31| Akhir Bahagia?

3.5K 122 1
                                    

🌿 🌿 🌿

Inikah takdirnya, inikah jalan hidupnya? Banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Kia. Setelah kemarin ia sangat-sangat bersyukur karena telah diberikan imam sesempurna Rahmat. Namun apa ini? Apakah pernikahannya kali ini akan kandas seperti pernikahannya yang pertama, Kia tidak bisa membayangkannya, nauzubillah.

Ia tidak mau jika hal itu harus terulang lagi, siapapun pasti tidak mau, tidak ada wanita yang menginginkan hal itu.

Apa kesalahannya? Apakah Rahmat sudah mulai bosan dengannya? Tetapi pernikahannya masih terhitung baru seumur jagung. Apakah Rahmat lebih tertarik dengan mantan tunangannya? Jelas saja, dia wanita yang lebih cantik dari Kia.

Beribu pertanyaan selalu terfikirkan, beribu ketakutan selalu menghantuinya. Perubahan sikap Rahmat seakan mengambil alih semua fungsi otaknya. Ini sungguh membingungkan. Membuat Kia tidak berselera makan, tidur juga kadang sangat sulit.

Tapi apakah memang benar Rahmat kembali mencintai Malika? Jika itu benar, maka kesalihan Rahmat yang Kia lihat selama ini itu apa? Ataukah itu hanya pencitraan. Jika benar ternyata Kia sungguh salah menilai Rahmat selama ini, sungguh Kia merasakan sakitnya kian menjalar ke seluruh organ tubuhnya.

Astagfirullah, beberapa kali Kia beristigfar agar semua pikiran negatifnya itu sirna. Kia mondar-mandir tidak karuan, pasalnya ini sudah hampir adzan Isya. Biasanya Rahmat tidak pulang selarut ini, jika pulang malam biasanya ia akan mengabari. Tapi jika dipikirkan dan diingat kembali memang seminggu ini Rahmat jarang sekali mengabarinya, walau hanya untuk menanyakan sudah makan siang atau hal-hal yang tidak terlalu penting.

"Kamu kemana sih Mas?" Kia semakin cemas, refleks ia menggigit kukunya tak karuan.

Allahuakbar.. Allahuakbar..

Adzan isya berkumandang, Kia segera beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya. Sekarang waktunya ia menyerahkan segalanya kepada yang Maha Kuasa. Allah Swt. selalu tahu segalanya, Allah juga pasti tahu apa yang harus Kia lakukan.

Air matanya tiba-tiba saja luruh, setelah melaksanakan empat raka'at kewajibannya Kia mencoba mengadukan segalanya pada Allah. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya.

Setelah melaksanakan kewajibannya Kia kembali ke ruang tamu berharap segera menyambut pulang suaminya. Sepuluh menit ia menunggu tanpa hasil, akhirnya Kia memilih untuk menelpon Rahmat. Kenapa baru terpikirkan sekarang, kenapa tidak dari tadi saja? Ah, namanya juga orang yang sedang panik.

Satu panggilan tidak dijawab oleh orang yang ada di seberang telepon sana. Kedua masih sama, dan ketiga ponselnya malah tidak aktif. Kia berdecak kesal. Ada apa dengan suaminya ini? Kenapa membuatnya khawatir seperti ini.

"Assalamu'alaikum!" Suara yang tak asing itu membuat Kia bergegas membukakan pintu. Senyumnya merekah saat melihat Rahmat berada di balik pintu. Namun senyumnya memudar saat melihat wanita yang berdiri di belakang suaminya.

"Wa'alaikumsalam, Mas kenapa baru pulang?" Kia mencoba tidak terkejut dengan kedatangan Malika, mungkin mereka tidak sengaja bertemu. Tapi tetap saja pikiran negatif terus terputar, rasanya tidak pantas Rahmat membawa perempuan lain semalam ini. Padahal dia sudah beristri tapi tidak tahu malu berduaan dengan wanita lain.

"Saya tadi ada kerjaan yang harus segera diselesaikan," alibinya.

Kia hanya mengangguk saja, mencoba percaya dengan perkataan Rahmat.

"Mbak, silahkan masuk!" Kia mempersilahkan masuk Malika saat wanita itu masih mematung. Ini adalah pertemuan perdana antara Kia dan Malika, jadi Kia mencoba seramah yang ia bisa walaupun rasa takut itu semakin menggebu-gebu.

Kianga |ᴇɴᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang