22. TUGAS

27 3 0
                                    

Sesuai instruksi aku menaiki tangga berikutnya. Dan menemukan 3 orang sedang berbincang. 1 pria dan 2 wanita.
Aku tidak perlu berbasa-basi. Langsung saja roda tenaga berputar kencang di bagian pusatku.
Dan itu mulai memanas.
Mereka bertiga langsung menatapku tajam .
Pria itu mengeraskan badan nya dan dia menjadi seperti tank perang.
Wanita berambut pirang menjauh dan dia memunculkan sayap peri.
Dan wanita satunya memunculkan senjata Laras. Bersiap ke arahku.
Aku menatap mereka malas.
Ah, ayolah. Ini imajinasi yang buruk. Ucapku dalam hati.

Tank terhempas Kedinding karena tendangan ku. Seperti teleport aku sampai pada peri yang berusaha menjauhiku. Bagiku gerakan dia lamban. Aku menjatuhkannya dan menancapkan batang besi kecil ditangannya pada lantai. Dia terkunci disitu. Tank berusaha menolong. Tetapi dia mengalami nasib yg sama.

Cklek...

Suara senjata mengarahkan ku pada satu personil tersisa. Dia menembakkan peluru panasnya. Aku maju dan mengibaskan peluru itu terus menerus.

Sampai pada tanganku memegang senjata itu lalu melemparkannya. Lalu mencekik wanita itu sampai bersandar didinding.

Tank : " kumohon. Ini sakit sekali. Katakan apa mau mu. Kami akan menurutinya. "

Aku menoleh pada wajahnya yg meringis kesakitan.
Orang orang ini lemah sekali. Ucapku dalam hati.
Darah!
Mereka berdarah.

Sebenarnya apa mau dia. 3 orang ini berdarah. Mereka adalah boneka imajinasi dari dimensi ini.

Aku mencabut besi itu. Walau mereka bukan sesiapapun aku orang yg sangat iba.

Peri itu terlihat menangis. Dia menjulurkan telapak tangannya yg berdarah hebat. Dia terlihat ketakutan.

Aku meraihnya.
"Diamlah, aku akan mengobatinya."

Tapak tangan ku yg memancarkan warna hijau muda mengobati itu. Dan menghilangkan bekas lukanya sekaligus.
Termasuk tank itu juga.

Aku tau mereka mirip dengan karakter sebuah permainan.
Dan penciptanya ini buruk sekali. Mereka lemah.

Seorang Lucid dream harus berhati hati dalam berimajinasi. Itu bisa menciptakan karakter dalam dimensi ini.

Sebuah tontonan. Ataupun sebuah bacaan yg menekan pikiran bisa saja muncul dalam mimpimu seperti nyata.

Aku berdiri dan menuju ruangan sebelah.
"Kalian harus bergabung pada kelompok ..." Ucapku tanpa melihat mereka.

Di ruangan sebelah aku melepas kabel kabel perlengkapan digital.
Satu bayangan hitam memeluk pundakku dari belakang.
Dia berbisik mengendus leherku .

"Kau menjalankan tugas dengan baik. Dan itu cepat sekali. "

Aku menatap lurus ke depan.

"Sesuai kesepakatan"
"Katakan dimana lokasimu yg benar"

Dia menyeringai seperti iblis. Lalu berbisik.

"Mimpi adalah mimpi, jangan bawa persoalan disini kedalam kehidupan yg sesungguhnya."

Sial. Aku menendang lemari mini di depanku.
Aku terbawa perasaan dan itu sebuah privasi yg tidak boleh di katakan.

Aku pergi membawa benda yg dia mau.

" Ae". Sapaku pada wanita yg memegang senjata.

"Kau punya senjata yg baik"?

Dia mengangguk. Dan pergi menuruni tangga lalu kembali dengan senjata Laras yg baru.

" Apa aku perlu mengajari kalian untuk menjadi kuat. "

"Ya. Tentu saja. Kami mengharapkan itu darimu"

"Baiklah . Ada 3 kesempatan saja dariku" .

Aku memulai dari wanita itu. Sepertinya mudah untuk diajari.

"Pukulan pertama kau harus gunakan satu tembakan yg benar benar kuat. Dan untuk target sasaran yg pas. Kau bisa berkamuflase. Seperti menghilangkan diri. "

Dia terbengong.

"Itu bagus sekali , tidak kusangka kamu pintar sekali. Padahal kamu bukan pengguna senjata " ucapnya .

Peri : " aku ada sesuatu disini."
Mereka mengarah ke gudang dan mengambil sehelai kain yg bisa menghilangkan diri. Mereka mencobanya.

"Lalu yg kedua bagaimana?"

Aku ingin bicara tapi terpotong oleh bayangan hitam.

" Waktumu tidak banyak"
"Baiklah orang bodoh. Bonekamu perlu diajarin dengan baik"
"Itu urusanku"

Aku mendengus dan berlalu menembus dinding..

DREAM STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang