Kacau

2.1K 163 4
                                    

Langit seakan masih belum puas mengguyur kota Semarang sejak sore. Cahaya putih yang sesekali berkelebat dari luar disusul suara yang menggelegar membuat suasana malam semakin mencekam dan menegangkan. Termasuk di dalam kantor spekta radio.

Jikustik sudah usai dengan setia, tapi suara Cyan tak juga terdengar meski outro* sudah terlewatkan. Hanya Sweeper**  yang keluar, lalu dilanjutkan dengan lagu lain. Tristan yang sedang berselancar dengan layar ponsel pintarnya sontak mengernyitkan dahi, menyendengkan kepalanya untuk memastikan bukan karena kendala di ruang siar yang akan mengurangi kualitas suara atau lagu yang sedang mengudara.

How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone?
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you
for a thousand more
[Katty Perry - A Thousand Years]

A Thousand Years mengudara dengan sangat baik di satu menit pertama. Kemudian dari ruangannya, Tristan mendengar alunan lagu Katty Perry itu terputus-putus seperti ada gangguan sinyal. Laki-laki itu melirik jam di meja kerjanya dan seharusnya masih ada waktu setengah jam lagi untuk Cyan mengudara.

Seketika ia mematikan ponsel dan memasukkannya ke dalam saku. Sebelum sobat malam diakhiri dengan suara khas yang menandakan siaran radio telah usai, sebagai Program Director, Tristan harus tanggap dengan apa pun yang terjadi di ruang siar dan memastikan setiap segmen berjalan dengan baik. Sedangkan sekarang ini cuaca sedang tidak ingin bersahabat dengan jenis pekerjaan yang membutuhkan jangkauan sinyal luas.

Bergegas lelaki bertubuh tinggi itu beranjak dari kursi, meninggalkan meja kerjanya dan berjalan ke ruang siaran.

Semoga tidak ada yang serius dengan kondisi malam ini, batinnya seraya melangkahkan kaki menyusuri setengah lorong spekta yang tidak lebih panjang dari sepuluh langkahnya. Pun tebersit dalam benaknya untuk meminta Cyan menghentikan segmen meski belum waktunya usai. Petir kian menyambar, baginya keselamatan spekta radio, terutama Cyan lebih penting dari sekadar menggenapi setengah jam siaran malam.

Di depan ruang kaca tempat Cyan mengudara, Tristan melongok ke dalam dan hanya melihat layar komputer yang masih menyala, microphone tetap pada tempat, di sebelah mixer, dan headphone tergantung di atasnya dengan kabel menjuntai tidak karuan. Semua komplit, namun ia tidak melihat siapa pun duduk di sana.

Tristan merangsek masuk dan bergegas mengenakan headphone, tetapi matanya terpaku pada seorang perempuan yang terduduk di sudut ruangan sambil memeluk kedua kakinya dan menangis tersedu-sedu.

"Cyan ...?"

Perempuan itu tetap terisak. Ia mengeratkan giginya, menarik napas panjang, menahannya sejenak dan mencoba untuk menelan salivanya dengan susah payah seraya tangannya yang terkepal kuat kian memerah karena memukul-mukul lantai.

Tristan memutuskan untuk menghentikan siaran seketika, lalu berjalan mendekat dan berusaha menyentuh punggung Cyan untuk membuatnya lebih tenang.

Katty Perry masih tetap mengalun lembut di ruang siar, Tristan duduk di depan perempuan yang dari mulutnya masih tersisa isak tangis yang tertahan.

Petir masih terus menggelegar, pun dengan gemuruh di hati Cyan. Sebagai si biru terang pembawa keceriaan, ia merasa terjebak dalam posisinya sebagai single DJ siaran malam. Di saat ia seharusnya mengubur segala kenangan di kota Semarang dengan segala perasaan yang membersamainya, tidak seharusnya ia menerima tawaran Olive waktu rapat seminggu lalu.

=======

*Outro adalah musik penutup pada sebuah lagu.

**Sweeper adalah jingle stasiun radio yang dimainkan antara dua trak/lagu yang diputar.

AM to FMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang