Kumpulan rumus matematika kini menemani Adara di meja belajar. Iya, besok hari pertama ia memulai ulangan, dan parahnya di hari pertama ulangan kenapa harus matematika. Huft. Adara mendengus.
Baru lima menit saja Adara sudah merasa jenuh. Kepalanya merasa pusing harus menghafal rumus - rumus. Dia merasa tidak ahli dalam bidang hitung menghitung, dia hanya bisa menggambar, menggambar, dan menggambar.
Ia bangkit dari duduknya, dan pergi ke dapur untuk mengambil snack yang ia beli tadi siang. Ketika ia melihat snack nya di meja hanya tinggal cangkangnya. Ia geram itu pasti perbuatan abangnya.
"ABANG!"teriak Adara, langsung menghampiri abangnya di kamar. Ia menggebrak pintu abangnya, hingga membuat abangnya kaget.
"Bang! Lo makan cemilan gue ya?"tanya Adara dengan emosi.
"Iya"jawab Arkan dengan santai.
"Ish... balikin gak!?"
"Kalau di balikin juga percuma udah gue makan"
"Pokoknya gak mau tau balikin cemilan gue"
"Mau gue muntahin?"
"Gak lah"
"Terus?"
"Ya lo beliin lagi yang baru, Se - Ka - Rang, "
"Gak mau, beli aja sendiri"
"Bang! Gue itung sampai tiga kalau lo gak pergi juga gue timpuk pake sendal"ujar Adara geram, ia sudah memegang sendal jepitnya bersiap - siap akan menimpuk abangnya.
"Iya iya, duitnya mana?"tanya Arkan.
"Pake duit lo lah"
"Untung sayang"ujar Arkan mengelus dadanya.
Arkan terpaksa pergi ke mini market, dari pada adiknya ngamuk, lebih baik ia menurut saja karena dia juga memang salah sudah mengambil snack adiknya.
Bunda Adara mengirim pesan whatsapp, bahwa bundanya tidak akan pulang kerumah karena tantenya sedang sakit dan dirawat. Tadinya Adara ingin menyusul Bundanya, tapi ia dilarang, katanya Adara harus mengikuti ulangan jangan bolos.
Jadi Adara berinisiatif sendiri dia akan pergi kerumah sakit setelah pulang sekolah.
***
Sedangkan di kediaman keluarga wardhana, Putra sedang bersantai di balkon kamarnya dengan ditemani secangkir teh. Ia menikmati udara malam yang dingin, Putra memejamkan mata sebentar, dia bisa istirahat untuk sejenak tanpa memikirkan masalah apapun.
Bintang - bintang yang memenuhi langit malam bersinar begitu indah, entah kenapa Putra merasa bahwa ibunya sedang melihat dirinya dari atas sana.
Pria paruh baya, yang tak lain adalah Rajendra - ayah Putra - datang menghampiri Putra. Putra hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap langit tanpa berkata apa pun.
"Putra, Papa ingin bicara sama kamu" ujar Rajendra dengan suara tegas.
"Bicara aja, gak usah minta ijin"
"Kamu itu harus berubah, jangan kayak gini terus"lanjutnya.
"Papa mau aku berubah jadi apa? Spidermen?atau Batman?"tanya Putra dengan menaikan sebelah alisnya.
"Bukan itu maksud papa, kamu itu harus belajar peduli dengan lingkungan sekitar, cepat lambat kamu akan terjun ke lingkungan masyarakat. Kamu gak mungkin hidup sendiri, karena manusia itu gak bisa hidup sendiri, manusia butuh orang lain."
![](https://img.wattpad.com/cover/177752951-288-k344414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS
Ficção Adolescente[ On Going ] Ini hanya cerita tentang remaja SMA 01 Bangsa. Mereka remaja yang masih menginjak umur 17 tahun, yang masih plin plan. Tapi mereka semua mempunyai impian masing - masing yang ingin mereka capai selama hidupnya.