Taksi berhenti di persimpangan jalan, sang supir menoleh ragu. "Tuan, aku tidak bisa mengantarmu lebih jauh."
"Ada perbaikan jalan besar." Beton beton diangkut oleh mobil besar, polisi dan pekerja terlihat sibuk dengan tugas masing masing, papan peringatan tertulis jelas larangan melintas. Namun, Taehyun tidak mau tau.
Dia harus menemui Soonya entah Vanya sekarang juga!!!
"Apa!? Tidak bisakah kita kesana!?" Rumah sakit Taehyun tuju berada di balik persimpangan itu. Keringat dingin membasahi tangan, debar jantung menggebu mendobrak kuat tulang rusuk, kepala Taehyun terus meneriakan kalimat jahat, memekak telinga.
Ia tidak tahan lagi!!
"Maaf tuan. Aku takut tidak bisa mengantar Anda kesana," cicit supir taksi di akhir.
Taehyun menghela nafas, menjambak rambut frustasi, bergegas keluar mobil. "Terima kasih, ambil kembaliannya."
Tidak ada pilihan lain.
Pemuda itu memakai topi dan masker hitam menyusup diantara pengguna jalan lain. Beruntung hari menjelang sore, memasuki jam pulang kantor pekerja katoran dan sekolah, bergegas mengakhiri kesibukan mereka dan bersiap menyambut akhir pekan. Pemuda itu terkubur dalam lautan manusia kelelahan mengaung meminta istirahat sejenak pada dunia.
Sejujurnya, Taehyun juga salah satu dari mereka.
Dalam mode 'menyamarkan identitas' mencoba tidak terlihat mencolok, menghindari kontak mata dengan siapa pun. Sesampai di pintu masuk pemuda itu terburu buru memasuki loby rumah sakit, mempercepat langkah menyadari banyak pasang mata mulai mengawasi.
"Hei, permisi aku mencari seseorang bernama kang Soonya?" ucap si pemuda di meja resepsionis, mencuri pandang kearah tiga remaja di ruang tunggu. Kemera mereka jelas membidik Taehyun.
"Nyonya Kang baru saja keluar pagi ini." Pegawai itu tersenyum ramah. Namun, berbanding terbalik dengan Taehyun yang tampak terkejut bukan kepalang.
"Keluar? Soonya sudah sembuh?!" ujarnya sedikit berteriak, mengundang lebih banyak pasang mata penasaran menatap selidik kearahnya.
Suster itu merendahkan badan, berbisik. "Maaf kami tidak bisa memberikan informasi pribadi pasien."
Kaki Taehyun semula menengang perlahan lemah dan hampir terjatuh ke lantai. Meninggalkan meja resepsionis, suara suara dalam kepala mencaci maki, keringan di wajah berubah air mata tertahan.
Dingin, Taehyun meraskan dingin lagi.
"Kak Yeonjun." Panggilan ponsel diikuti suara parau dari si pemuda, langkahnya direset tanpa arah.
"Tenang, aku sebentar lagi sampai! Tunggu Tae, tenang!" Seseorang di seberang terdengar kerepotan dengan kemudi dan ponsel di telinga kiri, coba menambah kecepatan, menembus jalanan ramai.
"Oh, hati hati dengan paparzi," lanjut sang Kaka sebelum suara ponsel terjatuh dan panggilan terputus.
Taehyun setia menuduk, merasakan kilatan cahaya bertubi tubi bak tembakan pistol, suara suara lirih memanggil manggil namanya, decakan tidak percaya dan ekspresi kaget memenuhi pintu kaca. "Mereka disini."
Panggilan sudah terputus, tetapi Taehyun enggan menurunkan ponsel, memegang erat, berharap seseorang menariknya kabur ke tempat persembunyian teraman dari dunia.
"Jangan khawatir, satu belokkan lagi." Monolog Yeonjun menginjak pendal kuat, decitan antara jalan dan ban mobil.
"Kak..." Taehyun kesulitan menarik nafas, oksigen pun meninggalkannya. Ia tercekat.
"Jangan tinggalkan aku..." lanjutnya.
Air mata Taehyun meleleh seluruhnya, kamera semakin menggila mengabadikan momen menyayat hati itu, tanpa satupun mencoba menenangkan atau bertanya perihal apa yang membuat peri TXT itu begitu terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Lovesick
FanfictionDi tengah malam yang hangat, musim semi memeluk semua jiwa lelah. Mengayomi sembari bernyanyi lirih pada semesta. Hiruk-pikuk kota tidak membuatnya terganggu, terlelap saja sampai kau membuka mata dan menemukan wajah orang tercinta memandangi sembar...