Suara berisik berasal dari dapur. Mereka yg sedang masak di dapur berlarian.
"Ada apa?"
Penjelasan terbata dari seseorang mengejutkanku.
"Aku tidak tahu pasti itu apa. Aku merasa itu adalah makanan hidup" ujarnya dengan wajah pucat ketakutan.
Tidak butuh waktu lama untuk dinding kamar yg rusak.
Aku melihat sosok besar seperti sekumpulan mie. Dan dia menangkap salah seorang yg hendak kabur.
Sial.. ada yg mengacaukan dimensi.
"Semuanya ayo lari. Teriakku.
Monster itu tidak menyerah . Dia terus mengejar sampai dijalanan. Aku merasa target dia adalah orang disekitar ku.
Ku lihat kakak dan adik Perempuanku berlari tidak jauh dari ku.
Ya Tuhan, kenapa disaat seperti ini keluargaku ada. Aku orang yg tidak suka membawa masalah pada keluarga.
Aku melemparkan bola energi yang tidak bisa mereka lihat . 20 penggunaan di setiapnya.
Aku orang yg tidak mau repot harus berhadapan dengan persen. Sejujurnya aku tidak begitu tau soal perhitungan. Aku hanya menduga duga saja. Energi magic itu bisa dipakai 20x.
Aku jentikan jari memunculkan tombak api untuk menghalau mie. Tetapi monster itu mudah melewatinya.
Kakak ku menjentikkan jari . Dia memunculkan daun sayur besar seperti kol yg membuat monster mie itu berubah jalur dan terperangkap di tanaman semak bambu.
Hah...aku bengong. Ini tidak percaya. Dia mudah mengatasinya.
Yap. Begitulah aku dan kakakku. Berbeda pola pikir. Terbukti sekarang dia menjadi pengusaha yang sukses. Dalam menghadapi masalah dia dengan sabar berpikir secara logika. Apa yg tepat untuk sebuah kebenarannya.
Sedangkan aku...
Orang berpikiran konyol yg berkata setiap masalah mudah diatasi dengan kata gampang. Dan tanpa disengaja cara yang kulakukan bisa menyebabkan kerugian pada bagiannya.Dan adikku..
Dia tidak peduli . Dia hanya berlari membutuhkan perlindungan dari kami berdua. Apapun masalahnya dia berpikir. Ada kakakku yg mengatasinya.Aku cukup menghela nafas. Dan maklum dia adalah anak terakhir dan perempuan tentunya dia merasa manja. Sampaikan dia menikah. Dia sulit untuk mengolah isi dapur. Dan hanya berfokus pada mesin pencari. Untuk apa ini dan apa itu.
Kami sampai ditikungan menuju jalan utama. Dari arah kanan sudah mengejar potongan roti seperti burger.
"Teruslah menghindar sebaik mungkin" ujarku kepada Kaka.
Aku mendapat jalur nya. Dan meninju ke titik yang aku lihat di sebelah barat. Satu retakan bening membuat aku dan sekumpulan monster terhisap kuat.
Dan....
Aku berada disebuah tempat. Sepertinya aku pernah kesini. Suasana remang. Sebagian orang kulihat sedang menghalau monster yg berlarian di dekatku.
Ku amati sekitar dimensi disini. Aku pikir lokasinya di gang sebelah tidak jauh dari belakang rumahku. Dan sebagian aku lihat monster terarah ke dapur rumah lamaku. Pantas saja.
Aku membentak angkuh.
"Siapa yang bertanggung jawab merusak jalur dimensi disini "
Mereka diam dan sibuk dengan invasi monster di tempat tinggalnya.
"Kalau tidak ada yg mengaku aku akan potong kepala kalian semua".
Jari tengahku kujentikkan beberapa x dengan jempol. Aku tidak mau menunggu lama. Karena aku merasa 19x penggunaan pada kakakku tidak butuh waktu lama. Dan apalagi semakin jauh jarak ku maka bola energi itu akan berkurang penggunaanya.
Beberapa wujud imajinasi ku muncul dan menghabisi monster beserta orang orang disitu. Seperti biasa aku Summon karakter Hero perang. Dan itu hanya berlaku 30 detik saja.
Selesai..
Hanya bersisa 3 orang.Satu tabrakan membuatku jatuh dan kehilangan fokus.
Dengan cepat dia menindih dan mencekal leherku. Pedangnya terhunus.
"Kalau kau membantu dengan cara ini. Aku yang akan memotong kepalamu. " Suaranya bengis dengan wajah marah.
Seorang pria muda datang mencekal tangan yg menghunus pedang.
" Sabar kak. Dia hebat. Dia bisa membantu kita. " Ujar adiknya memanggil pria itu kakak.
Tapi seorang perempuan tua terhuyung mendekati kami. Dia memegangi perutnya. Dan tangan satunya berjaga dengan potongan besi.
"Aduh, perutku terluka. Rintihnya.
Dan buruknya itu karena Summon dari ku yg akan hilang pada beberapa detik terakhir. Dan lebih buruk adiknya memanggil ibu.
Pria bengis itu menggerakkan pedangnya.
"Kau tidak bisa dimaafkan".
Aku menahan pedang mencekalnya dengan tangan kiri. Rasa perih menjalar. Aku melirik memastikan apakah aku berdarah.
Sial ini sakit sekali.
"Baik. Aku menyerah. Dan beri aku kesempatan untuk mengobatinya."
Dia menyeringai jahat.
"Aku mengenalmu. Jadi ada sebuah kesepakatan yg harus disetujui."
Aku menatap kaku padanya. Walau dia keren tapi tetap harus di waspadai. Aku sudah terjepit tidak bisa meloloskan diri.
Saat dia menyentuh leherku. Aku sudah yakin dia hanya menggertak untuk menghabisi ku .
Karena...
Dia orang yang sama sepertiku...#####
Lucid dream bukan aku satu satunya di dunia ini. Ada kehidupan lainnya yang dijalani. Dan itu memiliki jalur dimensi masing masing. Dan juga memiliki genre lengkap seperti sebuah buku cerita. Apakah itu petualangan, horor, misteri, scary dan lain sebagainya.
Lucid dream memiliki rasa sakit yang real. Jadi saat didalamnya berlatihlah untuk melindungi diri sebaik mungkin. Jika berani start maka jangan pernah takut untuk menjalaninya. Karena setiap awal maka ada akhir.