Keindahan kota Semarang di waktu malam masih menyimpan sejuta cerita dalam cinta dan akan selalu menjadi kenangan yang tidak pernah tergantikan.When I first saw you
I saw love
When the first time
You touched me
I felt love
And after all this time
You're still the one i love
[Shania Twain - You're still the one]Sejauh mata memandang, hanya ada kemilau lampu berkerlap-kerlip menjadi irama yang membangkitkan gairah bak cinta remaja di masa muda. Kian terlihat jelas ketika mobil yang mereka kendarai berhenti di sebuah perbukitan. Gemerlap bak hamparan cahaya menari-nari seiring irama hati. Tenang. Menyejukkan.
Magenta merentangkan kedua tangan seolah hendak meraup seluruh pesona alam yang tersaji di hadapannya.
"This is it, Cyan."
Berbeda dengam Magenta yang menerima seluruh pemandangan kota Semarang atas, Cyan bersedekap dan menyandarkan tubuhnya ke sisi mobil. Kepalanya tertunduk.
Alih-alih tersenyum, bibirnya bergetar. Hanya terdengar deru kendaraan bermotor saling bersahutan memecah keheningan malam."Hei! What's going on? Lo kenapa?"
"Sori. I'm okay." Cyan menjawab setelah menghela napas.
"Trus, kenapa lo menangis?"
"Dunno."
"Baiklah. Gue paham." Magenta pun bersedekap dan menyandarkan tubuh di sebelah Cyan.
" .... Sepertinya enam bulan masih terlalu singkat untuk lo bisa terbuka sama gue. It's okay. You can keep it by yourself. But if you need someone to talk, just tell me, I will be here for you."Cyan tetap bergeming.
Sejak pertama kedatangannya di spekta, sosok perempuan berhidung mancung dengan tawa yang renyah, menjadi pasangannya setiap hari dalam berbagi keceriaan, serta bernostalgia bareng pendengar Zona 90-an. Namun di sisi lain, Cyan tetaplah Ayudya yang sedang berusaha bangkit dengan menerima dan mengikhlaskan setiap pengalaman yang tertoreh dalam lembaran kehidupannya.
"Cyan. See. Ketika mendengar 'kota Semarang', hanya banjir yang mereka ingat. Selain lumpia dan bandeng presto, tentunya."
Cyan tersenyum.
"Dan hanya sedikit dari mereka yang mengingat bahwa Semarang itu indah, justru karena ada kekurangannya, seperti banjir, dan naiknya air rob."
"Apaan sih? Nggak ngerti."
"Nope. Balik, yuk."
Cyan mengangguk dan membuka pintu mobil. Tepat ketika berbalik, matanya menangkap seseorang yang tidak asing baginya, sedang berjalan menuju Alam Indah Resto. Seketika kakinya terpaku, kerongkongannya tercekat.
"Fa ...."
***
Magenta memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Dari sudut matanya, ia melihat Cyan kian terdiam, menundukkan kepala seraya mengusap pipinya untuk menghapus tetesan air mata yang mengalir. Magenta pun menarik napas dan membiarkan matanya kembali beradu dengan jalanan yang dipenuhi sorot lampu kanan dan kiri.
Please forgive me,
if I need you like I do
Babe believe it,
every word I say is true
Please forgive me,
if I can't stop loving you
No, believe me,
I don't know what I do
Please forgive me,
I can't stop loving you
I can't stop, loving you
[Bryan Adam - Please Forgive Me]***
"Lo lihat rombongan tadi, Mag?"
"Astaga. Masih idup, Lo? Dari tadi diem aja."
"Gue nanya serius. Lo lihat nggak?"
Mag mengangkat bahu dan menggeleng.
"Yang mana, sih? Gue cuma lihat lampu pelabuhan, yang paling putih.""Tadi, yang sebelum lo tancap gas balik arah ini."
Mag megernyitkan dahi, menggeleng.
"Amnesia, lo!"
"Bukan amnesia, Sayang. Gue nggak ngeh maksud lo."
"Tristan."
Mag terkekeh.
"Ya ampun.. Lo sempet lihat dia juga?""Jadi lo lihat?"
"Iya, lah. Lagian gue juga beberapa bulan ini selalu ikutan ngumpul sama mereka."
"Trus?"
"Lagi males aja."
"Kenapa?"
"Biasa. PMS."
====
KAMU SEDANG MEMBACA
AM to FM
ChickLit[[CERITA INI MASIH PROSES REVISI DI WORD!]] Ayudya Maheswari menjadi penyiar dengan harapan menemukan kembali arti kehidupan. Ia berusaha meninggalkan masa lalu demi mendapat seberkas kebahagiaan. Menjadi seorang yang sangat berbeda dengan dirinya...