23| Lembaran Baru

1.3K 92 0
                                    

suatu saat nanti akan datang seseorang yang tepat diwaktu yang tepat pula.

-Kianga-

🌿🌿🌿

Pagi-pagi buta di kediaman Kia sudah sangat sibuk. Berbagai aktivitas dilakukan oleh keluarga Kia demi mempersiapkan acara pernikahannya hari ini.

Kia masih duduk di bibir kasur, tidak percaya bahwa hari ini ia akan menyandang status istri dari seorang Rahmat. Bibirnya membentuk lengkungan bulan sabit, mengingat akad akan diucapkan Rahmat atas nama dirinya.

Ia hanya tidak menyangka dengan takdir yang Allah gariskan untuknya. Sungguh adil, Allah sungguh adil menggariskan takdir bagi setiap hamba-Nya.

Dulu ia berpikir bahwa tidak akan ada pria yang mau menikahinya karena statusnya yang sudah menjadi janda. Seperti kejadian yang dulu pernah ia alami. Ingatkan itu kembali terputar pada ingatannya. Sesak pun kembali terasa.

"Tujuan kedatangan kami berniat ingin bersilaturahmi sekaligus mengkhitbah puteri Bapak, Aprilia Kianga untuk anak kami Adam Pratama." Ucap lelaki paruh baya yang duduk bersebelahan dengan pria muda yang akan mengkhitbah Kia.

"Apakah Nak Adam yakin ingin mengkhitbah puteri saya?" Ahmad memastikan.

Adam mengangguk mantap, "Saya yakin!" ucapnya dengan lantang.

"Apakah Nak Adam yakin jika mengetahui bahwa anak saya sudah pernah menikah akan tetap mengkhitbahnya?" Ketiga orang yang duduk di hadapan Ahmad dan Kia membulatkan matanya lalu saling pandang antara ketiganya.

"Papa tidak setuju jika kamu menikah dengan seorang janda. Bagaimana reputasi Papa jika teman-teman Papa mengetahui bahwa kamu menikah dengan janda?!" Pria paruh baya itu membisik pada Adam namun masih bisa terdengar jelas oleh Ahmad.

Ahmad menatap Kia yang menunduk karena setetes air mata membasahi punggung tangan Ahmad yang sedari tadi menggenggam tangan Kia. "Sabar." Hanya kata itu yang Ahmad ucapkan.

Dan setelah itu keluarga Adam meminta agar mereka diberi waktu untuk berfikir. Katanya akan kembali lagi saat sudah mendapatkan jawaban. Namun satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, hingga kini tidak mengabari juga.

Kia tersenyum miris jika mengingat malam itu. Malam yang membuatnya menyalahkan takdir Allah. Dengan tenang Ahmad mengingatkan Kia bahwa Adam bukanlah jodohnya, suatu saat nanti akan datang seseorang yang tepat diwaktu yang tepat pula.

Dulu Kia tidak percaya dengan kata-kata Ahmad, baginya itu suatu hal yang tidak mungkin. Ia seakan-akan tidak percaya bahwa Allah sudah menyiapkan kebahagiaan untuknya. Kini Kia menyesal telah beropini dan memiliki pikiran seperti itu. Ia sungguh malu pada Allah Swt. dan dirinya sendiri.

"Ki?" Kia menoleh ke sumber suara. "Lo kenapa nangis?" Nanda memegang bahu Kia.

Menggeleng, "Tidak apa-apa Nan." Hanya tersenyum saja.

Nanda hanya mengangguk karena ia berpikir bahwa Kia menangis haru karena hari ini adalah hari pernikahannya.

"Itu MUA-nya udah datang, siap-siap gih!" Tujuknya pada wanita yang tengah berjalan ke arah mereka berdua sambil memasang senyumnya.

"Selamat pagi!" Sapanya ramah saat memasuki kamar Kia. "Ini pengantinnya?" Matanya menatap Kia.

Mengangguk, "Cantik tenan." Puji sang MUA membuat Kia hanya tersenyum malu.

"Terimakasih Mbak." Sang MUA tertawa karena yang menjawab bukanlah orang yang ia puji, justru Nanda yang menjawabnya.

🌿🌿🌿

Suasana semakin tegang saat Rahmat menjabat tangan Ahmad. Kia yang menyaksikan lewat monitor yang ada di sebuah ruangan yang ada di dalam masjid, seakan-akan ingin bernapas lega saja rasanya tercekat di tenggorokan. Bahkan ia sudah hampir menghabiskan satu botol air mineral yang ada di sampingnya akibat dari rasa gugupnya. Kia berpikir bahwa Rahmat pasti lebih gugup daripada dirinya saat ini.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aprilia Kianga binti Ahmad dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Rahmat satu tarikan napas tanpa pengulangan satu kalipun. Setelahnya ia bernapas lega karena telah mengucapkan qabul dengan cukup lancar dengan begitu detik itu juga telah mengubah statusnya dan status Kia.

Dalam hatinya Rahmat berprinsip untuk menjadi suami yang mampu membimbing Kia ke surganya Allah Swt., membenarkan tulang rusuk yang bengkok agar tidak selamanya bengkok. Dia berprinsip membenarkannya dengan hati-hati jika tidak maka akan patah dan jika dibiarkan maka akan selamanya bengkok. Begitulah perumpamaannya seorang wanita—tulang rusuk yang bengkok.

Perlakukanlah kaum wanita itu dengan baik. Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok). Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika kamu berusaha meluruskan, bisa jadi kamu membuatnya patah. Jika kamu membiarkannya, ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, perlakukanlah kaum wanita itu dengan baik. (HR. Bukhari Muslim)

Semua orang yang menyaksikan acara sakral mengucapkan kata 'sah' serentak. Lalu penghulu membacakan doa yang diaminkan oleh semua orang.

Kia semakin tegang di tempatnya saat Nanda mengajaknya untuk menemui Rahmat yang kini telah resmi menjadi suaminya beberapa detik yang lalu.

Beberapa kali Kia merapalkan nama Allah beberapa kali juga ia mengucapkan basmallah. Setelah cukup tenang Kia menuruti perintah Nanda, lalu membuang napas kasar berusaha menetralkan degup jantungnya yang semakin bekerja di atas batas normal, terasa berdetak sangat kencang sekali.

Saat kakinya sudah ada diambang pintu masjid, Kia semakin merasa gugup karena semua mata seakan tertuju padanya. Namun Kia tetap memasang senyum terbaiknya untuk menutupi rasa gugupnya itu. Matanya bertubrukan dengan tatapan Rahmat yang sama tersenyum ke arahnya. Untuk pertama kalinya Kia berani menatap mata Rahmat secara langsung.

Kia benar-benar seperti sedang bermimpi, benarkah itu suaminya? Pria sesholeh itu? Pertanyaan itu selalu berkelebat dalam benaknya. Sungguh Kia merasa tidak pantas jika disandingkan dengan Rahmat.

Kakinya terus berjalan dituntun oleh Nanda yang setia di sampingnya. Lalu Kia duduk di sebelah Rahmat yang masih setia dan tidak mengalihkan tatapannya dari Kia, karena sekarang hal itu sudah menjadi pahala bagi Rahmat tidak seperti sebelumnya yang malah akan menjadikan dosa untuknya.

"Silakan dicium dulu tangan suaminya," kata bapak penghulu tepat saat Kia membenarkan posisi duduknya.

Kia menghadapkan badannya ke arah Rahmat lalu diraihnya tangan Rahmat yang terulur. Setelah itu gantian Rahmat yang mengecup pucuk kepala Kia cukup lama membuat Kia cukup belum terbiasa apalagi di muka umum, tapi Rahmat dalam hatinya berdoa semoga pernikahan ini bisa membawa keduanya ke surganya Allah Swt.. Rahmat juga banyak berdoa untuk pernikahannya dengan Kia dan keluarganya kelak.

Mulai detik itu juga Kia dan Rahmat akan menjalaninya kehidupan yang baru, kehidupan yang mengharuskan mereka untuk tidak mengungkit masa lalu, untuk membuka lembaran baru tanpa perlu membuang lembaran sebelumnya.

🌿🌿🌿

Revisi : 04 Mei 2020, Bogor

Kianga |ᴇɴᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang