SEBATAS SENJA DIBALIK HUJAN

994 86 13
                                        

"Sebatas Senja Dibalik Hujan"

part:17

Pagi ini.
Setelah insiden malam itu, semua orang sedang berkumpul di ruang bernuansa putih.
.
Terlihat seorang pemuda yang masih menutup mata. Entah kenapa itu membuat semua gundah dan gelisah.
.
Seperti akan terjadi nanti itu masih kurang bukti. Berharap fikiran-fikiran orang-orang terdekat Fildan hanyalah sebuah pemikiran yang bersifat sementara.

'Emmpp'

Sang pemilik suara itu menggerakan tangannya.
Fildan terbangun.
.
Lesti yang mendengar desahan pelan dari bibir kekasihnya, segera mendekat.
.
"Sayang? kamu sudah bangun." Ucap Lesti dengan senyum mengembang.
.
Fildan masih tetap diam. Entah apa dan siapa yang dicari, karna sedari tadi matanya masih melihat kekanan dan kiri.
.
" Mah? Mamah sama papah dimana? ini kenapa gelap. Fildan gak bisa lihat apa-apa. Les kamu dimna?"
.

Hening.
Apa ada kata selain diam membisu dan semua hanya memilih diam mematung.
Lesti yang tak percaya akan kalimat Fildan hampir tersungkur kebelakang.
.
Jika Reza tak segera menangkap tubuh adiknya. "Istighfar,dek."
Reza mengusap punggung Lesti.
.
Sementara Selfi yang masih tak percaya apa yang baru saja didengar. Berusaha mengetahui kebenarannya.
.
"Ayah? jawab Selfi ini apa maksudnya."Gilang menghapus jejak air dipipi putrinya.

Sementara Galang terus memberi pertanyaan yang semakin bertubi-tubi, hingga Gilang harus mengucapkan kalimat yang membuat semua kembali terdiam.
.
" Aku pernah membicarakan ini padamu kan,Lang. Jika efek ini terus terjadi dan membuat kesadaran Fildan hilang, maka hanya ada satu kesalahan pada kedua matanya."

" Apapun itu, aku akan membayar semua biayanya Gil? tapi tolong sembuhkan mata putraku." Ujar Galang memohon dan hampir berlutut dihadapan Gilang.

" Ini bukan masalah biaya Lang. Ini masalah pendonor yang ingin memberi kornea matanya untuk Fildan."

"AHHRRGG! MAH FILDAN GAK MAU BUTA MAH FILDAN GAK MAU BUTA! FILDAN GAK MAU BUTA!?"

Thea mendekap tubuh putranya yang terus memberontak. Mungkin kalimat Gilang membuat Fildan mengerti apa maksud dari pendonor mata.
Fildan mengalami kebutaan permanen.
Ya? Fildan tak bisa lagi melihat senyum dari Lesti, wajah itu jika sedang tertawa, ya? Fildan tak mampu lagi.

" Ini..Ini salah aku, ini semua salah aku!?"

Srett!
Blam!

" Lesti! biar aku dan Nabila yang ngejar Lesti kak." ucap Ega kepada Reza.
.
Rani menepuk pundak kekasihnya dengan senyum tipis.Ini begitu cepat,terlalu singkat dan banyak kerumitan dalam hal cinta yang datang dengan mantap.

Mungkin Lesti butuh sendiri, dan Fildan butuh waktu untuk menerima.
Siapa yang menyangka, jika dari mimpi semua terlihat baik-baik.
Sedang kenyataan diluaran sana amatlah sangat pahit.
..
..

Lesti terus berlari.Entah itu kakinya masih sanggup untuk berlari atau tidak. Tapi gadis itu terus menjauh dari keramaian, hingga lututnya lemas dan meluruh di jalanan yang sepi kendaraan.

''AHHHHRRRRGGGG!''

''JIKA KAU MEMBENCIKU HUKUM AKU TUHAN! JANGAN DIA, JANGAN ORANG YANG AKU SAYANGI!?''
.
Lesti bersikap seperti bukan dirinya.
Entah kepercayaannya telah hilang, atau sedang tak bisa berfikir dengan sehat.
.
"KAU MEMBENCIKU TUHAN! KAU MEMBENCIKU!?"
.
Umpatan kesal itu, lagi dan terus membuat kesadaran Lesti menghilang.Tak bisa menahan rasa kecewa yang teramat sangat melukai orang terkasihnya.

"HUKUM AKU SAJA TUHAN! BIARKAN AKU YANG MENERIMA HUKUMANMU!?"
.

Ega mengatur nafasnya yang . Nabila mengelap keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

*SEBATAS SENJA DIBALIK HUJAN*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang