26. DCBMB

292 38 0
                                    

Sesampainya di rumah aku melihat Mobil hitam Cleo sudah ada didepan rumah. Aku cepat cepat masuk kedalam rumah melihat Seulas tawa dari orang orang, ada apa ini?

"Assalamu alaikum" Salamku, aku masuk dan melihat ibu dan ayah menoleh kearahku dan memanggilku agar keruang tamu. Aku mendekat dan membelalak tak percaya, aku menatap wanita paruh baya yang ada di samping... Yah Dia juga ada disini. Aku sungguh kaget dengan semua ini.

"Cleo, Aku mau ngomong" Aku berjalan mendahulu diikuti Cleo yang mengucapkan permisi pada mereka. Aku masih syok dengan semua yang terjadi.

"Cleo, apa hubungan cleo sama yuna?" Teriakku. Aku tidak peduli mau mereka mendengar atau tidak tapi aku emosi dan marah sekarang. Seolah aku dipermainkan.

"Kami berkomitmen, setelah Yuna lulus aku akan melamarnya" air mataku mengalir.

"Tapi, aku tidak punya pilihan lain. Aku meminta ayah menjodohkanku dengan Anak temannya dan menjadikan mu kambing hitam. Aku bilang jika kamu perempuan yang akan ku nikahi" Aku seakan muak dengan drama ini. Jadi ini Cleo berjanji menikahi yuna. Ada apa dengan dirimu Cleo.

"Dan, kamu akan dijodohkan dengan pria yang ada diruang tamu. Dia anak tante Palen, Ibu angkatku dulu" Aku membuka pintu kamarku dan masuk kedalamnya. Dada ini sesak seakan semuanya telah retak didalam sana.

Kenapa Arlean ngelakuin hal sebodoh ini, meminta ibunya untuk nikahin aku. Sebuta itu cintanya. Aku sangatlah kesal dan ingin sekali melampiaskan amarahku, aku bukan orang bodoh yang melampiaskan amarahku dengan tubuh ku. Aku masih waras.

Tidur sepanjang hari, membuatku capek juga. Aku melihat jendela kamarku ternyata sudah malam dan sebuah wajah disana mengagetkanku. Ia mengetuk pintu dengan keras, dia pikir kaca jendela gak pake uang untuk dibeli apa. Aku membuka jendela dan melihat dia Arlean.

"Lo masih marah? Gue gak tahu kalau gue dijodohi sama lo Eir, Sumpah. Kalau emang lo gak mau, gak apa apa. Batalin aja" Terlihat ketakutan diwajahnya membuat itu terkesan lucu.

"Buhaahhhaa" Aku tertawa hambar melihat wajah paniknya. Aku tidak bisa menahan tawaku lagi.

"Kenapa?" Dia bingung, apa yang lucu. Justru adaLah.

"Ini tuh udah malam, sana pulang" Usirku, aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku ingin menutup pintu namun ia menaham tanganku.

"Eiru, meski gue sayang sama lo. Kalau gak mau dijodohin batalin aja. Gue gak marah kok" Kemudian ia melepas tanganku dan menutup pintu jendela lalu pergi. Mungkin dia pulang.

"Selama ini, itu yang gue harapkan Ar. Sama lo dan tidak perlu berusaha untuk melirik lo lagi, cemburu lagi. Apapun masalah yuna dan Cleo itu urusan mereka. Hanya mengantar mereka salah paham. Karena ini semua salah dari Cleo.

--(-)!(+)---

Paginya, aku terbangun. Aku baru sada jika hari ini hari merah. Jadinya aku tidak sekolah, Aku hampir saja kesekolah jika tidak sadar.

Tok... Tok...

Suara ketukan pintu membuatku terpaksa beranjak dari tempat tidurku. Aku membuka pintu terlihat wajah cerah si menyebalkan Cleo yang tersenyum miris melihatku.

"Cepat mandi. Cewek itu bangun pagi dan jogging. Pantesan lo burik" Dia menasehati disertai ejekannya. Dasar menyebalkan.

"Apaan sih, gue mager" Ujarku tak bersemangat. Aku masih ngantuk dan ingin tidur lagi.

"Arlean udah nunggu lo di depan!" Tatapnya sungguh menakutkan. Aku menghelan nafas kasar dan segera mengiyakan saja.

"Iya, Sana pergi" Usirku kesal, sebenarnya kedatangan Cleo seharusnya membuatku bahagia tapi malah membuat aku kesal. Bisa darah tinggih kalau gini caranya.

Aku sudah berpakaian layaknya orang jogging, memakai Sweater dan celana training dan sesertai sepatu berwarna pink senada dengan celanaku. Aku keluar dari kamar menuju keruang santai. Aku melihat Arlean sedikit kaku dengan keadaan rumahku yang selalu menanya nanya. Gak tahu apa itu.

"Udah yah, Eiru udah siap" Ujar Cleo saat melihatku dengan senyuman nyeyel.

Aku memutar bola mataku malas, baru beberapa hari ketemu saja sudah semenyebalkan ini. Dasar cleo.

Setelah berpamitan, aku dan Arlean berjalan beriringan sambil mendorong sepeda masing masing. Aku diam Arlean juga diam. Hening!

"Eiru!" Panggilnya, Kami sudah jauh dari tempat tinggal rumahku. Aku menoleh saat Arlean juga menatapu lekat.

"Masalah perjodohan ini, gue benar benar tidak tahu. Sumpah" Terlihat wajah was wasnya.

"Lupain, Tidur panjang gue diganggu" Kesalku. Aku mendorong sepedaku lebih jauh meninggalkan Arlean.

"Eir, tunggu" Arlean menahan tanganku, aku tersentak karena kaget.

"Apa?" Aku mencoba melepaskan tanganku namun ia semakin menggenggamnya.

"Gue minta maaf banget" Hanya itu, aku sungguh merasa ngantuk.

"Jangan merusak hariku dengan ini Ar" Aku melepaskan tanganku lalu berlalu dengan mengayung sepedaku mengelilingi taman.

Angin meniup niup rambutku membuat ku terasa tenang. Aku terus mengayung sepedaku hingga sampai ketepi danau. Aku melihay Arlean disana. Wajahnya terlihat kusut kayak Sepatu gak pernah dicuci. Aku terkekeh sejenak, berpikir ingin mengerjainya.

Satu

Dua

Tiga

"Dorr" Aku yang kaget. Aku terjatuh hingga lututku lecet. Yah, itu belalang. Aku takut belalang.

"Jauhhh..." Teriakku, merentakkan tangan untuk mengusir.

"Bhahaha... Hahaha" tawa jahil Arlean pecah, aku kesal.

Aku melihat luka dikakiku dengan merah, sebuah rasa perih menjalar disana.

"Lo gak papa-Kan" Arlean duduk dihadapanku manatap lututku cemas.

***

Aku rasa nih cerita udh gk punya feel tpi masih di lanjutkan.

[SS]Dear Cowok Berkaca Mata Bulat (COMPLITE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang