam sembari mengumpat lirih. Sementara, Crish tersungkur memegang perut, darah terus mengucur keluar dari bibir.
Xian mengatur nafas, air wajah kesal bercampur dendam. Beruntung, tim kesehatan datang tepat waktu sebelum tiang bendera itu melepaskan bogem lagi. Tubuh chris dibawa menggunakan tandu, menyisakan aku dan Xian saling melempar tatapan tajam. Pemuda itu berdecak sebelum pergi begitu saja.
Aku tidak suka ikut campur masalah orang lain, tetapi aku terlanjur masuk ke organisasi ini karena, iming iming Sunwoo yang mengatakan bisa melewatkan mata pelajaran, disegani di sekolah, dan tidur saat pelajaran tanpa ditegur. Nyatanya itu hanya bualan!
Tetapi salahku juga karena, tidak ingin sia sia selalu datang pagi. Salahkan Mama.
📔📔📔
Aku, Xian dan Chris berakhir di ruang pendisiplinan. Menatap bergantian keduanya. Aku mengenal Xian dan temperamen buruknya dari Kak Yoojin.
"Dia calon idol, kedua orang tuanya pengusaha kaya raya, berkuasa di negara asalnya, jadi tolong jaga dia baik baik," tutur Kak Yoojin setiap pagi sembari mengantarku sekolah. Sekarang, apa pemuda ini masih pantas menjadi idola banyak orang?!
"Jelaskan dalam satu kalimat singkat sebelum aku meminta kalian mengklarifikasi semuanya di depan kepala sekolah," ucapku lantang. Xian mengangkat pandangan. Aku mengangguk sekali, mengizinkan ia berbicara.
"Aku tidak pernah bertemu seseorang begitu menggelikan seperti dia!" Teriak Xian membuatku tertarik pada cerita pemuda itu.
"Apa yang begitu menggelikan sampai membuat Tuan tiang bendera murka besar?" Mari cari tau. Tubuhku condong ke depan, mendesak Xian menjelaskan.
"Saat liburan musim panas," ucap Xian penuh penekanan.
"Liburan musim panas," ulangku dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Lovesick
FanfictionDi tengah malam yang hangat, musim semi memeluk semua jiwa lelah. Mengayomi sembari bernyanyi lirih pada semesta. Hiruk-pikuk kota tidak membuatnya terganggu, terlelap saja sampai kau membuka mata dan menemukan wajah orang tercinta memandangi sembar...