07: Let's Runaway To Another Universe

650 77 1
                                    

Dewi malam meninggalkan singgasana, tetapi tak merubah warna langit menjadi biru muda. Menyembunyikan sinar mentari di balik awan kelabu dan titik salju sebagai pernak pernik angkasa. Orang orang mengeratkan pelukan pada selimut, terasa berat untuk membuka mata, memilih meringkuk di atas ranjang berharap kantuk menjemput dan kembali terlelap.

"Tidak, sekolah yang utama! Bangun Soonya," teriak si gadis memotivasi diri, menyibak selimut, melangkah tegap menuju kamar mandi. Menutup tirai, mematikan saklar lampu. Namun, sebelum Soonya turun ke lantai dasar, sempat melirik singkat permen di atas meja belajar. Bisa ditebak siapa pemberinya. Merk dan rasa itu tidak pernah berubah.

"Selamat pagi Daniel dan terima kasih mengatarku pulang semalam." Soonya menutup pintu tanpa menyentuh sepasang permen itu.

Sarapan berlangsung seperti biasa. Papa menyesap kopi sembari membaca perkembangan pekerjaan. Mama mengoles selai stroberi di roti panggang. Sementara, anak gadis mereka serius menyayat kertas hampa dengan ujung tumpul pensil.

"Soo, ada yang menarik dari kunjunganmu ke kantor Yoojin kemarin?" celetuk Mama tiba tiba. Soonya membelalakan mata, terkejut, tetapi coba ia kendalikan dengan baik.

"Aku belajar banyak hal, sepertinya aku akan menikmati pekerjaan ini," balas Soonya, mengambil satu roti panggang dan bergegas pamit ke sekolah. Pintu Soonya tutup perlahan, melangkah meninggalkan halaman rumah, membuka gerbang dengan suasana hati gembira. Namun, tiba tiba saja.

"Astaga! Taehyun!!" pekik Soonya mendapati pemuda hidung banggir itu berdiri tepat di hadapnya. Wajah tanpa ekspresi si pinokio menatap lurus Soonya.

"Apa yang kau lakukan! Penggemarmu dimana mana. Kau gila?!" sambung Soonya, tidak habis pikir pemuda pinokio berkeliaran sesuka hati tanpa merasa khawatir pada penggemar fanatik. Seolah lupa apa yang ia lakukan di pertemuan pertama mereka.

Taehyun memalingkan wajah secepat mungkin, menahan gugup.

"Aku membawa masker," cicit Taehyun mendapat decakkan kesal dari sang lawan bicara.

"Kau pikir masker bisa menyembunyikan seluruh tubuhmu?! Membuatmu tidak terlihat?! Yang benar saja!!" kesal Soonya. Matahari belum naik, tetapi Pinokio itu berhasil membuatnya naik pitam. Soonya berbalik, meninggalkan Taehyun sembari menutup wajah dengan telapak tangan. Berjaga bila esok hari foto wajahnya tersebar di sosial media.

"Masih pagi, kenapa kau sudah mengomel?" Taehyun menyusul langkah Soonya.

"Tuan idol yang terhormat, kau ingin mendapat masalah tepat sebelum debut?" desis Soonya. Taehyun terdiam sejenak, tersadar dengan perkataan si gadis.

"Aku pikir kau sangat menghindari soal skandal dan rumor," tambah Soonya melangkah mendekat, sukses membuat pinokio itu memerah tomat.

"Aku hanya ingin berangkat sekolah bersamamu tepat tinggal kita searah," lirih Taehyun, mencoba menjelaskan sedikit ragu. Sudah sejauh ini, hadapi saja Taehyun.

"Oh, lihat jam, kita terlambat! Ayo cepat!" Taehyun meraih tangan Soonya yang menutup wajah, mengajak berlari ke ujung persimpangan.

"Terlambat?! Kenapa tidak katakan dari tadi!" Soonya menghempas genggaman Taehyun dan berlari lebih cepat mendahului pinokio itu.

Tepat kearah matahari terbit seluit Soonya menyatu dengan pelukan hangat sang surya. Kebetulan entah takdir, itu cahaya mentari pertama sejak salju tururn.

Menebarkan harapan akan musim semi yang tinggal menghitung minggu. Ikat rambut si gadis terlepas oleh angin, membuat rambut sepanjang bahu tersibak, disisir perlahan penuh sayang oleh semesta.

Pemandangan luar biasa membawa sengatan di pusat kehidupan Taehyun, setiap gerakan melambat dalam kacamata si pemuda. Tidak ingin kehilangan momen, Taehyun membuang semua harga dirinya keluar jendela, memacu langkah pasti ke sisi kosong Soonya, meraih bayangan semu, tetapi meleset.

Into LovesickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang