25. DCBMB

297 35 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.
.

Aku menghampiri bangku yang sudah diduduki oleh ketiga temanku. Mereka terlihat asik mengobrol.

"Hey, kalian kenapa sih? Jauh gitu" Mereka melirikku. Agak sedikit risih tatapan Mereka.

"Kalian marah? Marah kenapa?" tak ada satu pun yang menanggapi ucapanku. Aku sedikit bingung dengan perlakuan mereka.

"Kenapa lo dekat sama Arlean jelas jelas dia nyakitin lo Eiru!" Emosi Asra kini naik diubun ubun. Aku gak dekat sama Arlean, dia yang selalu yang mendekatiku.

"As, Gue gak dek..." Asra memotong ucapanku. Terlihat matanya memerah karena emosi.

"Terus tadi apa?" Bentakknya. Ini dikantin, tak heran jika banyak yang menatap bingung.

"Gue gak ngerti, Kenapa sih kalian?" Aku mulai tersulut emosi, Aku tidak mengerti mengapa mereka sampai sampai marah seperti ini.

"Udah, jangan bikin ribut dikantin. Kita bicarain ini nanti" Yuna yang jarang sekali berbicara di antara kita ikut nibrung dan kembali diam.

Setelah itu mereka bertiga meninggalkan aku sendiri. Aku tidak tahu apa salahku sampai mereka menjauh dan seperti membenciku.

Di lorong sepi Rendra menyuruhku datang, katanya mereka ingin membicarakan masalah tadi. Agal sedikit menyeramkan berbicara di lorong yang sepi. Siapa tahu mereka berniat jahat dan membunuhku. Astaga! Positif thingking Eiru.

"Hemm" Aku berdehen setelah melihat mereka di belakang ruangan kosong. Aku mendekat dan berusaha tidak melihat sorot mata tajam mereka.

"Ayo bicara" Titahku. Mereka diam tak merespon.

"Ayo bicara" Titahku sekali lagi. Rendra mendongak menatapku. Ia mulai merencang kata katanya untuk ia keluar kan.

"Apa hubungan lo sama Cleo?" Tanyanya kemudian. Mengapa jadi Cleo.

"Cleo? Katanya kalian mau bicarain Arlean. Tapi, mengapa Cleo?" Aku juga mulai emosi mengapa mereka membolak balikkan pertanyaan. Membuatku jadi bingung.

"Kita nanya Eir?"

"Gak ada, Mending kalian to the point" Ujarku. Aku sedikit meredam emosiku.

"Kenapa waktu itu lo dianter Cleo?" Aku menghelan nafas gusar.

"Lo dijodohin sama Cleo Eir?" Yuna berujar disela isakan tangis. Sejak ia menangis.

"Gak" Aku jawab seadanya. Aku jujur dan semua pertanyaan itu tak berfaedah bagiku.

"Bohong" Teriak Yuna.

"Tolong, Kalian kenapa sih? Tolong jelasin kalian kenapa kalian ngelarang gue dekat sama Arlean?" Suasana Hening. Mereka tidak berkata kata. Mereka membisu, Aku benci suasana ini tanpa penjelasan membuatku penasaran dan frustasi.

"Arlean adalah anak dari ibu angkat Cleo?" Ujar mereka. Aku melongo tidak percaya. Tapi, mengapa mereka menanyakan apa hubunganku dengan Cleo.

"Jadi, Kalau lo dekat sama Arlean lo bisa bikin Cleo sakit hati. Lo tahu Yuna suka Sama Cleo" Asra kini meneriaku seolah ini semua salahku. Mereka tidak mengerti dan sama aku juga tidak mengerti ucapan mereka.

"Cleo bilang, Kalau dia bakal Tunangan sama cewek lain" Yuna tak bisa menahan semua gejolak hatinya, ia berlari pergi tempat kami saling meneriaki.

Disusul Rendra dan Asra meninggalkan aku sendiri. Aku terduduk merenungi semua perkataaan mereka. Kenapa lagi dengan Cleo, Apa dia mempunyai hubungan spesial dengan Yuna jadi selama ini yuna tidak segaul denganku karena Cleo. Apa dia melihat ku waktu itu kesekolah?, Tapi berangkat pagi dan tidak ada siapapun disana. Aku pusing memikirkan ini semua.

"Eir, Kamu ngapain disini?" Suara Khawatir itu membuatku tersadar dari lamunanku. Aku berdiri menatap rinci mata Arlean.

"Ngapain?" Suara dinginku keluar seolah aku tidak ingin Arlean berada di dekatku.

"Nyariin Lo lah Eir" Aku menghelan nafas kasar. Aku kemudian berlalu pergi dari hadapan Arlean.

Aku tidak menghiraukan teriakan Arlean yang menggelagar, Pikiranku hanya fokus pada Cleo dan Yuna. Maksud dari hubungan mereka apa. Aku tak sabar menanyakan perihal ini padanya.

Jam pelajaran bahas indonesia mendominasi otakku, Kali ini kami ulangan harian dadakan karena Pak liuhan akan libur. Mengapa dia menyiksa otakku.

"Selesai!" Ujarku, Aku melirik kearah Rendra yang sedikit cemas karena waktunya sedikit lagi. Tapi, ia belum menjawab sesuatu. Aku ingin tawarkan tapi aku kesal juga padanya.

"Ren, Ini punya gue. Copy cepatan" Bisikku. Rendra berdecak dan berbalik menatapku garang.

"Lo pikir gue gak bisa ngerjain Sendiri apa" Ketusnya. Aku hanya mengusap dada bersabar. Biarlah di lagi sensitif jadi gak usah diganggu.

Aku berjalan kedepan menyerahkan jawabku pada pak Liuhan, lalu aku keluar. Diluar seseoang telah menungguku keluar. Dia Arlean yang tersenyum manis. Aku suka senyumnya tapi aku tidak mau terpesona dulu sebelum semuanya jelas.

"Lagi ulangan dadakan yah?" Tanyanya. Aku mengangguk saja lalu berlalu. Aku menuju perpus yang masih kurasakan dia mengikutiku.

"Eir, kenapa mereka marah sama lo?" Tanya Arlean yang suduh duduk di sampingku.

"Gue gak tahu" Aku mengambil buku yang pernah kubaca, Aku risih Arlean ada disini dan juga merasa deg degan. Bisa jantungan aku kalau gini, perlakuannya manis pula aku jadi meleleh.

"Gue sama Geisa gak pernah ada hubungan Eir, gosip itu beredar karena gue pengen lo cemburu!" Arlean bisakah kau diam menutup mulutmu itu. Berisik sekali.

"Eir, Lo maukan jadi bagian hidup gue" Aduh, Kenapa dia ngomong kayak gitu diwaktu yang tidak tepat sih.

"Ar, gak usah ngomong gitu" Arlean terlihat terkekeh dan memandangiku. Apa yang lucu.

"Iya, tahu kalau lo juga suka sama gue jadi gak perlu ngomong gitukan" Aku menatap sinis, Kok dia kepedan sekali.

***

Ikan kering
Ikan hiu
Reading
I love you

Hheh

Salan saya:-*

[SS]Dear Cowok Berkaca Mata Bulat (COMPLITE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang