Magenta mengangkat kepala, dan melihat Mas Bram mengacungkan Jempol. Setelah membalasnya dengan senyuman, perempuan itu mendekatkan mulutnya ke microphone."Thank you so much for join with us. Dan jangan lupa, every weekdays pukul sepuluh sampai dua belas, bakal ada gue yang nemenin Sobat spekta di zona 90-an. So don't forget to always stay tuned in 102.7 Spekta Radio."
"Tetap semangat dan ingat selalu. Masa depan pasti ada bersama orang-orang yang mau bahagia."
Magenta melirik Mas Bram lalu menggangguk. Intro I Have A Dream terdengar mengalun pelan.
"Ya, dan elo penentu kebahagiaan diri lo sendiri. Gue Magenta,"
"Gue Cyan,"
Volume musik semakin keras.
"Pamit dari ruang dengar anda. Have a good day for ya ...."
Vokal merdu milik grup band barat tahun 90-an mengudara semakin keras.
I have a dream
A song to sing
To help me cope
With anything
If you see the wonder
Of a fairy tale
You can take the future
Even if you fail
I believe in angels
Something good in
everything I see
I believe in angels
When I know the time
is right for me
...
[Westlife - I Have A Dream]Kedua perempuan itu melepaskan headphone dan bersandar santai sebelum laki-laki yang tadi bertugas mengutak-atik mixer masuk dan mulai membereskan perangkat untuk jam siar selanjutnya.
"Thank you, Mas Bram." Magenta mengemasi tas dan melangkah keluar ruangan, diikuti Cyan yang berjalan seraya mengeluarkan ponsel dari tas selempangnya.
Laki-laki bertubuh kecil itu mengangguk dan tersenyum dengan menampakkan giginya.
Sementara kedua perempuan itu beranjak meninggalkan ruang siar sambil mendiskusikan tempat untuk makan siang, dari arah meja informasi, Magenta mendengar Mas Tio menyebut nama Cyan. Sedangkan perempuan berambut keriting dengan hidung yang mancung itu tetap terpaku pada layar 5" di tangannya.
"Nah, itu Mbak Cyan, Pak."
Magenta seketika menghentikan langkah dan menyikut lengan Cyan dan membuat perempuan di sebelahnya itu langsung berhenti, serta hampir saja melemparkan ponselnya karena terkejut.
"Bapak itu datang lagi. Penggemar lo, tuh, Cyan." Magenta menunjuk laki-laki yang berdiri di depan meja informasi dengan mengatupkan sebelah tangannya, seraya berbisik.
"Selamat siang ... Cyan?" Laki-laki setengah tua, atau lebih tepatnya sudah dewasa berdiri di depannya dan mengulurkan tangan. "Roy, lanjutnya.
Cyan sejenak terpana. Badannya terlalu sempurna untuk dikatakan laki-laki setengah tua. Mengenakan kemeja putih dengan corak sebuah lingkaran di saku, aroma parfum yang sangat menenangkan, disertai sorot matanya saat menatap Cyan, lembut tapi pasti. Hangat tiba-tiba menjalar memenuhi kepala dan seluruh badannya. "Ya, saya Cyan."
Laki-laki itu berbinar. Kebahagiaan membuncah ketika Cyan menarik bibirnya hingga berbentuk bulan sabit dan menundukkan kepala, sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua.
"Terima kasih, Pak...," ujar Cyan setelah Roy menawarkan makan siang bersama. "Tapi saya sudah harus pulang karena ibu saya baru sampai rumah tadi pagi, dan mungkin akan banyak membutuhkan bantuan."
"Roy. Panggil saja Roy." ujarnya seraya melangkah menuju cafe di sudut bagian depan halaman kantor spekta. "Baiklah, mungkin lain waktu." Roy tersenyum dan memesan secangkir Cappucinno.
=======
KAMU SEDANG MEMBACA
AM to FM
ChickLit[[CERITA INI MASIH PROSES REVISI DI WORD!]] Ayudya Maheswari menjadi penyiar dengan harapan menemukan kembali arti kehidupan. Ia berusaha meninggalkan masa lalu demi mendapat seberkas kebahagiaan. Menjadi seorang yang sangat berbeda dengan dirinya...