Kalender tak henti menghitung hari, melewati bulan demi bulan dengan pasti. Terhitung dua kali pergantian musim. Selama itu pun Taehyun dirundung gelisah. Kepalanya berkecambu pikiran buruk, tidak masuk akal karena, gadis yang kini keberadaanya tidak si pemuda ketahui.
'Apakah dia membaik? Masih mengingat dirinya? Soonya atau Vanya kini?'
"Taehyun, kang Taehyun," panggil produser memecah lamunan si pemuda, tanpa sadar jemarinya terlilit kabel headphone.
"Maaf, produser." Taehyun membungkuk kikuk.
Rekaman untuk comeback mendatang, tidak disangka mereka sampai di babak ini. Aktivitas promosi dan syuting berbagai produk yang bekerja sama selalu sukses membuat Taehyun terlalap tanpa bantuan obat apapun.
Berdamai dengan kenyataan. Vanya bukanlah Soonya dan Soonya bukanlah Vanya. Taehyun pikir hidupnya akan jauh lebih tenang. Setidaknya, ia tidak terlalu merasa bersalah sebab, menyianyiakan pertemuan terakhir mereka. Masih ada harapan bertemu Soonya dan keduanya lembali berbagi cerita sampai malam menyapa, menikmati pemandangan penuh bintang di atap, berteman latte hangat.
Sial, siapa yang Taehyun bohongi. Sampai sekarang relung dadanya terus terasa nyeri, mendengar nama Soonya membuat hatinya gusar, berimbas pada jam tidur yang jauh lebih pendek dari masa hidup serangga terbang pencari cahaya.
Taehyun mengedarkan pandangan, memori yang biasanya mengisis hati Taehyun, setelah melihat tempat ini lagi, seolah meledakan bom waktu. Tinggal menunggu waktu menumpahkan segalanya dan si pemuda akan tidak berdaya dalam sekjap. Sofa panjang, meja marmer di tengah ruangan, kursi yang Soonya duduki hari itu. Kaca besar dihadapnya membingkai semua keselarasan bak lukisan sederhana penuh makna luka. Aroma latte dan teh susu merambak, membanjiri otak Taehyun hingga berhenti bekerja.
"Kau ingin istirahat?" Taehyun mengangguk cepat, melepas headphone dan berlalu keluar ruangan, tanpa suara.
Ruang di ujung sepertinya menemukan penghuni baru. Pemuda itu terbaring di sofa, menutup wajah dengan lengan, tanpa menyalakan lampu. Meninggalkan pintu sedikit terbuka, hanya itu yang Taehyun izinkan masuk.
Pemuda itu menarik nafas dalam, menekan rasa perih di dada sekuat tenaga. Memukul kepala dengan kepalan tangan berharap pening yang ia rasa hanya mimpi buruk belaka. Namun, peri alam mimpi mengabulkannya.
"Kang Taehyun." Seseorang tanpa mengetuk pintu menyelinap masuk, duduk di sofa seberang.
"Kak Yoojin, kapan kembali?" samar samar cahaya lampu membingkai wajah pria itu. Warisan turun temurun dari keluarga Kang sangat istimewa.
Senyuman tipis dan tatapan teduh. Mungkin juga alasan mendasar Taehyun sulit memalingkan mata setiap duduk berhadapan dengan Soonya. Ragu apakah hal ini juga terjadi pada Vanya.
"Baru saja, aku tidak bisa cuti selamanya," balas yoojin. Sedikit terkejut, mata sembab Taehyun membuatnya berat hari.
"Bagimana comeback kalian, melelahkan?" lanjutnya, mengalihkan topik.
"Tidak juga. Percaya atau tidak aku mulai terbiasa." Dinding harga diri Taehyun melebur, tarikan nafas berat menandakan kondisinya cukup sulit sekarang. Anak jaman sekarang sangat pintar menahan sakit.
Hebat.
"Syukurlah, aku tidak perlu khawatir, benar?" ucap yoojin lega. Taehyun tersenyum simpul.
Satu jam tenggelam dalam lamunan, ponsel Taehyun mulai memberontak, mode senyap kalah dengan banyaknya pesan dan panggilan yang di terima. Namun, sama sekali pemuda itu tidak berniat memeriksa.
Taehyun memilih menatap keluar jendela, menyesap perlahan kopi keempatnya. Persetan dengan penyakit baru yang menunggu antrian menyerang tubuhnya. Taehyun sudah kebal. Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Lovesick
FanfictionDi tengah malam yang hangat, musim semi memeluk semua jiwa lelah. Mengayomi sembari bernyanyi lirih pada semesta. Hiruk-pikuk kota tidak membuatnya terganggu, terlelap saja sampai kau membuka mata dan menemukan wajah orang tercinta memandangi sembar...