2nd Attack

303 36 21
                                    

You can take everything I have

You can break everything I am

Like I'm made of glass

Like I'm made of paper

Go on and try to tear me down

I will be rising from the ground

Like a skyscraper

-Demi Lovato-

Region One, Ancaisteal.
Status : Warrior.

"Emily, kau akan kemana?"

Wanita berambut hitam sebahu itu menoleh, melihat adiknya yang berdiri di depan pintu kamar sambil mengusap matanya yang masih mengantuk.

"Aku ikut pemberontakan kali ini. Ini mungkin akan jadi pemberontakan terakhir kita, Loy."

Jawaban dari sang kakak membuat mata Eloy terbuka lebar, kantuknya sirna sudah. Kini dia merasa khawatir luar biasa dengan saudarinya. "Apa kau akan baik-baik saja?" tanyanya cemas.

"Aku akan baik-baik saja."

"Kau pasti akan kembali kan?"

"Tentu."

Eloy tidak membalas. Ia menatap Emily yang memakai sepatu bot kulitnya dan menyarungkan pedang ke pinggang. Wanita berusia delapan belas tahun itu berlutut di depan adiknya, menyerahkan sebilah belati yang dibungkus selubung kulit. Eloy tidak menerimanya, ia menatap heran pada saudarinya itu.

"Jika matahari sudah tenggelam, dan aku belum pulang, tidak ada satu warga yang ikut pemberontakan kembali ke desa, berjanjilah kalau kau akan melakukan apa yang aku katakan setelah ini." Emily menatap sungguh-sungguh pada adiknya.

"Emily...."

"Kau harus berjanji, Loy." Emily meletakkan belati di atas tangan Eloy, lalu menggenggam tangan adiknya dengan erat. Menatap kedua matanya dengan pandangan teduh, bola mata berwarna merah itu hanya melembut saat bicara dengan orang yang disayanginya.

"Aku janji."

Emily tersenyum lebar, lalu mengelus puncak kepala adiknya dengan lembut. "Dengarkan baik-baik yang akan kukatakan," katanya. "Pergilah ke gunung selatan, Aceruz tahu jalannya, bawa yang lainnya bersamamu. Di kaki gunung, kalian akan bertemu seseorang, sebutkan namaku dan dia akan membantu kalian keluar dari negeri ini."

"Tapi—"

"Loy, kau sudah berjanji akan menuruti perkataanku."

Eloy mengulum bibirnya, bocah itu menatap belati ditangannya dengan pandangan sendu. Emily tersenyum melihat tingkah adiknya, gadis itu merentangkan tangan dan merengkuh Eloy dalam dekapan hangat. Ragu-ragu, tangan Eloy terangkat untuk membalas pelukan kakaknya.

"Kau akan kembali kan?"

"Ya."

Emily berbohong untuk yang kedua kalinya.

***

Victor mengusap matanya, menggeliat sebelum akhirnya bangun dengan malas-malasan dan menuju pintu keluar. Ia nyaris terjatuh karena kaki Aceruz yang menjulur panjang. Bocah berambut abu-abu itu mencebik, merutuki betapa temannya yang satu itu tumbuh terlalu tinggi. Victor kembali melangkahkan kakinya keluar, ia disambut dengan pemandangan Eloy yang sedang melamun. Anak laki-laki berusia sembilan tahun itu duduk bertopang dagu di dekat jendela, menatap jalanan luar yang terlihat sepi. Victor mengernyitkan alisnya, ini aneh untuk ukuran desa mereka yang biasanya berisik.

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang