1st Attack

542 44 26
                                    

I do this with conviction

I write truths and never fiction

My disease is what you fed

I can't stop with my ambition

Like a missile on a mission

I'm a force that you will dread

-The Score-

Region One, Ancaisteal.
Status : Warrior.

"Kalau bisa satu, kenapa harus dua?"

Aceruz mengernyit, bocah itu merasa heran dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia menatap seorang pria yang tengah bicara pada anak kecil seusianya, atau mungkin lebih muda. Seorang bocah laki-laki dengan kulit cukup gelap. Seperti Aceruz, anak itu juga punya banyak bekas luka. Oh, itu bukan hal aneh. Justru aneh bagi Aceruz jika bisa melihat seseorang dengan tubuh tanpa luka kecuali para petugas kerajaan yang sombong itu. Mereka bahkan memakai baju besi dan membawa senjata, menggelikan. Padahal, warga biasa jarang yang punya senjata dan baju pelindung seperti itu.

"Kaizer, kau bisa mengalahkan mereka dengan satu serangan. Kau harus lebih sering melatih teknikmu, waktu amat berharga."

Satu serangan?

Waktu itu Aceruz tak mengerti maksudnya. Yang jelas, keesokan harinya, ia menemui bocah bernama Kaizer itu sebagai rivalnya di pertandingan.

.
.
.

"Aceruz!" panggil seorang pria dengan baju besi di ujung lingkaran. Aceruz yang sedang merapikan rambut merahnya tersentak, cepat-cepat ia melompat masuk ke dalam lingkaran. Lingkaran itu hanya sebuah garis sederhana, dibuat dengan anak panah yang ditancapkan terbalik, dan disusun membentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih lima meter. Kalau kau keluar dari lingkaran, dan lompatanmu tak cukup tinggi atau apa pun yang bisa membuatmu menghindari 'garis'-nya, kau akan berakhir terluka karena ujung anak panah yang menghadap langit. Tentu saja, itu tajam dan kau bisa terbunuh. Entah karena kehabisan darah atau justru infeksi.

Aceruz memperhatikan langkah bocah yang akan jadi lawannya, mengangkat sebelah alis begitu mengenali lawannya sebagai bocah yang kemarin dia lihat. Anak-anak lain yang berkerumun di pinggir lingkaran menatap keduanya penuh minat dan kengerian. Ini pertarungan sederhana, tapi kau bisa mati. Tidak usah kaget, ancaman seperti itu wajar bagi mereka.

"Siaga!"

Aba-aba dari wasit pertandingan membuat Aceruz otomatis memasang kuda-kuda siaga. Ia menatap kedua mata merah lawannya yang bersikap sama. Aceruz memindai kemampuannya dalam satu kali pandangan. Posisinya mantap, semua berada di tempat yang tepat, dan Aceruz bisa melihat kekuatan dari binar matanya. Ia memang lebih pendek dari Aceruz, tapi, apa itu penting sekali? Dari apa yang Aceruz pelajari selama ini, tinggi badan bukan faktor yang amat menentukan. Lagipula, lawannya kali ini kelihatan punya banyak tenaga.

Tapi, aku lebih pintar dan berpengalaman.

Setidaknya, walau sulit, Aceruz yakin dia bisa menang.

"Mulai!"

Aceruz memutar tubuh untuk menghindar dari tendangan mendadak yang dilayangkan lawannya. Tangan kanannya mencengkram kaki lawannya, tapi gerakan memutar dan menyentak dari pergelangan kaki musuhnya membuat cengkraman Aceruz terlepas. Bocah itu cepat-cepat membentengi wajahnya dengan tangan kiri saat tendangan lawannya terarah pada wajahnya.

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang