15. ILUSI

46 2 0
                                    

Berlari kecil menghindari masalah. Dua pria itu tidak nampak bosan. Sesekali aku melayang ke udara. Membuat bunyi pada jariku untuk menciptakan ilusi yg mengacaukan mereka.

Apa yg mereka inginkan dariku.

Aku orang yg tidak mau memiliki masalah.
Aku hanya akan terus berlari dan berlari menghindar.

Terkadang aku merasa itu sebuah sifat burukku. Tetapi tidak juga. Dimana ada hal yg penting menurutku aku akan serius. Egois.

Berbagai wujud ilusi mereka tepis dengan wujud ilusi juga.
Sampaikan pada tempat yg mengalami perubahan dimensi ruang.

Ini cukup hebat, pikirku

Sebuah tempat sepi penuh dengan bangunan tinggi.
Aku turun dan menembus tembok.
Mudah . Aku melatihnya bertahun tahun. Dahulu hal ini cukup membuatku memar pada dahi dan tangan.

Aku diam dibalik dinding kaca. Dan mereka melewatiku.
Sempurna ..
Kemampuan mereka berdua masih dibawah ku.

Aku keluar melawan alur pengejaran mereka. Melewati tembok besar. Sampai pada sebuah kebun kumuh dan rumah kumuh.

Ada beberapa orang beraktifitas disitu.

Santai dan tidak ramah aku berlalu begitu saja.

Seorang pria tua menahan pundakku.

Kamu....?

Aku mengerutkan dahi. Ntahlah . Aku seperti Dejavu pernah melihat pria tua itu.

Iya, kamu itu ... Yg pernah kerja di hutan dulu. Kita pernah bersama kerja dan makan satu periuk bersama.

Aku malas mendengarnya. Seolah ucapannya meminta pengakuan menjadi saudara ku.

Aku melupakannya , ujarku.
Aku tidak ingat apapun, sambungku
Aku tekankan padanya bahwa aku seorang yg mudah pelupa. Sudah seperti amnesia saja.

Pergilah lurus ke sana. Jgn ke kanan. Karena disitu area taman tebing ilusi. Itu merupakan tempat terlarang bagi siapa saja. Akan membuat pengunjungnya tersesat.

Dia menjelaskan rinci atas permintaan ku untuk keluar dari tempat ini.

Dan aku cepat berlalu karena dua pengejaran sudah terlihat.

Sial, apakah aku memiliki bau badan. Mereka tepat betul dengan jejakku.

Ideku brilian. Aku langsung saja memasuki mitos tidak jelas pria tua tadi. Jika benar biarlah kami bertiga terjebak disini.

Ya benar. Semak bunga. Lalu bebatuan. Kekanan melintasi jalan terjal. Melayang sebentar. Bla.. bla.. bla.. Itu dia... Seruku dalam hati Aku mendapatkan batuan besar dan tinggi.

Aku memantau dari balik semak. Tersenyum jahat melihat dua pengejaran kebingungan. Mereka sedari tadi hanya berputar ditempat itu.

Haha..rasakan itu . Kalian tidak akan mendapatkan ku lagi. Dan selamat tinggal. Benakku berkata begitu.

Aku hanya merasa Dejavu mengenal tempat ini. Ntahlah aku mendadak tau kunci jalan keluarnya.

Aku naik keatas batu . Memantau laut biru dengan riak aneh kecoklatan. Ada terlihat pulau diseberang sana dan satu kapal mewah sedang berlabuh. Pemandangan yg indah.

Aku melompat turun dan melayang kearah pantai. Tepat pada seorang pria muda yg menjadi tour guide pada 3 wanita bule.

Dan sial angin terlalu kencang. Aku berpegangan pada kaki pria itu. Dan kami tercebur ke pantai.

Wow... Ini bahaya. Invasi makhluk aneh sudah ada di sore ini. Pekiknya terkejut.

Dia cepat keluar dari area pantai. Dan mengibaskan kakinya.
Aku heran. Ada apakah.

Aku merasakan gerakan di permukaan kulitku. Benar. 1 hewan seperti lintah menempel di pahaku. Mudah sekali membuat celanaku sobek.
Pria muda tadi reflek mengibaskan sebuah saputangan dan hewan itu jatuh dengan mati seketika.

Leherku.
Pundakku
Dan punggungku
Dia juga mengibas betisnya sendiri.
Expresinya begitu pucat.

Apa yg kamu lakukan . Aku tidak mau mati dengan cepat karena kecerobohanmu. Katanya sambil memeriksa bagian lainnya.

Ahhh. Dia terlalu berisik. Dan segera berlalu. Tanpa berterimakasih. Aku merasa itu bukan salahku.

Dia menahan bahuku.
Aku penunjuk jalan di area sini. Ikutlah denganku . Kau akan aman. Ucapnya pelan.

Aku melihatnya tajam. Aku memutar pandangan pada 3 wanita bule. Ini situasi yg buruk.

Aku kembalikan pandanganku padanya.
Bukan manusia. desisku.

Dan dia tersenyum sarkas.

DREAM STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang