I'm gonna make my move
I'm gonna make it soon
And I'll do it cause it's what I want to fuckin' do
-NEFFEX-
Hari Ketiga.
Seoul, South Korea.
"Kau tidak ikut latihan, Dagger?" Master Rei yang memakai kimono polos berwarna putih bertanya pada Eloy yang duduk bersila di teras kayu mansionnya. Eloy tersentak, berniat bangun tapi gerakan tangan Master Rei menghentikannya. Sebagai gantinya, pria paruh baya yang masih bugar itu duduk bersila di samping Eloy, mengamati teman-temannya yang sedang berlatih bersama cucunya dan beberapa orang pengawal.
Eloy berusaha nyaman dengan posisinya meski aura dominasi Master Rei terlalu kuat untuk ditolak. Jelas, pria ini sudah menghadapi berbagai macam rintangan dalam hidupnya untuk bisa mencapai posisi puncak dalam organisasi gangster ternama yang dikenal dunia sebagai Yakuza.
"Aku sedang tidak minat." Eloy menjawab pertanyaan Master Rei yang baru beberapa waktu lalu terlontar dari mulutnya.
Master Rei masih bertahan dengan posisinya, pria tua itu memejamkan mata dan tak bergerak satu senti pun. Tingkahnya mengingatkan Eloy akan Sang Raja Hutan, tenang, buas, mematikan. Eloy tak bicara apa pun saat Master Rei hanya diam, ia membiarkan sunyi menjadi suasana antara dirinya dan Master yang sangat diseganinya itu.
"Kau ingat bagaimana aku menemukan kalian?" tanya Master Rei dengan suara dingin dan datar.
Eloy mengangguk. "Tentu," katanya.
.
.
.Saat itu, Eloy, Jack dan Tan baru saja pulang dari pasar untuk menjemput pesanan daging. Tan terus menggerutu di sepanjang jalan, mengatakan dia tidak akan pergi jika bukan Kakek Wang yang menyuruh dan tugas-tugas ke pasar itu lebih cocok untuk Jesselyn dan Jocasta. Eloy sih tidak masalah, sedari dulu sering kebagian tugas membeli bahan makanan jika Emily sibuk. Jack juga senang-senang saja dibawa ke pasar, baginya sudah seperti tamasya.
Mulanya, semuanya baik-baik saja sampai ketiganya melewati gang kecil yang saat itu sedang sepi. Suara ribut terdengar dari salah satu rumah, karena penasaran, ketiganya kompak mengintip lewat celah pagar kayu tinggi yang terbuka. Ada beberapa orang berpakaian hitam, salah seorang diantaranya babak belur, duduk berlutut dengan pakaian robek di punggung di depan seorang pria yang memegang pedang berlumuran darah. Eloy terkesiap, menutup mulut Jack dan Tan yang akan berteriak. Ketiganya bahkan tidak sanggup melangkah pergi, hanya diam di tempat mereka dengan kaki gemetar.
"Oyabun, tolong bunuh aku." Pria yang berlutut di tanah memohon pada sosok di depannya, yang memegang pedang berlumuran darah. Wajah pria itu babak belur dan ada luka sabetan besar di punggungnya yang bertato, namun ia masih sanggup memohon pada orang di depannya.
"Aku ingin tahu kenapa kau membunuh temanmu, dia tidak bersalah, tidak berurusan dengan kita. Dia bersih, tidak ada catatan kriminal, dia bahkan tidak tahu kau itu anggota Yakuza." Pria yang dipanggil Oyabun membersihkan darah di pedangnya dengan ujung jasnya yang mahal.
"Oyabun, aku mabuk. Aku mabuk dan dia mengatakan sesuatu yang membuatku tersinggung, lalu aku membunuhnya. Aku tidak sadar."
"Kalau begitu, itu di luar urusan Yakuza. Kami tidak akan melindungimu, pergi menyerahkan diri dan bayar dosa-dosamu."
"Rei, dia punya seorang istri dan putri yang masih kecil. Tolong bunuh saja aku."
Rei menoleh, lalu mengangguk. Ia mengangkat pedangnya, menatap bawahannya yang kini menunduk, siap menerima hukumannya. Sebuah belati melesat dan mengenai tangan Rei, tangannya terluka sementara pedangnya jatuh ke tanah bersama belati yang melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S I E T E
Action••𝑺𝑬𝑽𝑬𝑵 (𝘚𝘱𝘢𝘯𝘪𝘴𝘩) Awalnya adalah kematian. Kemudian, tujuh hari hitung mundur dimulai untuk sebuah perjalanan pulang. Tujuh hari untuk memberikan sebuah pertunjukkan terakhir. Tujuh hari untuk mempertahankan eksistensi mereka tetap ada s...