14: Duckman S3 Ep12

399 56 2
                                    

Ponsel keluaran terbaru milik Beomgyu tidak bekerja seperti semestinya. Mode senyap, terkubur dalam tas, tanpa niat untuk diperiksa, meski banyak nomor mencoba menghubungi.

Beomgyu menggenggam kuat leher gitar. Pemuda pembohong yang akan terus bersembunyi dalam kalimat manisnya, menelik langit berselimut awan, senyum mentari mengintip malu malu, tetapi mata si pemuda tampak sendu tertahan. Pikiran melayang, terlukis dalam anggan wajah gadis yang berjarak hanya satu jengkal darinya.

 Pikiran melayang, terlukis dalam anggan wajah gadis yang berjarak hanya satu jengkal darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kenapa harus menatap sejauh itu untuk sosok nyata di depan mata?'

Mencoba membuka obrolan. Namun, semua hal tentangnya sudah Beomgyu hafal di luar kepala, bingung setengah mati harus memulai dari mana. Memilih bungkam, menjawab sekenanya, keberanian menguap saat kedua pasang mata saling bertatapan dan senyum si cantik merekah.

Beomgyu sudah mengetahui semuanya, dan ia memilih menyerah.

"Aku mengenal orang ini, mau aku sampaikan salam?" ucap Beomgyu tak lupa tersenyum lembut.

Dibalas tawa kecil si cantik. "Aku rasa tidak perlu, tetapi."

Si gadis beranjak ke meja belajar, merobek kertas dari sebuah buku di loker meja. Menyodorkan sobekkan kertas itu pada Beomgyu.

"Tolong sampaikan cinta Soonya padanya," ucap Vanya dengan suara mantap. Beomgyu tertawa canggung, menatap gambar itu dengan perasaan campur aduk. Senang, sedikit sedih, tetapi lega seolah, beban di pundaknya lenyap begitu saja.

"Gambar yang bagus." Kalimat paling bodoh yang Beomgyu ucapkan. Beruntung hati baik dan polos Vanya merespon baik.

"Soonya yang menggambar, dia memang berbakat." Tawanya kecil.

Kalian mendengar sesuatu patah? Iya, hati Beomgyu jatuh, pecah berserakan di tanah.

"Tetapi untuk yang terakhir tadi, jangan katakan dulu. Jika, ada waktu bertemu. Vanya tidak bisa berjani, tetapi Vanya akan membawa soonya kembali, biarkan is mengatakannya sendiri," cicit si cantik, menatap Beomgyu penuh kebahagiaan, pipi memerah manis. Beomgyu tidak tahan untuk mengelusnya.

"Baiklah." Namun, tangannya tak pernah sampai.

📔📔📔

Ruang latihan dikelilingi atmosfer dingin, jendela dibuka meski, angin malam sayup sayup membekukan kulit. Seorang terduduk di ujung ruangan dalam kegelapan hampa, menghadap kaca besar, membingkai sosok pemuda pucat terpuruk memeluk lutut, menggigit bibir bawah, menahan isakkan.

Kepalanya mendongak, tersesat dalam tatapan kabur sebab, air mata. Tidak pernah berpikir dirinya bisa berantakan dan hancur. Cahaya kehidupan meninggalkan jiwanya perlahan.

Sekarang katakan bagaimana Taehyun bisa bertahan? Saat dirinya pun merasa tidak layak.

Dua comeback berlalu, setia memasang senyum palsu. Menyakitkan melihat wajah penggemar bahagia bertemu dengannya. Sementara, di kelapa si Pinokio hanya tatapan sendu Soonya sebelum pergi, tanpa berpikir itu menjadi kesempatan terakhir mereka bertemu.

Into LovesickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang