But did you see the flares in the sky?Were you blinded by the light?
Did you feel the smoke in your eyes?
Did you? Did you?
Did you see the sparks filled with hope?
You are not alone
Cause someone’s out there, sending out flares
-The Script-
Yunnan, China.Semenjak kedatangan delapan bocah aneh bermata merah yang tidak jelas darimana asalnya, kehidupan Tan sempurna berubah. Mulanya, yang mengisi hari-hari bocah berambut hitam jabrik seperti tokoh manga Uchiha Sasuke itu tidak jauh-jauh dari game, menemani kakek di restoran yang sepi, dan tidur siang yang berlebihan. Kini, dia punya banyak kegiatan baru; membantu delapan bocah kelebihan tenaga itu beradaptasi, hari yang sibuk di restoran kakek, dan diam-diam menonton latihan rutin teman-teman barunya.
Jika ditanya apakah Tan merindukan hari-hari sebelum dia mengenal delapan teman barunya, maka jawaban Tan adalah tidak yang bulat. Mereka membawa cahaya tersendiri dalam kehidupan Tan dan kakeknya. Karena mereka, restoran kakeknya jadi punya modal dan berkembang pesat, mereka pindah ke rumah dan restoran yang lebih luas (kata Kakek, pendekar-pendekar cilik itu butuh tempat untuk berlatih) dan yang lebih penting, Tan tidak lagi kesepian. Tiap kali pulang sekolah (omong-omong, dia tidak sekolah bersama yang lainnya karena mereka terlalu barbar) Tan akan memacu langkahnya dengan semangat ke restoran. Di sana dia bisa menemui kakek dan delapan teman barunya, sangat sibuk melayani pengunjung restoran.
Tan akan nyengir lebar di depan pintu, mengabaikan teriakan marah Jocasta yang mengatakan dirinya menghalangi jalan, atau panggilan Eloy agar dia membantu Kakek di dapur.
Selalu menyenangkan pulang ke rumah yang hangat.
Di samping keanehan kekuatan mereka, Tan cukup nyaman berteman dengan mereka semua. Tetap saja, hal buruk selalu berjalan beriringan dengan hal baik. Selalu ada kegelapan di balik cahaya terang. Berita negatifnya, teman-teman barunya itu punya banyak sekali musuh.
Tan baru pulang dari sekolah, hendak menuju restoran seperti biasa. Semalam Eloy mengabari kalau mereka akan pulang dari urusan di Seoul, Tan sangat bersemangat bertemu lagi dengan teman-temannya. Dia sedang sibuk menyusun rencana untuk menghabiskan hari dengan teman-temannya ketika tiba-tiba, dua orang pria berbadan kekar dengan penampilan sangar menghentikannya di tengah jalan, bertanya apakah Tan bisa ikut dengan mereka. Tanya itu lebih terdengar seperti pemaksaan, yang membangkitkan siaga satu dalam pertahanan dirinya. Tan sadar kalau keadaan yang dihadapinya sangat berbahaya. Dia sibuk memikirkan cara untuk lari. Victor bilang kemampuannya membuat lawan kesal bisa dijadikan pengalihan, tapi dia tidak sempat menggunakan mulut sampahnya karena sebuah pukulan keras tiba-tiba menghantam belakang lehernya. Apa yang selanjutnya Tan ingat adalah rasa sakit yang luar biasa pada tengkuknya, lalu kegelapan mengurung kesadarannya.
Dia terbangun karena tepukan pelan di pipinya, tepukan yang terasa dingin, lengket dan berbau besi. Darah. Ketika dia membuka mata, wajah khawatir Jesselyn adalah apa yang pertama kali dilihatnya. Gadis kecil berambut merah itu tampak berantakan, bola matanya yang berwarna hitam dilapisi sorot cemas. Tan tahu kalau warna matanya palsu, tapi tidak dengan kecemasannya.
"Kau baik-baik saja," kata gadis itu. Dia tidak bertanya. "Aku senang kau baik-baik saja." Di antara yang lain, Jesselyn dan Eloy adalah yang paling cepat belajar bahasa baru. Tan tidak kesulitan bicara dengan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S I E T E
Action••𝑺𝑬𝑽𝑬𝑵 (𝘚𝘱𝘢𝘯𝘪𝘴𝘩) Awalnya adalah kematian. Kemudian, tujuh hari hitung mundur dimulai untuk sebuah perjalanan pulang. Tujuh hari untuk memberikan sebuah pertunjukkan terakhir. Tujuh hari untuk mempertahankan eksistensi mereka tetap ada s...