9th Attack

180 23 17
                                    

It's time to strap our boots on

This is a perfect day to die

Wipe the blood out of our eyes

In this life there's no surrender

There's nothing left for us to do

Find the strength to see this through

-Otherwise-

Region One, Ancaisteal.
Status : Warrior.

Jesselyn membuka lebar-lebar matanya, memantau tiap pergerakan bocah laki-laki di depannya. Dilihat dari sisi mana pun, Eloy Dagger itu Malaikat Penolong. Apa-apaan dengan rumor Iblis Pembunuh yang tadi didengarnya itu?

Cih, anak-anak tadi pasti mabuk berat. Kasihan sekali, kecil-kecil sudah jadi maniak arak.

Jesselyn mengembuskan napas panjang. Dia pikir, jauh lebih baik menanyakannya langsung ketimbang menerka-nerka. Tidak enak punya kesalahpahaman dengan seseorang yang sudah kau anggap keluarga sendiri.

"Aku jarang melihatmu keluar rumah," tanya gadis kecil itu pada anak laki-laki yang sedang menyusun makanan di meja.

Eloy sejenak terpaku, berhenti menyusun piring. Kemudian, dia tersenyum dan kembali melanjutkan aktivitasnya. "Emily pernah membawaku keluar dan berlatih seperti anak-anak biasa, aku nyaris membunuh orang. Sejak saat itu, Emily bilang aku cukup berlatih di rumah saja," katanya santai.

Jesselyn melebarkan mata begitu saja. Tidak menyangka kalau Eloy punya sisi lain juga. "Kau pasti sangat hebat," pujinya tulus.

Eloy meletakkan piring terakhir di meja makan. Dia menatap Jesselyn dengan heran. "Kau tidak takut padaku? Maksudnya, aku sempat dijauhi anak-anak lain setelah peristiwa mengerikan itu."

Jesselyn mengangkat bahunya, memain-mainkan rambut panjangnya yang berwarna merah. "Yang aku tangkap dari ceritamu adalah, kau punya kemampuan bertarung yang hebat. Ini hanya soal bagaimana kau mengendalikannya, bukan?"

Eloy mengerjap bingung. "Itu respons yang agak unik, berbeda dari anak-anak lain," katanya jujur.

Jesselyn hanya tertawa. "Omong-omong, apakah rumahmu ini semacam penampungan atau apa? Pertama, kau menampung Yeressia, lalu Jocasta dan Aceruz, kemudian Victor dan aku, Jack, dan yang terakhir adalah Kaizer."

Eloy terkekeh pelan. Kali ini menyusun gelas di meja. "Emily sebenarnya tidak sekaya itu untuk menampung anak-anak lain. Tapi, dia bilang kalau aku mungkin akan butuh teman dan salah seorang bangsawan juga memerintahkannya untuk mengumpulkan anak-anak tertentu."

"Anak-anak tertentu?" Jesselyn mengerutkan kening. "Kukira Emily hanya sembarang memungut anak di jalanan dan membawanya pulang."

Eloy menggelengkan kepala dan tertawa geli. "Jika begitu, panti asuhan akan kosong dan rumah kami akan sangat penuh, Jesse."

"Kau ada benarnya." Jesselyn mengangguk setuju. "Tapi, apa yang istimewa dari kami sehingga Emily bersedia menampung kami semua hanya karena perintah seorang bangsawan?"

Eloy sudah selesai merapikan gelas di meja. Dia menatap Jesselyn dengan pandangan tenang. "Yang pertama, tentu saja karena bangsawan itu menawarkan uang yang banyak. Meski Emily lebih banyak menggunakannya untuk mendanai pemberontakan, sih."

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang