4| Marahnya Kia

2.1K 157 2
                                    

Sebab dulu aku tidak benar-benar mencintaimu, aku menyesal. Tolong kembalilah padaku, pulang bersamaku!

-Fajar Sastrowidjoyo-

🌿 🌿 🌿

Seminggu sudah Fajar berada di ibu kota, Jakarta. Tujuannya pergi kemari adalah untuk meminta kembali cintanya yang dulu sempat ada dan kini tak mau kembali, Kia lebih tepatnya.

Wanita yang dulu adalah kekasihnya sejak masih kelas sembilan Smp sampai akhirnya Fajar dan Kia menikah saat setelah lulus Sma. Kalian tentu pasti bertanya, bagaimana cara Fajar menghidupi Kia. Untuk soal menafkahi itu tak jadi masalah untuknya, karena Fajar bisa meminta pada orangtuanya.

Masalahnya adalah, saat akhir tahun ajaran kelas sebelas Sma. Rasa itu hilang, entah pergi kemana. Tapi Kia masih bisa menghadapi Fajar saat itu walaupun Fajar selalu mengacuhkanya.

Saat itu Fajar dan tiga kawannya bermain taruhan. Hadiahnya adalah mobil sport yang pada masa itu sedang jadi primadona di kalangan pecinta mobil sport, bagaimana tidak menggiurkan bukan?
Sebenarnya orangtuanya masih mampu membelikan mobil itu, tetapi tak mungkin Fajar akan di belikan. Bukanya pelit, tapi kedua orangtuanya mengatakan, 'nanti saja jika kamu mau masuk kuliah.' menurutnya itu waktu yang cukup lama.

Fajar berinisiatif untuk ikut dalam taruhan itu, dan Dion-temannya yang sangat kaya raya itu memberikan tantangan agar Fajar dapat menikahi Kia. Menurutnya itu cukup mudah, tapi apakah Kia mau.

Dan akhirnya Fajar mencoba dan Kia mengatakan iya tetapi setelah lulus Sma. Dan setelah lulus Sma keduanya menikah, tak seromantis pasangan pengantin baru selayaknya. Karena Fajar sudah tak mencintai Kia.

Waktu terus berjalan sampai usia pernikahan kami lima bulan.

"Kamu punya uang darimana bisa beli mobil semahal itu?" tanya Kia saat Fajar pulang dengan mobil baru, hadiah taruhan itu.

"Taruhan." ucapnya santai.

"Taruhan apa Fajar?" Tanya Kia yang mulai emosi.

"Kamu adalah bahan taruhanya, Kia." Kia terdiam dan mulai meneteskan air mata tapi Fajar tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Jangan bilang kamu nikahin aku demi memenangkan taruhan itu?" Tebaknya dengan suara gemetar.

"Iya," Fajar tersenyum puas. Air mata Kia semakin deras membajiri pipinya seakan itu adalah hiburan untuk Fajar.

"Kenapa kamu sejahat itu Fajar? Kenapa? " Pekik Kia semakin histeris.

"Karena aku udah nggak cinta lagi sama kamu Kia. Aku udah bosen sama kamu," Kia bungkam sedangkan amarahnya semakin memuncak.

"Ceraikan aku!" Teriaknya, tak peduli dengan tetangga sebelah yang mungkin akan mendengar pertengakaran hebat keduanya.

"Aku ceraikan kamu, Kianga!" Seru Fajar sama seperti Kia.

Apakah Fajar menyesal? Tidak, dulu memang ia tidak menyesal tetapi sekarang Fajar sangat menyesal, sangat.

Hari ini ia berniat untuk menemui Kia untuk kedua kalinya di Jakarta. Tak peduli jika akan ditolak lagi karena Fajar sangat menginginkan Kia kembali.

Tak sengaja ekor matanya melihat Kia berjalan berdua dengan seorang pria yang baru saja keluar dari gerbang universitasnya.

Fajar mengejar langkah mereka berdua.

"Hehh.. Lo siapa?" Menghentikan pria yang berjalan bersama Kia dengan mendorong pundaknya.

"Fajar, kamu apa-apaan?" tanya Kia terkejut bercampur marah dan tak suka.

"Jadi gara-gara dia kamu nggak mau rujuk sama aku lagi Kia?" tanyanya.


"Fajar sudah! Kamu ngapain masih di Jakarta? Lebih baik kamu pulang ke Bogor dan urusi mobil bagusmu itu!"

Degg, Perkataan Kia sangat menusuk relung hatinya. Perkataan yang begitu menyakitkan untuk hati Fajar.

"Aku bakalan pulang ke Bogor kalo kamu mau ikut pulang denganku. Jadi ayo kita pulang!" Fajar menarik lengan Kia yang berusaha wanita itu lepaskan. Karena tenaganya tak mungkin sebanding dengan tenaga Fajar.

"Maaf mas, tolong jangan kasar sama wanita. Coba dibicarakan baik-baik dulu!" pria yang bersama Kia itu mencoba mengingatkan pada Fajar.

"Lo siapa? So ikut campur urusan gue!" Fajar meliriknya tak suka.

"Perlakukan wanita sehalus dan sebaik mungkin, karena hati mereka terlalu lembut jika tergores sedikit mereka akan terluka!" perkataanya cukup puitis dan membuatnya semakin muak dengan pria itu.

Bughh..

Pukulan yang cukup keras yang dilayangkan Fajar pada pria itu. Cukup jika hanya untuk merobek sudut bibirnya dan mengeluarkan darah segar.

"Fajar kamu pria yang tidak tau diri. Aku tak sudi jika harus bersamamu lagi, dan tak sudi mengenalmu lagi jadi jangan pernah menampakan wajah brengsekmu di hadapanku lagi!" Kia marah besar dan menuntun pria tadi masuk kembali ke dalam universitas.

Apakah Fajar harus menyerah sampai disini? Atau mempertahankan hatinya yang sudah jatuh pada Kia. Kia, wanita satu-satunya yang mengerti semua tentangnya. Kia, yang mampu menerima lelaki yang begitu banyak cela sepertinya. Tapi kenapa dulu ia menyianyiakanya?

Fajar menggeleng, ia tidak akan menyerah begitu saja. Ini belum seberapa, biarkan kesakitan itu terus menghukumnya yang terpenting Kia bisa kembali, kembali pulang bersamanya. Cinta itu butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Pecundang rasanya jika Fajar menyerah begitu saja, menyerah sampai disini. Tidak, ia akan memperjuangkan Kia.

🌿 🌿 🌿

Revisi : 08 Desember 2019, Bogor
©Kim Yurri

Kianga |ᴇɴᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang