.
.
.Eirun memarkirkan sepedanya di parkiran, lalu menuju koridor kelas. Ia bersenandung ria dan bahagia setelah itu memasuki kelasnya. Tiga pasang mata menatap tingkah Eirun yang sudah tidak peduli lagi terhadap sekitar.
"Eiru," Panggil Rendra saat Eirun hendak keluar. Eirun berbalik menatap keriga temannya. Dulu.
"Ada perlu apa?" Tanyanya santai, Yuna diam sembari menunduk disamping Asra. Eirun ingin meminta maaf tapi Cleo mengatakan tidak, ia belum mendapat maaf dari yuna. Apaan! Mengapa harus Eirun lagi.
"Kami mau..." pembicaraan Rendra terpotong oleh Asra yang menatap Eirun dengan marah.
"Gue tahu Eir, lo gak pernah mau maafin kita. Jadi, gue gak akan minta maaf sama lo. Ren jangan bertingkah bodoh" Sungguh menyedihkan memang. Eirun mengangguk lalu berlalu keluar kelas.
Saat keluar suara teriakan mengagetkan Eirun." Arghh" Eirun memukul lengan Arlean yang menjahili Eirun pagi begini.
"Dasar kecentilan!" umpat Eirun cemberut. Lalu bersilanh dada tanda kesal.
"Ngambek" Ia tersenyum mencubit pipi Eirun tanpa penolakan.
"Aneh, lo gak kayak gini tahu. Dulu ngomong sama cicak aja gak apa lagi sama orang sekitarnya. Kadang gue iri lo ngomong sama Geisa kebanding gue" Curhat Eirun pada Arlean. Kok curhat sih dasar Eirun. Runtuknya dalam hati.
"Kenapa? Karena kalau gue ngomong sama orang lain. Gue akan gampamg berpaling sama lo. Gue gak mau itu" Arlean jago gombal emtah dimana belajar. Pikir Eirun menerka nerka. Dasar Arlean.
"Sejak kapan?" Tanyaku menyipit mata tak percaya.
"Sejak MOS, Gue sembunyi dalam hati. Gue gak mau dapat penelokan dan lo juga gak pernah bilang" Dasar lidah buaya, dia pikir Eirun cewek apaan mengungkapkan perasaannya. Dia juga punya malu.
"Tapi, gue rasa enggak. Soalnya gue paham betul bagimana sikap lo. Waktu pertama kalinya ditolak cowok aja udah bikin ngeri" Eirum tersenyum tipis. Ia baru kalinya seberani ini, menggemgam tangan Arlean dalam senyum.
"Ehmm" Deheman seseorang membuat Arlean jadi linglung. Jadi lucu, Eirun tak puas melihat wajah lucu Eirun.
"Eirum udah puas" Suara sok tegas itu menegur Eirun membuatnya mencibir.
"Anak mudah jaman sekarang, Didepan oga ogahan dibelakang romantis romantisan. Dasar!" Cleo menggeleng. Eirun mengerut dahi, mengapa dia kesini? Batinnya.
"Selamat datang tuan Cleo" Sambut pak Liuhan, Aku menarik Arlean menjauh biar tak di lihat pak Liuran. Dan juga kabur dari Cleo.
"Kenapa lari?" Arlean kebingungan, Eirun malas menjelaskan. Memilih mengajak Arlean kekantin baru bagus tak menguras tenaga.
Makan dan hening mendominasi bangku keduanya. Arlean menatap Eirun dengan was was, sementara Eirun hanya bersikap biasa.
"Eir, fitimg baju nikah yuk!" Suasana hening begini bagusnya Arlean bercanda agar mendapat kekesalan dari Eirun.
"Lo mau nikah sama siapa?" Tanya Eirun tanpa menoleh. Tapi kok Arlean yang kesal sih. Suasananya makin canggung begini.
"Ar, gue serius" Eirun mendongak, "Gue juga serius" Lalu melanjutkan makannya kembali. Arlean menggebrak meja dengan pelan namun dapat mengudang sorot tatapan masyarakat kantin.
Terlihat Arlean berdiri dan pergi begitu saja" Ar" Panggil Eirun membuat Arlean berhenti. Arlean berharap Eirun akan mengatapan 'Ayo' Tapi..." Belum bayar" Sial.
Arlean berjalan ketukang bakso untuk membayar makanan yang ia pesan bersama Eirun. Tak ada pergerakan dari Eirun ia memilih pergi dari kantin. Ia kesal entahlah alasannya.
Setelah makan, Eirun mendongak dan membeli sebotol air minum, ia sangat kapar apa lagi di goda Arlean itu butuh tenaga.
"Kenyang" Eirun melompat ceriah menuju kelasnya, Tak ada siapapu disana. Tapi, ia tak peduli.
"Loh, udah masuk jamnya matematika ini mah" Ujar Eirun melirik jam tangan yang melingkar ditangannya yang putih bersih.
Eirun kebingungan, apalagi ia sendiri didalam kelas membuatnya kesepian. Merasa malas, Eirun keluar dari kelas berjalan melihat lihat kelas, tapi kelas lain pada belajar. Apa teman temannya bolos, bisa dapat amikan dari Guru galak matematika ini mah.
Eirun cepat cepat masuk kedalam kelas namun, teman temannya tiba tiba sudah ada didalam kelas. Aneh, Ada juga guru matematika yang menatapnya tajam.
"Dari mana aja kamu Eiru" Eirun rasanya mau pipis, tatapan tajam Pak winu membuatnya mati kutu.
"Nyari teman teman pak" jujur Eirun membuat pak winu mengintrogasi. Apanya! Pikir Eirun kesal.
"Nyari bagaimana, Orang mereka ada disini" Eirun sedikit kikuk untuk menjelaskan kronologinya. Bisa pipis dia.
"Maaf pak, Eiru bilang mau bolos. Mungkin ia lupa tas jadi balik lagi" Si kompor kevan. Eirun mengepal kesal pada Kevan.
"Bohong pak!" Bantah Eirun ketakutan, dia udah gemetaran sedari tadi. Tak adakah temannya yang mau nolongin.
"Pak," Terlihat Asra mengangkat tangan. Eirun menatap Asra yang sedikit mau bertanya dan tidak.
"Pak, tadi saya lihat Eirun sama Arlean pak, mereka mungin bolos bareng" Benar benar somplak. Eirun menepuk jidat mampus, mengapa Asra bilang begitu, apa dia belum memaafkannya. Bisa gila dia ini.
"Enggak pak, As. Kok lo bohong" Eirun mulai basah dengan keringat dingin. Musibah baginya. Tak adakah yang mau menolong.
"Pak" Dibangku Eirun terlihat seorang laki laki yang mengacuhkan tangan tersenyum jahil. Arlean.
"Saya boleh gak ngelamar Eirun?" Pertanyaan apa ini. Eirun seakan hilang raga, apa lagi rencana Arlean kali ini.
Apa ini balasan tadi dikantin?
Terdengar riuh teriakan orang orang. Pasti mereka mengirah Arlean itu gila. Emang gila.
Hanya lihat selengkapnya apa jawaban guru paruh baya ini. Kasihanilah Eirun ya Allah. Mohonnya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS]Dear Cowok Berkaca Mata Bulat (COMPLITE)
Short StoryFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN JADI SIDER Gadis yang bernama Eirun ini begitu kagum pada Pria "Berkaca mata bulat" Arlean. Entah mengapa itu? Yang pastinya semua pikirannya tertumpahkan dibuku dearynya untuk menulis keseharian dirinya saat melihat Ar...