Hari-hari Oriel seperti biasa, sangat membosankan. Tidak di rumah, tidak di sekolah semuanya sangat membosankan. Masalah keluarga yang melanda membuatnya menjadi seperti gadis dua keperilakuan ganda. Bila dirumah Oriel sangatlah keras dan dingin, lalu di sekolah dia menjadi gadis yang konyol dan periang walau tau itu semua untuk menutupi rasa sedih yang mendalam.
Sekolah pada siang hari di tambah jam pelajaran Bahasa Indonesia membuat rasa kantuk yang berat bagi seorang Oriel, padahal niat hari ini dia harus menahan semua bisikan iblis untuk cabut sekolah. Hari ini ia kembali gagal menahan, cukup membosankan juga. Gadis itu menatap sekeliling kelas di sebelah nya ada Keyna yang juga menahan kantung, terlihat sangat jelas disana. "Key, suutt!" Bisik Oriel agar tidak mengundang perhatian kelas.
Keyna menoleh merasa di panggil, dia hanya teman satu-satunya Oriel sedari SMP yang tentu mengerti bagaiamana keadaan Oriel. "Apa mau cabut?" Sahut Keyna kesal.
Oriel menyengir memberi jari telunjuknya arti untuk jangan terlalu berisik. Gadis itu memasang wajah sendu, "Key, asli demi sumpah apapun gue tuh ngantuuuuk banget,"
Keyna memutar bola mata tidak acuh, "Tidur tinggal tidur, gue tutupin bisa,"
Oriel berdecak, "Ah, nahan banget lo mah,"
"Riel, sampe kapan, bego?! Udah ketawan juga lo cabut-cabutan, masih aja. Tahun ini mau lulus sabarin apa, nyet," Cerocos Keyna membuat Oriel mendengus.
"Elo aja sabar, gue enggak bisa,"
"Ck, udah diem dulu disini."
Bel istirahat berbunyi, Oriel dan Keyna tentu pergi ke kantin membeli makanan karena istirahat pertama mereka terpotong karena ada pelajaran tambahan. Keyna membeli pesanan mereka dan kembali dengan makanan. Oriel menyantapnya dengan lahap, "Asli kalo lo nahan gue begitu rasanya mau makan orang, anjing," Kata Oriel di sela lahapnya makan.
Keyna menggidik bahu tak acuh, "Lo cabut mulu dikata bayar sekolah enggak mahal apa."
"Kayak oma-oma lo ceramahin bocah TK,"
Keyna tentu sudah biasa mendengar omelan kecil dari Oriel bila dirinya berhasil menahan Oriel tidak pergi dari mata pelajaran. "Entar malam enggak ke club kan?"
Oriel mendongak menatap Keyna, "Lo mau ikut? Akhirnyaa ... "
Keyna langsung saja menepuk kepala Oriel keras, "Ngimpi! Nggak ada itu gue pergi club, lagian gue cuma takut lo mabuk terus enggak kekontrol,"
Oriel mengibaskan tangannya, "Tenang aja, ferguso, aku bisa menanganinya. Mabuk gue mah enggak sampe lupa sama dunia kok,"
Keyna hanya geleng-geleng kepala tidak tau harus apalagi untuk menceramahi Oriel. Terkadang sohibnya bisa menjadi orang yang konyol, beda lagi kalau menaut soal cabut dan club, Orviel jangan keras kepala soal dua hal itu. "Key, gue cabut ya abis makan,"
"Terserah,"
🌈🌈🌈
Malam seperti biasa Oriel keluar dari rumah diam-diam sebelum Ayahnya pulang dan mendengar kembali kedua orang tuanya bertengkar. Gadis itu memakai rok jeans seatas lutut, memakai baju crop di baluti jaket boomber. Mobilnya terparkir dan memasuki ruangan yang diisi oleh musik dengan suara besar, kumpulan berbagai anak remaja hingga dewasa tertawa, berkumpul, hingga menggoyangkan pinggulnya. Oriel datang hanya sekedar untuk meminum dan menari dengan beberapa temannya, bergoyang dengan gerakan tidak terlalu terbuka hanya goyangan ringan dan berteriak bila ia tau lagu tersebut meluapkan emosinya.
Gadis itu tertawa saat merasa dirinya sudah mulai tidak tekontrol, bergoyang mengikuti alunan lagu. "Orieel! Gue cabut ya, lo hati-hati disini!" Ujar Ria teman nya tiap club.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man
Romance[ #199 troublemaker 12/04/19 ] [ #19 troublemaker 2/02/22 ] Dia Avilash Orviels lelaki berumur 19 tahun yang gemar ke clubbing menghabiskan uang sedari masa SMA, masih sangat terkenal di kalangan SMA Galaksi walau sudah menjadi alumni karena masih s...