Close your eyes, give me your hand
Do you feel my heart beating
Do you understand?
Do you feel the same
Am I only dreaming
Or is this burning an eternal flame?
[The Bangles - Eternal Flame]***
"Ada yang bisa dibantu?"
Farel mendekati Roy yang pandangannya lurus ke depan sambil sesekali mengembuskan aroma tembakau yang tajam bercampur dengan mint dari mulutnya.
Roy tetap diam. Napas laki-laki paruh baya itu terlihat sangat berat. Alisnya bertaut seiring tarikan napas yang dalam. Ponsel di genggamannya sudah berpindah ke meja dengan layar menghadap ke atas. Tangannya kini mencengkeram erat telapaknya sendiri.
Farel menarik kursi. Sepertinya laki-laki di depannya tidak mengaktifkan kunci otomatis atau peredup layar pada ponsel, yang biasa bisa diatur lima atau sepuluh menit jika layar tidak disentuh, cahaya mati.
Sekelebat gambar di ponsel Roy seakan mengajak Farel untuk melihat dengan lebih dekat. Ia melirik dan terpaku pada gambar perempuan yang menurut dugaannya didapat dari hasil pencarian album pribadi Roy, bukan laman sosial media atau penjelajahan dunia maya lainnya.
Perempuan yang matanya tidak terlalu lebar, hidung mancung, dan segaris bibir tipis menghiasi wajahnya. Dengan pulasan lipstik merah, senyumnya memperlihatkan tulang pipi yang padat serta deretan rapi gigi putih dengan dua bagian depan yang sedikit lebih besar. Berdiri membelakangi pantai, mata perempuan itu menatap kamera dengan penuh percaya diri. Gaun merah panjang yang ia kenakan, ujungnya berkibar terkena embusan angin. Rambutnya yang bergelombang pun dibiarkan tergerai. Tangan kanannya pada posisi menyugar, sebagian rambutnya terlihat bebas membelai wajah karena diterpa angin.
Farel memicingkan mata untuk melihat lebih jelas. Ia yakin gambar itu bukan foto yang langsung diambil di depan objek. Selain karena tidak terlalu jernih, pencahayaannya pun tampak seperti hasil ambil ulang gambar dari lembaran foto yang sudah dicetak. Ada pantulan lampu yang membayang di bagian kiri bawah. Tetapi semakin ia memperhatikan wajah di dalam foto itu, potongan kenangan tentang seseorang menyeruak seakan mengajaknya kembali tiga hingga empat tahun lalu.
***
"Aku gendutan, ya?"Seorang perempuan mematut diri di depan cermin dalam ruang sempit berukuran 1×1 m. Tangannya sibuk meraba bagian pinggang dan juga terlihat berjuang menarik perut ke dalam serta menahan napas demi menyamarkan lemak yang sebenarnya tidak ada. Hanya saja dia selalu termakan suggesti yang sering ditanamkan lingkungan sekitar bahwa perempuan akan terlihat cantik dan menarik jika perutnya rata.
"Nggak. Siapa yang bilang? Pacarku selalu cantik dan seksi." Farel menelanjangi perempuan itu dengan matanya, dari kepala hingga ujung kaki kemudian mengecup bibirnya dengan lembut.
"Farel ...." Perempuan itu menjauhkan bibirnya sebelum libido mereka terpancing di tempat yang tidak seharusnya.
"Oke, sekarang kamu coba satu lagi, sebelum kita keluar dari tempat ini dan melanjutkannya di kamar," bisik Farel.
***
"Ayu??"
Sontak dari mulut Farel terucap satu nama dan mengagetkan beberapa pengunjung termasuk Roy yang langsung mengernyitkan dahi kala melihat Farel memegang dan memperhatikan ponselnya.
"Maaf ... Tapi perempuan itu ...?" tanya Farel ragu-ragu seraya menyodorkan ponsel kepada pemiliknya.
"Oh ... Perempuan ini?" Roy balik bertanya untuk menegaskan.
Melirik ponsel dan menghela napas, laki-laki muda di depan Roy menarik kedua sudut bibir ke atas.
"Kamu kenal dia?" lanjut Roy.
Farel menggeleng setelah berpikir beberapa saat.
"Entah." Farel mengangkat bahu, masih belum yakin dengan ingatannya sendiri.
"Entah?"
"Ya, aku nggak yakin dengan ingatanku sendiri. Sosoknya benar-benar mirip seseorang yang ...."
Farel mengetuk-ngetuk jari di ponselnya, dan menunjukkan sesuatu kepada laki-laki
Itu." ... Sangat spesial."
=======
KAMU SEDANG MEMBACA
AM to FM
ChickLit[[CERITA INI MASIH PROSES REVISI DI WORD!]] Ayudya Maheswari menjadi penyiar dengan harapan menemukan kembali arti kehidupan. Ia berusaha meninggalkan masa lalu demi mendapat seberkas kebahagiaan. Menjadi seorang yang sangat berbeda dengan dirinya...