"Apa kau tahu soal Rebellion?" sahut pria yang memegang cerutu. Lawan bicaranya yang sedang makan menghentikan gerakan tangannya, meletakkan sendok dan garpu di kedua sisi hidangan yang baru dinikmatinya. Suara obrolan keduanya yang semula lirih terdengar, kini sepenuhnya berubah menjadi senyap. Dua orang berlawanan jenis itu saling tatap untuk beberapa lama, sampai akhirnya salah satu dari mereka buka suara.
"Apa kau harus membicarakan pekerjaan sekarang?" Wanita cantik itu mengelap mulutnya dengan serbet putih, sepenuhnya kehilangan nafsu makan karena ulah pria di depannya. Ia meletakkan serbetnya di atas paha tanpa melepas pandangan dari lawan bicaranya.
Pria di depannya terkekeh, meletakkan cerutunya di atas meja dan menunduk mengamati hidangan hati angsa di depannya. "Mereka mengerikan," katanya dengan intonasi lirih. "Informan terpercayaku mengabarkan aksi mereka di Asia, dan itu cukup membuatku merasa terancam. Kita harus memusnahkan mereka." Tangannya yang berada di atas meja mengepal, meremas taplak meja tanpa sadar. Pertanda itu cukup untuk menggambarkan kalau pria yang rambutnya mulai memutih itu sedang amat gelisah.
Wanita berambut pendek di depannya mengangkat sebelah alisnya, memberikan pandangan bertanya yang terkesan menghakimi. "Menjadi Ketua SAU membuatmu paranoid? Aku bahkan tidak memasukkan mereka ke daftar hitam, ancaman besar seharusnya sudah dapat diprediksi oleh radarku." Ia menolak argumen temannya soal kelompok yang mereka bicarakan. Dalam hati berusaha memilah kata. "Terlebih, Asia adalah wilayah kerjaku."
Pria itu menggebrak meja, beruntung mereka makan di ruangan tertutup yang menjamin privasi. Tidak perlu khawatir dengan pandangan bertanya orang-orang atas keributan kecil di meja mereka. "Kau tidak boleh meremehkan api sekecil apa pun, suatu saat bisa menjalar dan membakar habis semua usaha kita. Pancing mereka ke permukaan, giring mereka ke dalam perangkap, buktikan kalau kita pegang kendali dan tidak ada yang bisa menghentikan kita. Musnahkan mereka." Wajahnya menampilkan raut bengis yang mengancam, membuat wanita di depannya termundur ke belakang beberapa senti karena kaget.
"Dia yang memerintahkan semua ini, An."
Wanita berambut pirang platinum meraih gelas anggur yang terisi separuh, menghabiskan satu tegukan pendek dan berdiri. Ia mengambil mantelnya yang tergantung di sandaran kursi dan menoleh sekilas pada pria yang masih duduk di kursi. Lalu wanita itu beranjak pergi tanpa mengatakan apa-apa. Si pria tidak mengamati kepergian wanita itu, ia hanya menunduk dan sibuk mengamati daging yang dilumuri saus yang terlihat lezat di piring makanan. Ia lalu mengambil pisau dan garpu, mulai mengiris makan malamnya dan menghabiskannya sambil menenangkan diri.
R E B E L L I O N
Book One from S I E T E.
Introducing
Your quiet rebel;
Taehyung Kim as Victor Mamerto
KAMU SEDANG MEMBACA
S I E T E
Action••𝑺𝑬𝑽𝑬𝑵 (𝘚𝘱𝘢𝘯𝘪𝘴𝘩) Awalnya adalah kematian. Kemudian, tujuh hari hitung mundur dimulai untuk sebuah perjalanan pulang. Tujuh hari untuk memberikan sebuah pertunjukkan terakhir. Tujuh hari untuk mempertahankan eksistensi mereka tetap ada s...