18 // you don't deserve to be sad

3K 131 12
                                    

Oriel berlari ke warung tempat di mana tongkrongan Orvile berada, warung satu-satunya yang menjual rokok di area sekolah. Bukan, bukan untuk Oriel tapi buat Pak Darto guru ekonomi Oriel yang dendam sangat kepada gadis itu karena sering cabut di jam pelajarannya. Kali ini Pak Darto menyuruh Oriel untuk memberi rokok dalam waktu lima menit kalau tidak Oriel akan berdiri di lapangan karna jarang masuk jam pelajaran dan Oriel harus menerima resiko ini. Oriel menunggu sang penjual mengambil rokok yang tengah habis di etalase, sementara sudah menuju menit ke tiga. "Mampus aing,"

"Bah, ada Orin,"

Oriel sontak menoleh dan mendapati Mante baru saja turun dari motor besarnya. Gadis itu menyengir, "Kak Mante!" sapanya walau jauh di lubuk hatinya sedikit kesal karena di panggil Orin bukan Oriel, nama aslinya.

"Ngapain lo cabut? Tumbenan di warung," katanya sudah duduk seraya mengisap vape.

"Nggak, lagi beli rokok,"

"Oh ngerokok?"

"Heh, kagak buset,"

"Lah?"

"Anuan— Ibuuu, masih lama ntar di pecat saya dari murid Pak Darto," kata Oriel tidak nyambung.

Mante yang mengerti menyengir mendengar ucapan Oriel yang panik. "Nte, Orviel mane?"

Oriel melirik, meringis mendengar nama itu. "Jir, julid dah udah, lama banget lagi mati dah gue,"

"Lagi anterin Kintan, bucinan biarin," sahut Mante di sana.

"Lah, gue pikir itu cewek nya," unjuk salah satu lelaki ke arah Oriel.

Gadis itu menoleh merasa di tunjuk, ia arahkan jari telunjuknya ke arahnya. "Gue? Sejak kapan, jangan julid kek abang-abang masih siang demi dah. Lu pada mending ngampus sono cabutan aja," cerocos Oriel di sana kesal namanya selalu di sebut bila berurusan dengan Orviel.

"Lah, gue gak ngampus amhil tahun depan," sahut lelaki yang Oriel tidak tahu siapa identitasnya.

Mante terkekeh di sana tidak ikut campur. "Nih, Neng, udah pergi aja uangnya besok yang penting nggak di hukum," kata Ibu warung tersebut.

Oriel sontak mengangguk terimasih dalam senyum dan pergi mengicir kembali ke sekolah. Pagi ini tentu bukan pagi yang terbaik lagi-lagi.

🍫🍫🍫

Oriel menggebrak meja kelasnya kesal, merasa tidak adil bahwa dirinya harus menghadap BK karena Pak Darto. Sesudah memberikan rokok Pak Darto memarahi Oriel mati-matian, bahkan dua jam pelajaran digunakan untuk berceloteh pada Oriel dan selesai memarahi Oriel Pak Darto menyuruh Oriel ke BK untuk tindak lanjut masalah kehadiran Oriel di jam ekonomi yang hampir satu semester bisa di hitung jari kehadiran gadis itu. Ariel di sana tentu mencoba menenangkan emosi Oriel yang memuncak. "Gila kali gue cape-cape, kena julid di warung nyampe kena marah lagi, sekarang ke BK. Wah... sungguh kejam dunia kepada gue, dosa apa yaampun,"

"Udah sana ke BK dulu, Riel tar kena lagi. Sabar, orang sabar di sayang—"

"Dajjal."

Oriel dan Ariel pun menoleh ke asal suara yang berasal dari Reymond. Emosi Oriel tentu semakin menjadi-menjadi melihat dan mendengar ucapan Reymond yang ikut-ikut tidak di ajak bicara. "Gak usah ikut-ikut dah, cari ribut aja lo." cerca Oriel di sana.

"Lah emang dajjal kok marah, kocak."

"Elo kocak gak ada angin nyamber aja, emang gue lagi ngomong sama lo?! Mana temen lo, goblok." sahut Oriel tidak peduli semua perkataan kasarnya keluar.

"Lonte, main di club bangga. Sekarang jadi sad girl Orviel balikan sama Kintan, mampus,"

Oriel geleng-geleng kepala tidak percaya Reymond bisa bicara sekasar itu, bahkan ucapan Reymond bukan seharusnya di lontarkan oleh seorang lelaki. "Lo di sunat sampe abis ya, dapet lo sekarang?"

Let Me Be Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang