23.DCBMB

292 36 0
                                    

*HappyReading*
.
.
.

Mataku kini bertemu dengan mata Arlean, Segera aku tarik kontak mataku dengannya. Aku menatap murka Rendra. Dia telah mempermalukanku didepan orang banyak.

"Eh.. Eh, Kalian ini malah bikin ulah, berantem lagi" Pak Sukirto datang membuatku sadar dari lamunanku. Ia memukul lengan Rendra dan Arlean pelan.

Mereka diseret keruang BK diikuti Asra dan Yuna sebagai saksi. Aku diam ditengah lapangan menatap kepergian Rendra dan Arlean.

Dikelas aku makin risih, mereka menatapku seolah aku ini menakutkan. Seharusnya Rendra gak bongkat semua perasaanku, makin kesak deh sama tih banci satu.

"Turut berduka cita atas kisah cinta lo yah Eir" Kevan si jail ini sok sokan sedih untuk mengejekku saja.

"Maksud lo apa?" Aku mulai nyolot, Kevan menjauh pura pura takut. Terdengar tawa teman temanku mengemuruh.

Kevan keluar kelas diikuti teman teman kelasku, Mereka seolah menyindir dengan nyanyian dan sindiran sindiran. Sungguh aku rasanya pengen hilang.

Berdiam diri di kelas membuatku jenuh, Suara decakan sepatu mendekat kearahku. Aku mendongak, dia geisa.

"Lo kesini mau marah. Karena lo kira gue nusuk lo dari belakang? Gitu" Geisa terkejut dengan bentakanku. Aku tak peduli, aku sedang kacau. Dia enak hanya sehari saja bisa mendapatkan hati Arlean sementara aku butuh waktu lama. Bahkan, waktu lama itu tidak menjamin jika Arlean menyukaiku.

"Tinggu dulu, Gue bakal jelasin semuanya sama Lo" Aku diam, Dadaku naik turun menahan emosi.

"Sebenarnya, Arlean gak mau nembak gue. Waktu diperpus dia ketemu sama lo dan nanya gimana caranya nembak cewek itu cuma mau lihat reaksi lo. Dia gak mau ditolak Eir, Karena lo dulu pernah nolak cowok. Banyak yang tolak hingga Arlean gak mau dekat sama lo dan menunggu tepat waktu nanti. Soal gegarnya gue jadian sama dia itu cuma setingan ia cuma ngetes gimana lo sama dia" Aku diam. Entah mengapa aku membisu mendengar ini semua.

"Maafin gue Eir" Geisa berlalu pergi setelah meminta maaf. Aku terpaku dikelas sendirian lagi.

Sulit memang jika menjalani cinta tanpa membuktian, Itulah kata kata Cleo dulu. Sampai sekarang aku tidak perna pacaram karena ingin membuktikan aku sayang banget sama Arlean.

Aku menggayung sepedaku, Aku berterima kasih paada pak satpam yang menjaga sepedaku. Aku pulang dengan mengoes sepeda dengam tenang. Pikiranku terus melayang kearah pembicaraan Geisa. Setelah Rendra, Asra dan yuna kembali. Tak ada lagi candaan di antara kami sampai pulang. Bahkan aku tidak kemana mana saat jam istirahat.

Pritt...

Suara klaksom motor ninja membuatku kaget dan segera menepi kepinggir jalan hingga aku dan sepedaku terjatuh. Terlihat berkendara panik dan turun dari motornya menghampiriku dengan panik.

"Eiru, Lo gak papa" Aku meringis sakit saat ia menyentu kututku yang jelas jelas luka.

"Gue bawa kedoktor yah" Aku meliriknya sekilas, Wajahnya penuh lebab karena di hajar Rendra. Aku mengeleng menolak aku masih tidak enak dan merasa malu.

"Kalau gitu gue anter lo kerumah lo" Aku mencoba berdiri mengabaikan ucapannya, ia juga ikut berdiri dan menatapku penuh kekhawatiran.

"Mau naik sepeda atau motor!" Tawarnya, akukan gak menyutujui. Aku mengeleng lagi.

"Sebagai cowok gue harus tanggung jawab udah bikin lo luka" Arlean kalau beginikan aku meleleh, Dasar Arlean.

"Lutut lo bisa diamputasi kalau gak segera siobatin" Ancamannya. Ngeri banget, Meski aku tahu dia bohong.

"Gue bisa pulang sendiri" Aku mengambil sepedaku, kali ini aku tidak mengendarainya akun mendorong menjauh dari Arlean, namun dia segera mengambil alih sepeda dan mendoronganya.

"Lo Kan lagi sakit, jadi jangan lelah" Ia berhenti dan memerintahku untuk naik.

"Ayo naik, Gini gini gue bisa balap lo" Dia memerintahku naik. Aku diam ditempat. Aku kan udah nolak.

"Kok diam, Gugup yah?" Pengenya Aku pukul kepala Arlean yang hanya terkekeh melihat wajahKu yang merona.

"Tenang aja, Gue gak gigit kok" Aku menurut dan duduk dibagian belakang. Sesekali Arlean bercanda ria namun aku tidak menanggapinya.

Tibanya di rumah, Arlean menyimpan sepedaku, buru buru aku beranjak dari sana namun lagi lagi Arlean menahan tanganku.

"Jangan marah yah, Kalau lo kesal sama gue lo bisa kok nampar gue sepuasnya" Ia menunjuk pipinya, nampaknya ia serius. Aku mengikutinya dan menampar pipinya dengan keras.

"Belum puas?" Tanyanya lagi, aku tahu itu sakit telihat dari pipinya yang membekas memerah.

"Mending lo pergi" Usir gue secara terang terangan. Arlean tersenyum dan pergi dari rumahmu. Ia berjalan sembari memegangi pipinya yang pasti sangat perih.

"Eiru, ternyata udah pulang" Ibu mengagetku. Semoga ibu tidak melihat Arlean.

Semalaman aku galau merana, Aku memikirkan perlakuan baik Arlean. Menurutku itu anehz sejak kapan Arlean menyukaiku bahkan aku tidak pernah melihatnya menatapku.

Sunggu membingungkan. Diruang makan terlihat Cleo sudah rapi dengam baju santainya dan Ibu juga terlihat segar. Ayah, Ia lebih baik dari sebelumnya.

"Aku mau nanya?" Ujarku karena tak ada yang membuka suara.

"Apa?" Tanya ibu. Berarti aku diizinkan bertanya.

"Yah, Bu. Eiru boleh pacaran gak?" Meski memalukan tapi tak ada salahnya aku bertanya.

"Gak minta persetujuan Dari Aku juga Eir" Cleo cemberut karena aku tidak menyebut namaya.

"Kalau ibu, boleh" Aku tersenyum, udah ada lampu hijau dari ibu.

"Yah, Eiru boleh pacaran?" Aku kini mengilang pertanyaanku kepada Ayah.

"Gak...."

***

Jejak, Author gentayangan

[SS]Dear Cowok Berkaca Mata Bulat (COMPLITE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang