24| Day 1 ; Nyonya Rahmat

1.6K 106 0
                                    

🌿 🌿 🌿

Kia merasakan kakinya kian pegal, hampir setengah jam ia berdiri menyalami tamu undangan yang mengucapkan selamat atas pernikahan keduanya. Hels yang ia kenakan seakan-akan menambah penderitaan kakinya kini.

"Akhirnya lo nikah juga," ucap pria yang menyalami Rahmat sambil berjabat tangan ala laki-laki.

Menepuk pundak temannya, "Maksudmu itu apa?" Rahmat terkekeh begitupun temannya.

"Gue kira belum bisa move on dari yang kemarin." Celetuk wanita yang ada di belakang si pria—kekasihnya.

Kia yang mendengar itu sedikit kepo dengan ucapan si wanita tadi, tapi ia tidak menanggapinya dengan serius. Kia berpikir itu menyangkut masa lalu Rahmat yang tidak perlu diambil pusing, karena setiap orang pasti memiliki masa lalu masing-masing. Entah itu masa lalu yang kelam ataupun yang cerah benderang.

Pria itu melirik ke arah kekasihnya dan sedikit menyikut lengannya. Wanita itu agaknya mengerti maksud kekasihnya, lalu ia menatap Kia sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya.

"Selamat bro," ucap si pria sekali lagi kepada Rahmat, kemudian menangkupan tangannya kepada Kia. Diikuti oleh si wanita, kemudian mereka berlalu di hadapan Kia dan Rahmat karena antrian tamu yang ingin mengucapkan selamat masih cukup banyak.

Kia menghela napas panjang setelah berhasil mendudukkan tubuhnya pada kursi. Rahmat yang melihatnya merasa kasihan. "Cape?" tanya Rahmat menatap manik milik Kia.

Kia hanya mengangguk dan memijit betisnya.

"Ihh, Mas jangan!" Cegah Kia saat Rahmat membantu memijit kakinya.

"Maaf." Rahmat kembali menatap manik mata Kia, kali ini lebih dalam dari yang sebelumnya.

"Maaf kenapa?" Kia mengerenyitkan dahi, merasa Rahmat tidak ada salah.

"Maaf karena tadi it––" Perkataan Rahmat terpotong oleh kehadiran Nanda yang berjalan tergesa-gesa ke atas pelaminan. Padahal Rahmat ingin menjelaskan maksud Lina—sahabatnya, yang tadi menyinggung tentang masalah move on. Takutnya Kia berpikir macam-macam.

"Kia ganti baju dulu gih! Kak Rahmat juga!" Lalu Nanda berlalu begitu saja, kembali berjalan tergesa-gesa.

"Nanda bantu angkatin bajunya lah!" Nanda tak menggubris, ia masih setia berjalan.

"Itukan ada suamimu," katanya sambil berteriak dan Nanda cekikikan. Sampai tamu undangan yang sedang menikmati hidangan menatap ke arah mereka. Kia merutuki Nanda yang selalu membuatnya malu saja.

"Yuk!" Kia terkejut, belum juga ia meminta bantuan tetapi Rahmat sudah mengangkat bagian ekor gaunnya yang cukup panjang nan berat itu.

"Terimakasih." Rahmat mengangguk.

Keduanya berjalan beriringan, Kia berjalan di depan dengan Rahmat yang setia mengikuti langkah Kia. Kia sangat gugup karena banyak tamu undangan yang menatap ke arahnya. Ia sebenarnya tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian.

"Sweet banget," ucap salah seorang gadis saat mereka melewatinya. Kia yang mendengar itu hanya tersenyum dan mengangguk ke arahnya.

Walimah Kia dan Rahmat memang diadakan cukup sederhana seperti keinginan keduanya membuat kedua keluarga tidak terlalu kerepotan mengurus segala sesuatu yang diperlukan. Tujuan mereka hanya ingin memberitahu orang-orang atas pernikahan ini, bukan untuk memamerkan kemampuan mereka. Toh, Allah Swt. juga tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Kianga |ᴇɴᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang