21. DCBMB

303 34 0
                                    

DCBMB

Pagi harinya, Aku sengaja datang pagi dan membawa Kue buatan ibu kemaren untuk ku bagikan pada teman teman kelasku. Aku masuk kedalam kelas menunggu Rendra, Asra dan yuna.

Rendra datang bersama Kevan dengan saling merangkul. Apa kevan juga ikut tidak waras bersama Rendra. Terlihat mereka tertawa bersama.

"Selamat pagi Eiru" Mereka berteriak bersamaan membuat seisi kelas menatap mereka kesal.

"Pagi" Suara Keras membuat mereka berbalik arah kearah pintu. Itu suara Asra diikuti Yuna di sampingnya. Nampaknya Rendra kesal.

"Bukan lo tapi Eiru" Asra mencibir lalu duduk di tempatnya. Kemudian ia sibuk bermain handphone diikuti yuna. Sementara Rendra dan Kevan sibuk bercerita.

"Teman teman, aku punya kue. Mau gak?" Tawarku membuka tutup kue. Tak ada yang menghiraukan karena mereka sibuk.

"Ren, Kev. Maka kue?" Tawarku pada kedua mahkluk pria tersebut.

"Nanti aja kali Eir" Aku sebal. Aku memilih keluar kelas tak luma menutup makananku dan menyimpannya dilaci meja.

Aku rasa sedikit bosan, aku memilih untuk keperpus untuk sekedar membaca. Aku tiba diperpus dengan siswa yang terlihat sedang sibuk dengan pelajarannya.

"Hey, Ketemu lagi" Aku kaget sumpah. Suara itu selalu membuat laju hatiku cepat sekali.

"Eh, Gue lupa nama lo?" Ujarnya. Aku kaget dan sakit hati dia bilang dia lupa namaku. Kenapa begitu sakit.

"Eiru" Jawabku singkat. Ia mengangguk dan berlalu meninggalkanku.

Aku berdecak lalu berlalu masuk ke dalam rak fiksi. Aku berkutat disana untuk memilih buku yang bagus ceritanya. Soalnya sebagian isi perpus aku sudah baca selain buku pelajaran. Baca seratus kali saja aku tidak akan mengerti.

Aku berjinjit untuk mengambil buku yang paling atas karena aku jarang menyentu buku buku di rak atas karena aku tidak sampai. Aku terus berusaha merai buku buku disana hingga tangan kekar mengambil buku tersebut. Menyadari hal itu aku kembali pada posisi yang baik. Capek juga ternyata.

"Nih" Dia menyerahkan buku yang ku inginkan.

"Lo? Ngapain disini lagi?" Tanyaku. Arlean seketika mirip hantu. Selalu muncul dan menghilang.

"Tadi gue disuruh bu lela buat ngasih catatan pinjaman. Maaf yah tadi sempat gak pamit" Aku tersenyum dalam hati. Arlean lembut banget. Aku makin suka sama dia deh.

"Thanks" Aku memilih duduk di bangku dekat rak, Arlean mengikutiku dan duduk do sampingku. Aku agak kaku karena berdekatan sama Arlean. Sumpah jantungku seakan mau copot.

"Gue mau nanya?" Suara pelan Arlean mengerumu.

"Apa?"

"Gimana cara nembak cewek?" Aku kok ngerasa sih. Apa Arlean mau nembak aku. Pipi ini memerah seketika.

"Kenapa gak tanya google aja" Jawabku. Rasanya aku susah bicara.

"Gak ada yang keren, menurut lo aja deh" Aku melihat wajahnya yang memelas.

"Caranya nyanyiin, kasih coklat, dan gombalan" Aku menatap lain. Aku gak mau Arlean melihat wajah merahku sekarang ini.

"Geisa gak suka coklat" Seakan duniaku hancur setelah mendengar itu. Terasa hati ini sesak dan menelan saja rasanya sakit.

"Lo suka geisa?" Tanyaku pelan. Bahkan berbicara saja hatiku sudah retak retak. Sakit.

"Iya, mungkin karena Olimpiade itu" Arlean tersenyum membayangkan wajah Geisa. Aku tahu ekspresi itu.

Aku bengong menatapnya. Air mata sudah berdesakan ingin keluar tapi rasanya ku paksakan meski dada ini bergemuru.

"Woy, Makasih tipsnya. Jangan bengong aja" Dia terkekeh. Lalu meninggalkanku sendiri.

Air mata ini mulai mengalir berjalannya waktu. Aku keluar perpus menjauh dari keramaian. Aku benar benar terluka.

Arlean, Mengapa kau harus menyapaku?. Mengapa kau harus membuatku terbang dan kemudian menjatuhkanku?. Mengapa kamu menyukai Geisa dan aku Tidak.

Sepanjang hariku aku tulis deary tentangmu. Aku menghabiskan waktuku untuk menulis namamu tapi mengapa kamu tidak menyukaiku Arlean. Kamu tahu hati ini tuh sakit Arlena.

Kamu baru saja kenal dengan Geisa. Tentu saja kamu juga baru mengenalku. Aku siswa bodoh dan gak terkenal. Aku tidak sepintar geisa dan secantik geisa. Aku mengaku aku cuma cewek jelek dan tidak mampu untuk kamu Sukai.

Aku duduk menunduk dengan memeluk lututku di belakang gunang tua. Menangis dan memilih bolos hanya karena cinta jahat ini.

Aku mendengar bunyi bel tanda pulang berbunyi, Aku menunggu hingga semua siswa siswi Trimidi pulang. Setelah merasa sepi aku bangkit dan mulai berjalan lemas menuju kelas.

Sekolah cukup sepi, Aku masuk kedalam kelas dan mengambil tasku yang tersisa disana.

"Eir, kemana aja? Bolos pelajaran lagi" Suara datar Rendra membuatku beku. Disana terlihat ada asra dan Yuna. Mereka diam tanpa bicara.

"UKS!" Jawabku tenang.

"Bohong!" Sela Rendra cepat. Aku melihat dia sedang marah.

"Mata lo bengkak dan sembab Eir, lo abis nangis" Teriaknya. Aku diam tak mampu berkata apa apa. Hanya air mata yang bisa meluncur keluar.

"Ini apa Eir?" Rendra melempar buku diary yang selama ini aku simpan baik baik didalam lemari terkunci. Mengapa ada disini.

"Selama ini lo nulis Arlean dengan penuh cinta Eir, Dia itu gak suka sama lo. Berhenti berharap karena harapan lo itu gak akan tercapai" Bentaknya. Baru kali ini aku melihat Rendra seemosi ini. Ia terlihat sangat maco dan tidak terlihat seperti banci.

"Udah Ren, kasihan Eiru" Yuna berlari memelukku. Ia ikut menangis dan memelukku. Rasanya semangkin menyakitkan saja.

"Ayo kita pulang" Asra juga ikut merangkul bahuku. Aku senang memiliki teman seperti mereka.

"Tadi diperpus dia ngomong apa Eir?" Suara Rendra mulai lagi tapi tak sekeras tadi.

"Dia nanya gimana caranya nembak cewek" Jawabku jujur. Kulihat wajah Rendra memerah padam. Kenapa harus semarah itu sih!

"Pengecut" Desitnya. Kami bertiga diam melihatnya emosi.

"Ayo pulang" setelah itu Ia berrsuara dan mengajak kami pulang.

***

Ada yang aneh sama Rendra gak sih. Kok kayak suka gitu sama Si Eiru.

Pilih mana

Eiran (Eirun dan Arlean)
Renru ( Rendra dan Eirun)

Salam Saya:-!

[SS]Dear Cowok Berkaca Mata Bulat (COMPLITE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang