Mustahil! Ya sebuah kebahagiaan untuk Yerin semuanya itu hanya mustahil.
Tidak ada siapapun yang mengijinkannya untuk bahagia, sekalipun itu.
Semuanya selalu mempermainkannya, menggunakannya bagaikan boneka hidup yang dapat dengan mudah di mainkan o...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini sang langit tengah menangis kencang, membiarkan air matanya membasahi setiap sudut di bumi ini membuat manusia yang mengenai air itu tak juga terkadang kesal.
Pun Yerin, kini ia tengah memandang jalanan melewati jendela besar ruangannya. Jam sudah menunjukkan 9 malam, namun ia tidak bisa beranjak sama sekali dari kursinya karena hujan yang begitu lebat.
Yerin membuang nafasnya kasar, ia benci hujan. Hujan datang ketika ia kehilangan seseorang---sang ibu, disaat ia membutuhkan kasih sayang dari ibunya ketika beranjak dewasa, Tuhan lebih dulu mengambil sang ibu tercinta.
Jujur saja saat ini Yerin merasa sangat bosan, para pekerja kantor yang lain sudah lebih dulu pulang karena pekerjaan mereka hanya sedikit, dan Yerin lebih memilih mengerjakan tugasnya yang belum terselesaikan. Dan berakhirlah ia di sini, terjebak dengan rinai hujan yang deras entah dengan siapa, mungkin satpam?
"Kau belum pulang?"
Tidak, sepertinya tidak hanya dengan satpam.
Yerin menoleh, melihat pada asal suara. Sesosok pria dengan tubuh tegap dan jas yang ia tengkerkan di lengan kanannya.
"Apa boleh buat? Hujan melarangku," jawab Yerin seraya menggidikan bahunya.
"Kau pulang ke apartemen ku kan?" Taehyung berjalan masuk menghampiri Yerin, lalu duduk di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.
"Tentu saja Pak Taehyung."
"Jangan terlalu formal, para karyawan lain sudah pulang, jadi biasa saja."
"Baiklah," jawab Yerin seadanya.
"Kemarilah," titah Taehyung dan Yerin hanya mengikutinya, Yerin duduk tepat di sebelah kanan Taehyung.
Keadaan mulai menghening sebentar sebelum Taehyung lebih dulu membuka percakapan diantara mereka.
"Mau menghangatkan tubuh bersama?"
___
"Kau tau Kim? Ayahku membenciku." Yerin berbicara tak jelas dengan tangan kanan yang kini tengah menggenggam sebotol wine.
"Jika kau tau bagaimana hidupku, biar ku tebak. Kau pasti akan tertawa terbahak-bahak." Yerin mengakhiri kalimatnya dengan tawaan renyah, sedangkan Taehyung yang sedari tadi mendengar celotehan Yerin hanya tersenyum tipis.
"Mengapa?" tanya Taehyung menangkup dagunya dengan tangan kanannya sambil menatap Yerin.
Yerin berdecak sambil menggeleng-geleng. "Kau tahu? Sedari kecil aku selalu diajari untuk taat pada peraturan."
"--bahkan ketika aku mendapatkan nilai merah aku akan dipukuli oleh Ayah." Yerin menunduk, ia menangis.
"--dan Eunha, hidupnya begitu tentram. Aku tidak membenci mereka kok! Hanya saja aku merasa kalau aku ini tidak berarti untuk mereka. Saat ibu pergi, Ayah hanya sibuk dengan meetingnya di Incheon. Ibu meninggal karena ku." Yerin semakin terisak.
Taehyung terkejut, ternyata bukan hanya dia yang memiliki masa lalu kelam. "Bagaimana bisa?" tanyanya.
Yerin menatap Taehyung sendu tentunya dengan buliran bening di pelupuk matanya. "Saat itu aku mencoba bunuh diri tentunya dengan menggunakan pistol, namun ibuku lebih dulu menyelamatkanku dan dia yang terkena pistol tepat pada dadanya."
"--sebelum ia meninggalkan ku, ia sempat koma. Dan kau tau? Ayah ku bahkan jarang sekali menjenguknya hiks.."
Taehyung yang sedari tadi terus memperhatikan wajah Yerin kini mengusap wajahnya kasar dengan derus nafas yang keluar sangar kasar, meminta agar mereka keluar bersama.
"Sudahlah, jangan menangis," ujar Taehyung mengusap air mata Yerin dipipinya yang sedari tadi terus mengalir, "---saat ini waktunya kita untuk bersenang Jung, jangan pikirkan ayahmu yang bodoh itu."
Taehyung mulai mengambil sebotol wine, kemudian segera ia teguk sampai air di dalamnya tersisa hanya setengah.
"HEI KAU!" teriak Taehyung pada seseorang yang mengatur musik untuk ruangan tersebut.
Yerin yang tak terlalu sadar dengan pikirannya, hanya acuh tak acuh dengan apa yang Taehyung lakukan.
"KENCANGKAN LAGI SUARA MUSIKNYA!"
Tepat Taehyung memberi perintah itu, sang pengatur musik menggidikan bahunya seraya mengikuti perintah Taehyung. Mungkin sebagian orang mulai menikmati, namun tak jarang juga ada yang berkomentar karena suara musik yang bergetar digendang telinganya terlalu menyakitkan.
"JUNG!" Panggil Taehyung berteriak, namun tetap suaranya masih bisa saja tenggelam diantara musik yang sedang diputar.
"WAE?" balas Yerin tak kalah berteriak kencang.
"AKU MENCINTAI MU, KAU HANYA MILIK KU. INGAT ITU!"
Setelahnya Taehyung dengan lancar menempelkan bibirnya pada bibir ranum Yerin yang hendak meneguk meminum wine digelas yang entah sudah keberapa.
Tidak hanya menempelkannya, Taehyung memulai permainan dalam kegiatannya itu. Ia mulai melumat bibir ranum Yerin, Yerin yang sudah tak sadar akan dunianya hanya mengikuti apa yang Taehyung lakukan.
Dan malam itu, hanya mereka dan Tuhan yang tahu, bagaimana kelanjutan takdir cinta mereka berdua.
Dan sebuah rahasia untuk malam ini. Taehyung masih belum kehilangan kesadarannya.