Taehyung kini tengah duduk di kursi kebesarannya, kakinya yang tak lupa ia naikan pada meja miliknya. Sebenarnya ia malas untuk datang ke tempat kerjanya ini, lagipula dia CEO --pemilik perusahaan--. Jadi, untuk apa ia lelah-lelah bekerja selagi para karyawannya bisa mandiri?
Tokk tokk
Suara ketukan itu mengalihkan pandangannya yang sedari tadi terus memutar sebuah pena di antara sela-sela jarinya.
"Masuk," ujarnya mempersilahkan orang di balik pintu untuk menghadap padanya.
"Annyeonghasaeyo Tuan," sapa seorang laki-laki yang kini mengenakan pakaian rapi menunduk 90° pada Taehyung yang kini mengangguk kecil.
"Aku sudah mendapatkan informasi yang kau mau Tuan." Laki-laki itu menyerahkan sebuah map besar berisi biografi seseorang.
"Ya, terima kasih. Pergilah," ujar Taehyung tanpa menatap wajah pekerjanya itu.
"Jung Yerin." Senyum Taehyung kini terpancar. Bukan senyum ketulusan, melainkan senyum kelicikan terpampang pada wajahnya.
"Usia 22 tahun, putri sulung pewaris perusahaan Jicho." Lagi dan lagi Taehyung bergumam seraya membaca data biografi Yerin. Sampai akhirnya matanya tertuju pada sebuah kalimat yang membuat dirinya tertarik untuk membacanya.
Jung Yerin, seorang model muda yang kini tengah berpengaruh pada sebuah majalah dewasa.
Sudut kanan bibir Taehyung terangkat, entah apa yang ia senyumi sekarang.
Cahaya kamera kini menjepret dirinya, tanpa sehelai benangpun ia tetap bergaya yang kini hanya terbalut dengan sehelai kain tipis berawarna putih yang berada menutupi bagian kehormatannya.
Yerin, model muda majalah dewasa itu meratapi dirinya sendiri. Ia bergaya dengan menampilkan wajah tanpa memiliki beban apapun di depan kamera. Sayangnya itu hanya sebuah kepalsuan, palsu untuk Jung Yerin.
Gadis yang sedari dulu menganggap dirinya kotor, gadis yang merasa jijik kepada dirinya sendiri. Dalam diam dia menangis, mengapa ia rela membiarkan para kaum adam di luar sana melihatnya yang tanpa sehelai benang di sebuah cover majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
iM[POSSIBLE] (END)
FanfictionMustahil! Ya sebuah kebahagiaan untuk Yerin semuanya itu hanya mustahil. Tidak ada siapapun yang mengijinkannya untuk bahagia, sekalipun itu. Semuanya selalu mempermainkannya, menggunakannya bagaikan boneka hidup yang dapat dengan mudah di mainkan o...