5 // a few days

8.2K 232 6
                                    

Beberapa hari dari malam itu, Oriel dan Orviel tampak lebih sering bertemu walau Oriel masih bertindak kasar karena tetap saja mereka baru kenal sekitar satu minggu, dia tidak bisa secepat itu apalagi dengan laki-laki tentunya. Rumahnya sepi, Mama nya, Ara pulang malam dan tidak banyak bicara, Papa nya pulang larut dan juga sering berkomunikasi lewat ponsel. Walau begitu Oriel lebih senang karena tidak melihat keduanya bertengkar walau nanti dirinya harus mengikuti salah satu dari mereka.

Dia belum menentukan siapa, tapi waktu nya hingga perceraian mereka selesai Ara dan Frans mengurus surat Hak Asuh. Oriel memilih untuk menjalani hidupnya dahulu, merasa menjadi seseorang yang biasa saja di sekolah juga tampak menyenangkan. Moren mengunyah makanan nya di sela pelajaran, di mana Oriel tidak bisa tidur karena bau sedap dari makanan Moren. Ariel ikut serta dari merecohkan aksi makan diam-diam Moren, dan sangat menganggu di sekitar mereka.

"Alah, Moren! Pelit lo ya sama gue, bener-bener lo ya," Ujar Oriel bercanda.

Moren mendengus tidak peduli, "Cabut sendiri aja lo diem aja,"

"Lo kalo di ajak ribet, udah sini makanan nya. Ini semua gara-gara lo ya, harusnya tidur jadi laper gue," Cerocos Oriel.

Ariel menoel-noel Moren untuk memberikan makanan nya, "Ck, pelit banget bocah astaga, sini apa entar beli lagi sejuta dah,"

"Bapa lu sejuta, enggak laper gue, anjir. Diem apa berisik bego,"

"Peduli amat, sini ah najos lo," Kata Oriel.

"KALIAN BENAR-BENAR YA! ORIEL, MOREN, ARIEL KE DEPAN, BAWA MAKANAN NYA JUGA!" Teriak Bu Risa guru Sastra Indonesia.

Oriel berdecak, "Elah, elu sih pelit, Ren,"

"Bodo!"

Bu Risa menjewer satu-satu dari mereka lalu berkacak pinggang menatap ketika nya. "Kalian perempun kok badung! Yang satu bandel kelas monyet tukang tipu, yang satu bandel kelas ayam berani-berani enggak, yang satu bandel kelas kucing malu-malu mau,"

Ariel dan Moren memang sempat iku cabut pelajaran, walau begitu mereka tau batas. Tidak ada yang memulai, tapi memang mereka juga suka membuat onar, bukan menjadi geng sok cantik di sekolah yang berakhir seperti Mean Girls. "Kasihan si Reymond kena omel karena kalian, kasihan enggak kalian?!"

"Iya, enggak bu, lagian kan yang bandel kita yang kena omel Reymond jadi salah guru juga," Tentu saja itu Oriel yang selalu tidak menerima bahwa dirinya salah.

"Hidup cuma sekali Bu ... " Dan itu tentu Ariel yang menambahkan. "Yang penting bandel iya, bego enggak bu," Dan itu Moren yang membandingkan porsi bandel dan pinter nya.

"Perempuan kok bangga bikin onar! Nih, emang calon-calon Orviel teman-teman nya! Malu kalian kalau saya kenalin sama senior bikin onar kalian," Cerca Bu Risa.

"Iya, bu kenalin aja siapa tau emang jodoh," Sahut Ariel.

Oriel terkekeh pelan, temannya belum tau kedekatan Oriel karena belakangan ini Orviel jarang ke sekolah.

"Nanti saya kenalin biar malu! Sudah, kalian ke tengah lapangan berdiri. Kalian makan dan berisik di pelajaran saya, cepat keluar sampe istirahat!"

Dan berahkir di tengah lapangan. Ini sudah biasa bagi Oriel, Ariel dan Moren. Tapi terlalu sering buat Oriel karena bila di panggil karena cabut pelajaran dia selalu di panggang di tengah lapangan dengan matahari yang sangat panas di atas kepala nya. "Semua gara-gara Moren kali ini," Kata Ariel seraya mengipas tangannya ke udara karena panasnya tengah lapangan.

Moren mendengus, "Yang penting ... Gue masih ada makanan!!!" Moren mengeluarkan chiki yang berada di saku rok nya. "Nih gue bagiin deh, kasihan udah panas ngiler,"

Let Me Be Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang