10 bulan berlalu, semenjak kepergian Yerin di tengah-tengah mereka. Kim Taehyung, kini seakan kembali hidup. Sikapnya yang dulu sempat hilang kini kembali, bercanda tawa ria dengan putra sulungnya.
"Daddy?" panggil Tae Oh yang sedari tadi asik bermain sendiri dengan mainannya, memutuskan fokus Taehyung dari layar televisi.
"Hm?" Taehyung mencium pipi kanan sang bocah yang kini hanya terkikik geli.
"Daddy, apa daddy tau Yerin imo pergi kemana pada saat itu?" Tae Oh bertanya menampilkan wajah polosnya.
Taehyung terdiam, seketika lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan bocah tersebut.
Aku melupakannya.
"Dad?" Panggilan Tae Oh membuat lamunan Taehyung buyar.
"Ah-- daddy tak tahu Oh-nie," jelas Taehyung membuat Tae Oh mengangguk-angguk lucu.
"Andwe! Tidak boleh ada yang memanggil Oh-nie selain Yerin imo, Dad."
Pernyataan Tae Oh membuat Taehyung tersentak, sesayang itukah bocah tersebut pada Yerin? Bagaimana gadis jutek itu dapat mengambil hati sang putra?
"Ah--- Tae." Jisoo yang sedari tadi tak sengaja mendengar pembicaraan mereka mencoba mereda suasana, ia tahu ia salah. Namun, ia juga ingin memiliki keluarga yang lengkap dan membahagiakan Tae Oh.
"Wae?" Taehyung menoleh, menatap sendu Jisoo yang kini menatapnya penuh makna.
"A--aku akan mandikan Tae Oh dulu," jawab Jisoo kikuk kemudian mengambil Tae Oh masuk ke dalam gendongannya.
Taehyung hanya mengangguk, kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda.
Namun, bukannya ia menonton dengan fokus, ia kini bahkan terlihat risau.
Apa dia pergi meninggalkan ku?
Apa dia masih di Korea?
Aku mencintainya.
Jangan salahkan Taehyung jika ia egois, salahkan hatinya yang tak bisa memilih. Di satu sisi, wanita yang ia cari sejak dulu kini kembali. Sedangkan di sisi lain, wanita yang membuatnya terpikat dalam waktu satu malam kini pergi meninggalkannya entah kemana.
Namun satu hal yang dapat Taehyung manfaatkan jika ia ingin Yerin kembali, kontrak yang belum terselesaikan.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan."
Suara itu membuat Taehyung dengan segera menolehkan wajahnya pada asal suara.
"Jangan salah paham Soo-ya."
"Dengar Tae, kau tidak salah jika menyimpan perasaan kepada Yerin. Menurutku, dia gadis yang baik, semua menyukainya. Hanya saja, hidupnya terlalu menyedihkan untuk di jelaskan, atau mungkin hanya aku dan dia yang salah paham? Hahaha.."
"Tae, aku tau kau sudah tidak mencintaiku, k--kau hanya mengijinkanku tinggal di sini hanya karena Tae Oh bukan?" Jisoo terisak dalam setiap kalimatnya.
"Buk--"
"Aku tau Tae, Kim Jisoo hanya gadis kenangan Kim Taehyung yang kini sudah di beri sebuah harta berharga."
"Soo-ya."
"Pergilah, temui Yerin. Kau tau? Kesempatan hati tidak datang dua kali Tae, hati seorang wanita sangat rentan hancur."
"Ani! Hanya kau yang aku cintai, kau dan kau!"
"Aku tak ingin kau menyesal Tae," lirih Jisoo menunduk.
"Dengarkan aku, kau rumahku, kau tempat tinggalku selamanya, hanya kau!" Taehyung menangkup pipi Jisoo seraya menghapus jejak air mata di sana, kemudian memberikan kecupan hangat pada bibir cherynya.
"--aku akan menikahimu bulan ini."
Seketika Jisoo membulatkan matanya, ia sedang tidak bermimpi bukan?
"Aku hanya sebuah hotel Kim."
"Tidak! Kau rumahku."
"Baiklah terserahmu." Jisoo beranjak bangun dari sofa yang di duduki juga oleh Taehyung.
"Hahaha.. buatkan aku makanan sayang, aku lapar." Taehyung berteriak kecil dengan tawaan yang ia selipkan pada nada bicaranya, atau hanya tawaan palsu?
___
Sedangkan di lain tempat dan lain waktu, kini seorang wanita tengah sibuk dengan berkas-berkasnya. Kacamatanya yang ia tengkerkan pada batang hidungnya pun kini sudah mulai merosot.
"Kau sudah lihat berita kak?"
Jung Eunbi---Eunha--- adiknya itu datang dengan langsung mendudukan bokongnya pada sofa empuk yang berada dalam ruangan tersebut.
"Hm?"
"Kim Taehyung akan menikah, dan itu akan di laksanakan minggu depan."
"Baguslah, jadi ada yang mengurusnya."
"Kak--"
"Na-ya, lupakan masa lalu. Kau, aku, ayah, dan eomma kini sudah bahagia di sini."
Eunha mengangguk, ia paham betul bagaimana perasaan Yerin saat ini.
Ya, pemberitahuan mengenai pernikahan yang akan di langsungkan minggu depan oleh CEO Kimyu Corp kini sudah tersebar luas. Baru saja tadi pagi ia berbicara pada Jisoo, dan sorenya ia mengadakan konferensi pers mengenai berita membahagiakan itu.
Jangan tanyakan mengapa tersebar luas sampai seluruh dunia. Heol, siapa yang tidak kenal Kimyu Corp di dunia ini? Mungkin sebentar lagi ia akan di tebas.g
"Na-ya, bagaimana dengan Sinb dan Jungkook?"
"Mereka akan menikah hari sabtu kak, minggu ini."
Ya, Eunha sudah putus dengan Jungkook 11 bulan yang lalu ketika dirinya pendah ke LA. Eunha tahu, Jungkook menjaga perasaannya hanya kerena ia kasihan, terlebih Eunha merupakan teman kecilnya.
"---bagaimana jika kita datang kak?"
"Em.. no bad, kau urus saja penerbangannya Na-ya." Yerin masih belum mengalihkan fokusnya pada berkas yang sedari tadi ia baca dan tanda tangani.
Jung Yerin, kini sudah menjadi pemegang saham milik perusahaan ayahnya. Sejak ayahnya sadar dari koma, kebahagiaan mulai menghampirinya.
"Na!"
Jangan lupakan pangeran kecil di antara keluarga mereka. Ya, Jung Chanwoo kini hadir di antara mereka. Bocah berusia 10 bulan lebih 5 hari itu kini berjalan mendekati Yerin yang masih duduk di kursi kebesarannya. Ia datang bersama sang mommy tentunya.
"Jangan menganggu Nuuna mu, Chanie!" peringat Yoona mendudukan bokongnya di sebelah Eunha.
"Haha.. tak apa eomma, Chanie rindu nuuna eoh?" Yerin membawa Chanwoo ke dalam gendongannya, ia mendudukan Chanwoo tepat di atas pahanya.
"Ayah ikut?" tanya Yerin pada Yoona yang sedang berbincang kecil dengan Eunha.
"Iya, dia sedang bertemu temannya dulu di cafe depan," jawab Yoona membuat Yerin mengangguk mengerti.
Dan mungkin ini kisah hidup Yerin, yang gagal mendapatkan seorang pujaan hati untuk saat ini namun ia mendapatkan lebih banyak cinta dari keluarga.
____________________________
TBC or End?
Btw keren ga? Aku lewat-lewat dong wkwk. Mangap
KAMU SEDANG MEMBACA
iM[POSSIBLE] (END)
FanfictionMustahil! Ya sebuah kebahagiaan untuk Yerin semuanya itu hanya mustahil. Tidak ada siapapun yang mengijinkannya untuk bahagia, sekalipun itu. Semuanya selalu mempermainkannya, menggunakannya bagaikan boneka hidup yang dapat dengan mudah di mainkan o...