7-berangkat bareng

30 12 0
                                    

Happy reading

_______________________________________

   "Bunda, Reian berangkat ya Assalamu'alaikum." Pamit Reian sembari mencium tangan Lana.

   "Virla juga bunda, Assalamu'alaikum." Ucap virla dan melakukan hal yang sama dengan reian.

   "Wa'alaikumussalaam, Hati-hati bawa motornya Rei. Jangan ngebut-ngebut dan Virla, peluk aja Reian-nya kalau dia bawa motornya kenceng." Balas Lana.

   "Bundaa apa-apaan sih, Reian gak mau ya dipeluk sama dia? iihh amit-amit." Celetuk Reian sembari bergedik ngeri.

   "Gue apalagi! Ogah gue meluk lo!" Geram Virla dalam hati.

   "Halah bacot kamu! Ya udah, sana berangkat. Eh tunggu, Bunda mau nanya sesuatu sama kalian." Virla dan Reian yang tadinya sudah akan beranjak sontak berhenti dan menatap lana, menunggu pertanyaan yang akan ia lontarkan.

   "Gimana rasanya ciuman?" Virla terdiam dengan mata terbelalak, begitupun dengan Reian. Wajah mereka memerah menahan malu karena ternyata lana mengetahui kejadian memalukan yang terjadi semalam.

   "A-apaan sih Bun, ya udah kita berangkat ya." Reian dan Virla segera melangkahkan kaki mereka secepat mungkin menuju kearah garasi. Lana tertawa pelan melihat tingka keduanya. Ia pun langsung masuk kedalam sembari menggelengkan kepalanya.

   Reian langsung menaiki motornya diikuti Virla. Keduanya sama-sama memasang helm di kepala masing-masing.

   "Anjir, kok Bunda bisa tau sih. Malu-maluin banget kampret, mau taru dimana muka gue." Kesal Virla.

   "Mungkin Bunda denger suara kita. Kan kita bicaranya kayak pake toa, pasti siapapun juga bakalan denger, termasuk semut tuli sekalipun." Celetuk Reian.

   "Akh, ini semua gara-gara lo! Coba aja lo gak mancing buat bicara dengan volume keras andalan lo, pasti Bunda gak bakalan tau." Reian berujar seakan melimpahkan semua kesalahan pada Virla.

   "Eh, kok lo malah nyalahin gue sih. Kita itu sama-sama salah!" Bantah Virla.

   "Serah deh serah, udah cepetan naik dan ya jangan deket-deket, usahakan satu meter dibelakang gue!" Peringat Reian, yang dibalas geplakan oleh Virla.

   "Mana bisa jarak gue satu meter dibelakang lo, ogeb!"

   "Gak usah digeplak juga kepala gue njir!" Kesal Reian dan langsung menjalankan motornya secara mendadak, membuat Virla sedikit terhuyung kebelakang.

   "Lo mau bikin gue mati muda, hah?!" Bentak Virla kesal dan yang ditanya hanya mengangguk, Kan memang ngeselin si Reian.

   "Bangs- astaghfirullah, sabar Virla sabar. Ingat, orang sabar pinggulnya lebar." Ujarnya sembari mengelus pelan dadanya.

   "Tau nyebut juga lo ternyata, kirain lo taunya cuman ngapsenin nama hewan doang." Celetuk Reian membuat Virla hanya bisa beristighfar dalam hati.

   Cittttt

   "Aduh! iiih, Reianjing! Sebenarnya lo itu bisa bawa motor gak, sih?! Kalau gak bisa, gak usah sok-sokan deh!" Bentak Virla emosi karena areian yang mengerem mendadak membuat kepalanya terbentur helm yang dipakai Reian. Untung saja ia juga menggunakan helm. Kalau tidak, mungkin kepalanya akan mengeluarkan darah segar saat ini juga.

ReVirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang