7th Attack

238 29 17
                                    

You will see the doors are open

If you only dare to hope and

You will find a way to fight

The fears that kept you down

-A1-

Yunnan, China.

"Apa yang sedang kalian lakukan, little devils?"

Jack dan Yeressia sama-sama berbalik, terkesiap begitu menemukan wajah datar Kaizer. Bocah berusia delapan tahun itu tampak tidak senang menemui kedua adiknya di belakang dapur. Berdiri membelakangi dinding yang tampaknya tidak dalam keadaan baik. Jack dan Yeressia sama-sama lebih pendek darinya, jadi Kaizer bisa dengan mudah melihat apa yang sudah dilakukan dua pengacau itu.

"Kalian membuat dindingnya kotor." Kaizer bersuara tegas, sudah jelas ia tengah marah sekarang. "Kakek Wang sudah berbaik hati mau menampung kita semua dan yang kalian lakukan adalah merusak dindingnya?"

"Ayolah, Kaizer. Itu hanya dinding." Yeressia memutar bola matanya. Ia dulunya tidak menyangka Kaizer setegas ini. Harapannya sih, bisa diajak berkerjasama seperti Victor atau tak banyak tingkah seperti Jack. Ia benar-benar tidak butuh satu saudara lagi yang akan memergoki kekacauan yang dia buat. Bukan berarti ia tidak menyayangi Kaizer, Yeressia hanya berharap kadar kecerewetan 'kakak' barunya itu bisa dikurangi.

"Apa pun yang sedang kau pikirkan di dalam otak licikmu, sebaiknya kau hentikan, Lim." Kaizer sudah tahu watak asli Yeressia hanya dalam beberapa hari mereka berkenalan. Minggu-minggu selanjutnya, ia sudah akrab dengan rasa sakit kepala akibat ulah gadis itu. Bahkan hingga mereka keluar dari Ancaisteal, tampaknya segala sifat buruk Yeressia Lim tidak tertinggal di desa. Dia membawanya sampai ke China.

Yeressia mendengus, menyenggol lengan Jack yang berdiri di sampingnya. Jack hanya mengangkat bahu, tidak berminat memberi bantuan apa pun pada Yeressia. Niat usilnya malah timbul.

"Sejujurnya, aku hanya bosan dan Yeressia memberi ide yang cukup bagus." Jack memulai pembelaannya. Ia melirik Yeressia yang memandangnya dengan tatapan membunuh. "Dan kurasa kau ingin tahu, apa yang digunakannya untuk mengotori dinding itu?"

"JACK KASEN!"

Jack dan Kaizer sama-sama terkejut, melihat Yeressia sudah menggembungkan pipi dengan wajah memerah. Kaizer berdeham, mengusir bayangan tentang bagaimana gadis itu akan marah nantinya. Dia menatap Jack dengan tatapan paling tegas yang dia punya.

"Apa yang dia gunakan?"

"Darah."

BUGGHH!!

Kaizer terkejut setengah mati saat Yeressia menerjang Jack, memberikan tinjuan keras pada rahang bocah berusia tujuh tahun itu. Kaizer, sebagai yang tertua diantara mereka, dengan sigap menarik satu lengan Yeressia, memaksanya menjauh dari Jack yang merengek heboh.

"Aku pasti akan mengadukanmu pada Kakek!"

"Kucincang gigi kelincimu sebelum kau sempat melakukannya!"

"Hentikan." Kaizer memijit pelipisnya, masih memegang satu lengan Yeressia, mencegah gadis itu lebih dekat dengan Jack yang masih terduduk di tanah. Meski tidak bisa melepaskan cengkraman Kaizer, Yeressia masih berusaha menjangkau Jack dengan satu tangannya yang bebas. "Jack, pergilah."

Walau masih mengatakan sederetan umpatan, Jack beranjak pergi meninggalkan Kaizer dan Yeressia. Sebelum pergi, Jack sempat mencibir pada Yeressia, yang dibalas gadis itu dengan gerakan mencakar udara.

S I E T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang