4th Attack

284 28 10
                                    

I'm an apostrophe

I'm just a symbol to remind you that there's more to see

I'm just a product of the system,

a catastrophe

-Imagine Dragon-

Region One, Ancaisteal.
Status : Warrior.

"Mata itu, asli?" Wang bertanya pada Kaizer, bocah itu mengangguk mantap, membiarkan Wang menatap matanya dari dekat. Ia tak lagi menganggap pria tua itu sebagai ancaman. "Ini sungguh asli, warna mata kalian sangat unik."

"Kakek," panggil Tan. Bocah berambut jabrik itu berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir. "Ada banyak orang dengan tubuh tinggi seram mencari kakek," jelasnya.

Wang tersentak, menyadari kalau berita yang dibawa cucunya adalah kabar buruk. "Cepat sembunyi!" perintahnya pada delapan bocah yang baru ditemuinya. Kedelapannya hanya saling pandang, tidak paham mengapa Wang tiba-tiba menyuruh mereka sembunyi.

"Tidak perlu sembunyi, aku tahu soal mereka." Seorang wanita dengan blazer hitam dan rok span senada memasuki ruangan. Dibelakangnya menyusul tiga orang bertubuh tinggi dan besar yang memakai pakaian hitam-hitam, persis seperti gambaran Tan. Omong-omong, bocah itu sudah menyingkir duluan saat orang-orang asing itu masuk. Kini ia bersembunyi di balik tubuh kakeknya, sesekali mengintip dengan takut-takut.

"Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan?" Wang bertanya dengan bahasa Inggris, menebak orang-orang di depannya tidak berasal dari negara yang sama dengannya. Wang bahkan tidak kenal mereka.

"Kau bisa memanggilku Anna. Kami bertugas mengurus anak-anak yang keluar dari pulau tersembunyi, tempat dimana anak-anak ini berasal." Wanita itu menyerahkan selembar kartu nama pada Wang yang menerimanya, pria tua itu mengernyit melihat nama perusahaan Anna yang terlihat asing.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

Anna tidak menjawab pertanyaan Wang, justru mendekat pada Eloy dan membungkuk mengamati wajah bocah itu. Eloy merentangkan tangannya, melindungi teman-temannya yang lain di belakangnya. Anna tersenyum melihatnya. "Aku kenal As," katanya.

Penjagaan Eloy mengendur, ia mulai paham kalau Anna adalah orang-orang yang diperintahkan As untuk menjemputnya. Emily mempercayai As, As mempercayai Anna. Jadi, ia harus percaya kalau Anna akan membantu mereka. "Apa kami harus ikut dengan kalian?" tanyanya.

"Kami tidak akan memaksa dimana kau ingin tinggal. Kau ingin bersama pria ini?" Anna menoleh sekilas pada Wang. Wanita itu dengan anggun kembali menatap Eloy, senyum tipisnya terkembang. "Kau boleh memilih."

Eloy mengangguk, agak ragu-ragu, tapi cukup untuk membuat Wang merasa terharu karena Eloy memilih tinggal dengannya. Bocah itu menoleh ke belakang, tidak menemukan penolakan pada wajah teman-temannya. Ia kembali menatap Anna, kali ini mengangguk mantap. "Bolehkah kami tinggal dengannya?"

Anna mengusap kepala Eloy dengan halus. "Tapi kau harus menerima kalau kami akan selalu mengawasi kalian, dan jangan kaget jika suatu saat kami memberikan tugas." Wanita berambut pirang sebahu itu menoleh pada Wang. "Kau yakin akan merawat mereka? Mereka bukan anak-anak biasa."

"Bukankah setiap anak-anak itu spesial?"

Anna tersenyum, merasa Wang adalah orang yang tepat. "Aku akan mengurus identitas mereka, juga penyamaran karena mata merah itu sangat mencolok. Kau boleh membawa mereka ke negara asalmu, Tuan Wang." Anna bicara sambil menekan tombol pada ponselnya.

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang