"Kita kemana?"
"Gak tau, gue jalanin mobil kemana aja,"
Oriel menghela sudah 2 jam mereka hanya di mobil mengelilingi jalanan tanpa arah. Oriel tau ia membebani Orviel, tapi untuk saat mendesak ini ia bisa apa?
"Maafin gue nyusahin lo tengah malam gini,"
"Gapapa, yang penting lo tenang dulu,"
Oriel menatap Orviel lama membuat si lelaki melirik, ia acak rambut si gadis gemas dalam senyum. "Hey, bener, gapapa kok gue di susahin,"
Oriel tersenyum, menghela berat dengan apa yang ada di pikiran nya tadi. Ini sangatlah bukan dirinya, tapi menahan itu berat. "Rin mau ke rumah gue? Kebetulan gue punya lahan belakang kita bikin kayak camp aja, seru juga kan?"
"Nggak ah, gue enggak enak bikin rusuh di rumah orang tengah malam,"
"Orang tua seminggu ini ninggalin gue, dirumah cuma ada pembantu gue,"
"Benar gapapa?"
"Iyaaa, Orin,"
Oriel memasuki tenda yang di buat Orviel, menyelimuti dirinya disana. "Elo disini juga?" Tanya Oriel saat Orviel masih sibuk memberi pencahayaan. "Iya, kan space nya gede tuh nggak bakal dempetan juga,"
Oriel mengangguk mengerti, Orviel memasuki tenda duduk di depan Oriel. "Kalo mau ke kamar mandi ada toilet buat bilas selesai renang di pojokan,"
"Iya, Viel. Makasih banyak ya,"
Orviel mengangguk dalam senyum memberikan bantal pada Oriel. "Yaudah, tidur istirahatin badan lo,"
Oriel pun berbaring walau sebenarnya sangat kaku karena ia akan bermalaman dengan Orviel walau jarak di antara mereka cukup jauh. Keadaan cukup canggung tentu gimana Oriel bisa bermalam dengan lelaki yang menurutnya masih asing untuk dirinya, hanya saja ia rasa mungkin ini saat tepat untuk membuka jalan untuk Orviel bukan? Tentu, dirinya tak akan jatuh cinta dengan Orviel, maksudnya tidak tau akan atau bertolak belakang seperti lainnya, tetapi Oriel akan memilih untuk memberi jalan dahulu untuk ke depan nya ia akan lihat nanti.
Orviel cukup melakukan banyak untuknya, menurut dirinya juga sosok Orviel sangatlah jarang. Pikir saja bagaimana seseorang yang baru di kenal dengan baik hati memberikan pundak nya untuk di bebani hal yang sebenarnya bukan urusannya. Tapi Orviel, dia melakukan semua itu dan tentu membuat Oriel bertanya walau ia masih heran dengan ucapan Orviel belakang ini. Entah, ia masih heran.
Oriel membalikan tubuh nya tidak sengaja mereka saling menatap membuat keadaan semakin canggung. Oriel menahan senyum, sementara Orviel sudah menyengir disana.
"Lucu deh, kayak baru pertama kali,"
"Padahal udah dua kali kan?" Sahut Oriel.
"Hmm, iya kali, ya?" Pancing Orviel.
Jarak mereka tentu tidak terlalu dekat, tapi Oriel masih bisa melihat senyum nakal Orviel mengundang kekehan kecil darinya. "Ya, ya, elo menang banyak. Buat lo dua kali, buat gue ini pertama kali,"
"Lagian ngerayu pake mabuk,"
Oriel mendengus, "Kalo enggak mabuk gue enggak akan ngerusak diri gue, bodoh."
"Orin yang ngerusak tubuh lo itu gue, ingat ya, gue. Lo tetap aja korban, lo mancing dan gue kepancing karena ya gue cowok ... berengsek,"
"Bagus masih nyadar." Komentar Oriel berbalik dari realita si lelaki.
Orviel mendengus disana. "Kalo semisal hari ini terulang lagi gimana?"
"Sekarang lo yang mancing?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man
Romance[ #199 troublemaker 12/04/19 ] [ #19 troublemaker 2/02/22 ] Dia Avilash Orviels lelaki berumur 19 tahun yang gemar ke clubbing menghabiskan uang sedari masa SMA, masih sangat terkenal di kalangan SMA Galaksi walau sudah menjadi alumni karena masih s...