File 3

158 18 31
                                    

I refuse to be another number now

Never staying down

This is something real

I'm a name that you'll remember

I am more than just a thrill

I am gonna be the greatest ever now

Watch out

I'm a force that you will fear

-The Score-

Region Five, Ancaisteal.
Status : Hunter.

Jaykho membantu Gissele memapah Daegan. Bola matanya yang kelabu menyiratkan cemas saat anak laki-laki itu menatap Gissele. Suara rendahnya terdengar dingin begitu dia bicara dengan tergesa.

"Kita harus lari."

Gissele tidak terlalu mengerti, tapi dia mengangguk. Dia sadar kalau Jaykho bisa dipercaya. Lagipula, mengikuti Jaykho dan yang lainnya adalah opsi terbaik saat ini. Gadis kecil itu mengikuti langkah teman-teman barunya, setengah berlari masuk lebih jauh ke dalam lorong.

"Kita akan kemana?" tanya Becky yang memapah Alissea. Di sampingnya, Roseanne tampak cemas. Dia melihat ke sekeliling dengan wajah khawatir.

"Atas," kata Joachim. "Kita tidak bisa lari dari penciuman Keara. Tapi dia sangat lambat karena luka-lukanya yang parah."

"Keara itu...."

"Beruang." Joachim menyeringai, membalas pertanyaan Gissele. "Hewan dengan indra penciuman terbaik. Dia bisa mencium bau tubuh kita dari jarak jauh. Kedua kakinya yang luka parah membuatnya tidak bisa menghampiri kita dengan cepat."

"Karena itu kah suara langkahnya terdengar diseret-seret?" Gissele bertanya dengan nada pelan. Gadis itu tersentak saat suara aneh terdeteksi indra pendengarannya. "Omong-omong, tidakkah kalian mendengarnya?"

Daegan yang dirangkul kedua temannya tertawa. Tawanya lemah, tapi mengandung getir yang membuat Gissele bertanya-tanya. Ketika anak berambut pirang itu berhenti tertawa, dia menoleh pada Gissele yang memapahnya.

"Aku merinding," katanya, kontras dengan senyum di wajahnya. "Gie, yang kau dengar apakah suara langkah halus?"

Gissele mengangguk. Daegan kembali tertawa, padahal dia tidak bisa melihat anggukan Gissele.

Suara lain terdengar.

"Sekarang mereka mulai menarik busur. Cepatlah!" Becky yang berdiri paling depan bersama Alissea dan Roseanne berseru keras.

Gissele tersentak, menyadari arti tawa lirih Daegan barusan. "Mereka-"

"Para pemanah," potong Roseanne. "Joachim benar, pilihan paling bagus sekarang adalah bersembunyi di atas. Keara tidak bisa menjangkau kita dan para pemanah itu belum pernah mengarahkan anak panahnya ke langit-langit."

Gissele mengarahkan pandangannya pada langit-langit lorong. Sekejap, dia bisa mendengar suara lirih yang memantul lewat langit-langit yang rendah.

"Ayo, Gie." Jaykho menegurnya, membuat Gissele kembali memfokuskan diri pada teman-temannya yang tengah menaiki dinding.

"Dinding lorong ini cukup tebal dan tinggi, kita bisa duduk di atasnya dan menunggu sampai Keara menjauh." Joachim menjelaskan, mengulurkan tangan pada Gissele.

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang