'Nona manis menanam lima pohon muda di taman belakang, berharap esok hari kelimanya akan tubuh kokoh, berdahan besar, berdaun lebar agar ia bisa beristrahat hingga terlelap. Hembusan angin tolong nyanyikaan lagu tidur, Nona manis butuh istirahat ekstra sebab mengurus taman besar ini sendirian. Waktu jika bisa berhenti, abadi dalam pelukan alam, di bawah bintang.'
'Nuansa baru datang, pohon tumbuh kian makmur. Tamu tak di undang datang, benih pohon mapel yang dibawa tupai kecil mulai muncul ke permukaan. Tetapi Nona manis tidak keberatan, semakin tidak sabar menggelar karpet dan menyajikan makanan manis sembari menikmati venus saat dini hari.'
'Siapapun akan terkejut memasuki taman Nona manis, meski kecil dan terletak di tengah kota. Sukses membuat orang yang mampir seolah berjalan di dimensi lain, melupakan kegilaan kota sejenak, menghirup oksigen murni dari suara tawa berbagai flora. Jadi, silakan datang bertamu, nona manis juga sedang menunggu seseorang. Mari minum teh dan membicarakan banyak hal.'
"Perumpamaan yang menarik. Dari mana kau dapat kalimat itu?" tanya seorang gadis setelah membaca sajak singkat untuk tugas essay Madam Kim. Soonya berpikir sejenak. "Tidak ada, hanya berandai andai."
Gadis itu tersenyum miring, mengerti betul arah pembiacaraan Soonya. "Apa yang terjadi jika taman Nona manis diterpa badai?" tanya si gadis, memancing reaksi tidak terduga dari soonya. "Hei! Jaga bahasamu! Taman mereka akan mekar dan berbunga lebat, Nona manis bahkan akan membuka toko bunga!" jelas soonya panjang lebar, terbawa emosi membuatnya tanpa sadar meninggikan suara.
Si gadis tertawa terbahak, menepuk pundak Soonya, sampai berlinang air mata. Soonya ditepis tangan si gadis, berdecak kesal. "Hari ini pasti berjalan lancar. Taehyun dan senior Beomgyu mengambil banyak cuti untuk persiapan debut. Tidak terbayang latihan mereka pasti melelahkan." Gadis itu bersandar di kursi. Soonya melirik singkat bangku si Pinokio dan ia duduk.
Tempat idaman para siswa, bangku ujung belakang, jauh dari pandangan guru dan tirai yang menyapu wajah saat siang. Tempat terbaik mengembalikan tenaga setelah penat seharian. Soonya semampunya menenangkan debar berlebih. Namun, yang ia temukan adalah pesan singkat dari si pemuda, seolah bukan masalah besar.
Seperti biasa, Soonya membaca pesan itu tanpa membalas, menunggu saat mereka bertemu dan berbicara. Atap kantor menjadi saksi bisu canda tawa kedua remaja itu, sampai ketukan singkat di balik pintu menandakan perpisahan, tak ada janji untuk bertemu esok hari. Si Pinokio sangat sibuk. Soonya hanya bisa menunggu, bila waktu memberi kesempatan mereka duduk berdua lagi, Soonya harap akan sedikit lebih lama, agar si gadis dapat dengan jelas mengambar setiap leuk wajah pemuda yang menjajah buku sketsanya.
"Ayolah Madam, hari ini siswa anda debut, bukankah sangat membangakan?" mohon salah satu siswa pada Madam Kim. Pelajaran sastra di siang hari memang menyebalkan, tapi lebih menyebalkan karena, bertepatan dengan siaran langsung debut TXT. Nama resmi grup baru BigHit.
"Banyak siswa sekolah ini debut menajdi idol, aktor, model. Apa yang berbeda," ketus madam kim. "Astaga madam, tentu berbeda, dia taehyun, anak murid anda," ucap siswi lain, ikut jengkel karena, sifat tidak suportif madam kim pada peserta didik yang secara tidak langsung juga mempromosikan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Lovesick
FanfictionDi tengah malam yang hangat, musim semi memeluk semua jiwa lelah. Mengayomi sembari bernyanyi lirih pada semesta. Hiruk-pikuk kota tidak membuatnya terganggu, terlelap saja sampai kau membuka mata dan menemukan wajah orang tercinta memandangi sembar...