Sudah 2 bulan lamanya sosok Jisoo meninggalkan Taehyung dan Tae Oh. Tae Oh hanya bertatap muka dan saling berbicara dengan Yerin lewat ponsel Taehyung.
Lusa, tepat hari itu Yerin bertunangan dengan Kim Minjae. Dan sekarang ia hanya tinggal menunggu saja waktu tersebut. Jujur saja, Yerin masih memiliki rasa pada si Kim brengsek Taehyung, ya walau hanya sedikit. Kini Taehyung hanya menyibukan dirinya saja, ia jadi gila kerja, bahkan sempat melupakan Tae Oh.
"Imo, akan bertunangan?"
"Yes boy, i'm invite you."
Taehyung yang sedari tadi sibuk dengan berkasnya mulai melirik pada Tae Oh yang kini sedang duduk pada sofa diruangannya.
"Yes mom! I will come." Tae Oh memberikan senyum kotaknya, persis seperti Taehyung.
Taehyung tersentak, ia harus mendatangi acara tunangan mantan kekasihnya?
Ah tunggu, sejak kapan mereka menjalin kasih? Nyatanya tidak pernah.
"Permisi pak, waktunya Tae Oh makan siang."
Taehyung segera mengalihkan pandangannya pada pangasuh Tae Oh, kemudian ia mengangguk kecil.
"See you mom, i'll have lunch. For you, don't forget to have lunch!" Tak lupa Tae Oh menaruh jari telunjuknya didepan layar---memberi peringatan.
Taehyung yang mendengar hanya tersenyum singkat, putranya sudah besar. Beda halnya dengan Yerin, ia terkekeh pelan mendengar peringatan yang Tae Oh berikan.
"Yes boy, i will remember it."
Tae Oh mengangguk kemudian ia mematikan sambungannya secara sepihak, dan berjalan menghampiri Taehyung.
"Thank you, dad." Tae Oh memberikan ponsel tersebut pada Taehyung.
"Yes son."
Setelahnya Tae Oh hilang bersama pengasuhnya dibalik pintu.
Sesibuk apapun Taehyung, ia tetap tidak ingin anaknya ikut tenggelam oleh zaman. Jadi, pada umurnya yang masih dini, ia tak akan memberikan Tae Oh ponsel---walau ia tau Tae Oh selalu menelfon Yerin.
Asal kalian tahu, Taehyung kini sedang dilanda dilema. Ia bingung---dirinya merindukan sosok Yerin, namun Yerin saat lusa akan bertunangan dengan Minjae.
Bagaimana jika ia harus bersujud untuk meminta Minjae membatalkan pertunangan mereka?
Ah ide tersebut terlalu buruk, ia jelas akan malu.
"Aarghh! Jung Yerin, kau membuatku gila eoh!"
"Masa iya saya harus sujud pada Minjae agar pertunangan kalian dibatalkan? Argh!"
Taehyung mengerang, ia mengacak-acak rambutnya kesal. Namun, siapa sangka? Telfonnya sedari tadi menyambung dengan nomor telfon seseorang.
Terdengar suara kekehan yang kini membuat Taehyung membatu, siapa yang ada di sini selain dirinya?
"Kau menyesal hahaha? Silahkan sujud padaku Taehyung-ssi hahahaha."
Taehyung membulatkan matanya tak percaya, dengan segera ia mengambil ponselnya lalu mematikan sambungan secara sepihak.
Salahkan Tae Oh yang ketika mengembalikan ponselnya malah tak sengaja memencet nomor Minjae yang berhasil diangkat.
Harus ditaruh dimana wajah tampan Taehyung ini?
Jika dilihat-lihat, Kim Taehyung kini sudah berubah. Entahlah, dulunya Taehyung yang kasar kini mulai menghilang digantikan dengan Taehyung yang lembut. Atau mungkin ini sisi Taehyung yang sebenarnya?
___
Suasana apartemen sangat hening, Taehyung dan Tae Oh sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Dad?"
Taehyung menatap Tae Oh yang kini masih sibuk dengan gambarannya.
"Bisakah Yerin imo menjadi pengganti mommy?"
"Bisa, jika Yerin imo membatalkan pertunangannya," jelas Taehyung mulai kembali mengetik pada laptopnya.
"Pertunangan itu, untuk apa?"
"Mengikat seseorang."
"Apa Yerin imo tidak kesakitan?"
Taehyung terkekeh mendengar pertanyaan Tae Oh, kemudian ia menghampiri Tae Oh yang kini tengah menggambar diatas carpet.
Taehyung membawa Tae Oh kepangkuannya, membuat kegiatan Tae Oh terhenti. "Mengikat seseorang hanya untuk diri kita sendiri," ujarnya tersenyum manis.
"I don't understand, dad."
"Sama halnya seperti daddy yang memiliki Tae Oh. Hanya orang yang akan menemaninya hidup, yang dapat mengerti perasaan Tae Oh, yang memiliki ikatan kuat dengan Tae Oh. Dan itu semua memiliki hubungan ikatan agar orang lain tak dapat mengambil atau menyentuh yang kita punya."
"Aish daddy," lirih Tae Oh mengacak pelan rambutnya---ia masih bingung. "Yasudah kalau begitu, Tae Oh ingin Yerin imo menjadi tunangan Tae Oh agar Tae Oh memiliki ikatan dengan Yerin imo," ucapnya mantap.
"Kau masih kecil son."
"Lalu bagaimana caranya agar Yerin imo menjadi mommy Tae Oh?"
"Dengan cara daddy yang menikahi Yerin imo."
"Yasudah, nanti nikahin Yerin imo dad."
"Kan Yerin imo sudah dengan uncle Minjae sayang."
Tae Oh mengerang, ia menghebuskan nafasnya kasar. "Aish, Tae Oh tak mengerti," ujarnya turun dari pangkuan Taehyung kemudian pergi menuju kamarnya.
Taehyung hanya terkekeh mengeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Soo-ya bukankah aku hebat? Aku dapat membuat Tae Oh yang takaran tampannya sepertiku eoh hahaha, padahal dulu kita masih SMA."
Dasar mesum!
Setelahnya Taehyung kembali mengerjakan pekerjaannya yang tadi tertunda.
___
Apa aku benar harus bersujud pada Minjae?
Ah, masa iya?
Mau ditaruh dimana wajahku?
Aishh ini gila.
Tapi, ah begitulah.
Itulah isi pikiran Taehyung yang kini hanya mengguling-guling diatas tempat tidurnya.
Bocah!
Ia tak bisa tidur benar. Kini sudah pukul jam 1 pagi, dan sedari tadi ia memutuskan untuk tidur dirinya hanya sibuk berkecambuk dengan pikirannya.
"Aku tidur dengan Tae Oh saja," gumamnya kemudian bangkit dan segera menuju kamar Tae Oh.
Cklek!
Taehyung memasukan kepalanya ke kamar Tae Oh yang hanya ia buka sedikit pintunya, namun ia kaget begitu mendapati Tae Oh yang tak ada diatas ranjangnya.
"Daddy? Tae Oh ingin Yerin imo menjadi mommy Tae Oh titik!"
Taehyung terlocat kaget, tiba-tiba saja Tae Oh sudah ada di depannya---walau tak sepantar.
"Kenapa kau tak tidur? Nanti daddy usahakan."
Tae Oh mengangguk, kemudian ia berjalan menuju tempat tidurnya dan terlelap dengan cepat.
Untuk malam ini, sepertinya tuhan tak mengijinkannya untuk tidur---padahal besok pagi ada meeting penting.
__________________________________
Banyak yang pilih happy end niii. Jadi, yasudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/170619581-288-k143540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
iM[POSSIBLE] (END)
Fiksi PenggemarMustahil! Ya sebuah kebahagiaan untuk Yerin semuanya itu hanya mustahil. Tidak ada siapapun yang mengijinkannya untuk bahagia, sekalipun itu. Semuanya selalu mempermainkannya, menggunakannya bagaikan boneka hidup yang dapat dengan mudah di mainkan o...