"Baiklah ... Seperti janji Cyan tadi sebelum Bruno Mars mengudara, sekarang saatnya ...," ujarnya seraya mengarahkan pandangan ke layar komputer sebelah kiri. "Cyan baca pesan yang sudah masuk, ya. Ada Arnetta nih, di Tembalang," lanjutnya.Cyan menarik napas dan mendehem. "Hai, Kak, hujan di malam ini membawa ingatanku berkelana mengupas satu per satu pengalaman hidup yang membuat aku tegar hingga saat ini. Bukan berarti aku sudah meraih keberhasilan yang hakiki, sih. Tetapi aku sekarang lebih meyakini bahwa malam kan segera berlalu menuju esok pagi yang lebih terang."
Cyan mengangguk-angguk pelan dan mengiakan. "Buat Kak Cyan dan semua pendengar, hujan pun takkan selamanya turun. Di depan sana masih ada pelangi yang selalu setia menanti dan akan menghiasi hari. Arnetta lagunya ngikut aja. Makasih, Kak."
Seketika butiran bening menggenang di sudut mata Cyan, namun dengan cepat ia usap dan kembali menanggapi Arnetta dengan suaranya yang lembut.
"Terima kasih, Arnetta di Tembalang."
Cyan memegang tangkai microphone dan memejamkan mata, membayangkan sebuah lukisan dari Sang Kuasa melengkung indah di atas langit.
"Bener banget ya, Sobat. Sesuatu yang kita alami ... merupakan proses pendewasaan. Jadi, nikmati apa pun yang sedang kamu hadapi saat ini. Entah itu kebahagiaan, kesenangan, ataupun jika itu suatu kesakitan yang ... membuat kamu ingin berteriak cukup. Ini sudah cukup."
Cyan menjauhi microphone, jemari lentiknya sedikit bergetar menaikkan fader musik dan menurunkan volume microphone. Setelah memperbaiki letak headset di kepalanya dan mengatur napas yang mulai tersengal, ia mengembalikan posisi keduanya seperti semula.
" ... Hingga suatu saat nanti, kamu, kita ... bakal bisa bilang hujan boleh tetap awet, sama seperti kenanganku tentang dia, tetapi tidak dengan segala luka yang pernah ada. Karena tidak ada hujan yang tidak bisa kita lewati. Dan buat Arnetta, Cyan akan hadirkan satu lagu yang spesial dari Mariah Carey. Through the Rain. Semoga semakin membuatmu yakin bahwa segala sesuatu pasti bisa kita lalui."
***
Di sudut ruang coffee shop yang terletak di pinggiran kota Semarang, seorang laki-laki terlihat sedang duduk dan menarikan jemari di atas layar ponselnya. Diiringi suara merdu Mariah Carey yang keluar dari earphone sambil sesekali meyesap coffee latte di depannya.
And when the rain blows,
as shadows grow close
Don't be afraid,
there's nothing you can't face
And should they tell you,
You'll never pull through
Don't hesitate, stand tall and say...
I can make it through the rain
As I live once again
And I live one more day
I can make it through the rain
Yes you can
You gonna make it through the rain
...
[Mariah Carey - Through the Rain]Sobat Malam
Yes you can, you gonna make it through again. Kamu pasti bisa menerobos hujan, hingga badai sekalipun yang sedang kamu hadapi saat ini. Nah, Sekarang ... Terima telepon dulu, ya, sudah ada yang masuk ini. Halo ...,
Laki-laki di sudut coffee shop dengan earphone menempel di telinga menarik sudut bibir membentuk sebuah lengkungan senyum mendengar suara lembut perempuan yang paling dinanti setiap hari. Di sudut itulah tempat yang paling pas untuk bercengkerama dengannya melalui telepon.
***
"Selamat malam, Cyan." Suara laki-laki yang tidak asing kembali menemui Cyan melalui sambungan telepon.
"Halo ... Ya, dengan siapa, di mana?"
"Ini aku. Alex."
======
KAMU SEDANG MEMBACA
AM to FM
ChickLit[[CERITA INI MASIH PROSES REVISI DI WORD!]] Ayudya Maheswari menjadi penyiar dengan harapan menemukan kembali arti kehidupan. Ia berusaha meninggalkan masa lalu demi mendapat seberkas kebahagiaan. Menjadi seorang yang sangat berbeda dengan dirinya...