Suara gemuruh diluar, air turun dengan deras, dan suhu yang kini menurun kian membuat Yerin terbiasa saat ini. Orang-orang yang berlalu lalang mencoba melindungi diri mereka dari terjangan air yang turun, langit tengah kenangis deras saat ini.
Drrrtttttt...
Benda berbentuk persegi panjang itu berdering diatas meja, dengan segera Yerin mengambilnya dan menekan tombol hijau.
Kim Min Jae, sahabatnya menelfon.
"Yes Jae?"
"Aku akan menjemputmu honey, jangan kemana-mana oke?"
"Yak! Jangan panggil aku honey, honey. Kau pikir aku madu? ck!"
"Hahaha baiklah honey, ku tutup."
"Yak! Kim Min--"
Tut.
Belum selesai Yerin mengeluarkan kalimatnya, Min Jae sudah memutus sambungan secara sepihak.
"Dasar kutil badak! Sudah dimatikan secara sepihak saja telfonnya, ck."
Yerin kembali menaruh ponselnya itu diatas meja, ia tak ingin ada yang menganggu untuk saat ini. Merenungi setiap kenangan, setiap kesalahan dan setiap kebahagiaan.
Selamat Kim, semoga kau bahagia.
Kedua sudut bibir Yerin terangkat, kembali mengingat bagaimana wajah Taehyung sebelum ia kembali menemukan kebahagiaannya.
Brak!
"Yak! Kim Min Jae!"
Yerin menoleh, benar ternyata jika sahabatnya yang membanting pintu. Untung dia tidak menyebut nama si Kim sialan itu.
Min Jae cengengesan. "Cepat pulang, hari semakin gelap," ujarnya berjalan menghampiri Yerin.
"Ck! Sudah gelap dari tadi bodoh!" kesal Yerin mendelik tajam pada Min Jae.
"Baiklah, ayo kita pulang. Ibu mertua ku sudah merindukan ku." Min Jae menarik sebelah lengan Yerin untuk mengikutinya, sedangkan Yerin hanya pasrah diperlakukan seperti itu.
Kim Min Jae, sahabat Yerin sedari kecil yang sempat menghilang. Ya, dia seorang dokter. Kalian tahu? Orang yang saat itu memanggil Yerin ketika berada di ruang rawat inap ayahnya adalah dia. Hanya dia yang memanggil Yerin dengan sebutan 'Yennie'.
Dulu saat Sekolah menengah pertama, Min Jae pindah bersama keluarganya entah berantah kemana. Yerin saat itu hanya bisa saling tukar kabar melalui ponsel, namun suatu hari Min Jae benar-benar hilang tak ada kabar, saat itu mungkin sudah masa menengah atas. Nomornya yang tidak bisa dihubungi membuat Yerin sempat frustasi, karena hanya dia dan Sinb pendengar yang baik ketika ia sudah terlalu berat membawa beban.
Hingga akhirnya kini mereka dipertemukan kembali, entah bagaimana namun Yerin yakin Tuhan memiliki caranya sendiri untuk mengatur takdir manusia.
"Sudah makan?" Min Jae memecah keheningan yang tadi sempat menyelimuti setelah mereka bercanda ria tak jelas.
"Belum," jawab Yerin masih setia menatap jalanan lewat jendela mobil.
"Kita mampir ke restoran dulu."
Benar, Min Jae menepati ucapannya. Mobilnya ia parkirkan ke basemant restoran cepat saji itu. Restorannya tidak terlalu mewah,
"Yak, kau selalu saja bersikap seperti ini." Yerin mendesis kesal dengan sikap Min Jae yang seenaknya, ia berjalan terlebih dahulu menuju pintu utama restoran tersebut.
"Kau belum makan Yennie." Min Jae berlari kecil, menyeimbangi langkahnya dengan Yerin. Ia mengusap pelan kepala Yerin sayang. "Jaga kesehatan mu, kau harus sehat agar aku bisa melihamu bahagia."
"Ck, terserahmu."
Akhirnya mereka memasuki restoran tersebut. Tak terlalu banyak pengunjung, hanya saja banyak terdapat pasangan yang sedang saling memberi kasih sayang dalam dinginnya hujan.
"Mau pesan apa?"
"Samakan saja denganmu, aku akan mencari tempat." Yerin berjalan meninggalkan Min Jae yang kini memesan makanan.
Air hujan yang tadinya begitu deras kini mulai berkurang, hanya tinggal rerintikannya saja yang turun. Waktu kini sudah menunjukkan pukul 8 malam.
"Seperti biasa, pilihan mu selalu dekat jendela." Minjae mendudukan bokongnya dikursi yang berhadapan dengan Yerin.
Yerin yang mendengar perkataan Min Jae hanya mendengus seraya mendelik masa bodo pada pria itu.
Tak selang menunggu lama, makanan yang Min Jae pesan tadi kini datang dengan diantar oleh seorang pelayan.
Yerin hanya tersenyum, memberi isyarat seperti ucapan terima kasih pada pelayan tersebut, begitupun dengan Min Jae.
Min Jae dan Yerin mulai mencicipi makanan mereka dengan keadaan saling diam, sebuah tata krama yang perlu diperhatikan. Keduanya saling sibuk masing-masing, hingga akhirnya Min Jae memecah keheningan diantara mereka.
"Yennie."
"Hm?" Yerin masih setia menyuapkan makanan masuk pada mulutnya.
"Kau akan dijodohkan."
_________________________
Maaf telat update:(
![](https://img.wattpad.com/cover/170619581-288-k143540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
iM[POSSIBLE] (END)
Fiksi PenggemarMustahil! Ya sebuah kebahagiaan untuk Yerin semuanya itu hanya mustahil. Tidak ada siapapun yang mengijinkannya untuk bahagia, sekalipun itu. Semuanya selalu mempermainkannya, menggunakannya bagaikan boneka hidup yang dapat dengan mudah di mainkan o...