13-first camp

17 11 2
                                    

    Happy reading

_______________________________________

   "Mami, Papi, Virla berangkat sekarang ya." Pamit Virla sembari menyalami kedua tangan orang yang amat disayanginya itu. Sintha dan Bagas lantas tersenyum sembari menatap anak semata wayangnya penuh kasih.

   "Sayang, hati-hati ya. Nanti kalau ada apa-apa, langsung hubungin Mami sama Papi atau langsung bilang ke Reian aja." Sintha mulai memeluk anak semata wayangnya itu dengan penuh kelembutan. Virla yang berada didekapan Maminya hanya mengangguk lalu mendengus membalas perkataan Mami-nya.

   "Kenapa Reian mulu sih! Males banget." Gerutunya dalam hati. Entahlah, semakin kesini, Virla merasa semakin membenci Reian.

   "Sayang, kamu jangan bersikap dingin terus sama Reian, berusahalah buat maafin Reian, biar bagaimanapun kaliankan sama-sama salah." Nasehat Sintha. Reian yang mendengarnya hanya bisa tersenyun pedih, namun dalam hati ia juga berharap Virla bisa memaafkannya.

   "Mamii." Ujar Virla tak suka. Sintha, Mami kesayangannya ini selalu saja menasehatinya untuk memaafkan Reian, membuat Virla kesal sendiri.

   "Benar kata Mami sayang, mau sampai kapan marahan sama Reian? Ingat, tiga hari gak bertegur sapa aja udah termasuk dosa, lalau bagaimana kalau udah lebih dari 3 hari? Mau masuk neraka?" Timbrung Bagas, ikut menasehati anak keras kepalanya itu. Virla terdiam lantas menerawang mengingat-ingat kembali, sudah berapa banyakah dosa yang dibuatnya? Sekarung? Segudang? Sekebon? Astaga, yang benar saja.

   "Ya ampun, dosa gue udah berapa banyak ya? Terlalu banyak sampe gue sendiri gak bisa ngitung." Monolognya dalam hati.

   "Sayang, kamu kenapa? Sakit kepala? Kalau sakit, kamu gak usah ikut kemah." Mendengar perkataan Sintha, Virla reflek menghentikan kegiatannya yang sedari tadi menghitung banyaknya dosa yang diperbuatnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang tengah pusing. Reian yang melihat itupun sontak tersenyum simpul.

   "Eh, Virla gak kenapa-napa kok Mi, hehe." Balas Virla disertai cengirannya. Sintha dan Bagas bingung sendiri dengan kelakukan Virla.

   "Ya udah Mami, Papi, Reian sama Virla pamit berangkat sekarang ya. Assalamu'alaikum." Pamit Reian, Virla mendengus lalu berjalan mengekori Reian lalu masuk ke dalam mobil.

   "Wa'alaikumussalam, hati-hati ya." Teriak Sintha, dibalas anggukan dari Virla dan Reian.

Mobil Reian mulai melaju meninggalkan pelataran rumah Virla.

   Didalam mobil, Virla sibuk berkutat dengan pikirannya. Sesekali ia mendengus sebal mengingat kejadian tadi malam, dimana Lana dan Dani beserta Reian datang kerumahnya dan membujuk Virla hanya agar ia mau berangkat bersama Reian.

   Reian sesekali melirik kearah Virla. Ia tersenyum simpul, kala dilihatnya Virla tengah mengerucutkan bibirnya kesal.

   "Pasti, dia lagi flashback kejadian semalam." Batinnya lalu kembali fokus menyetir. Senyuman lebar terukir dibibir Reian, ia seakan gemas sendiri mengingat Virla yang semalam mengamuk layaknya gorila kehilangan anaknya. Virla benar-benar bersikukuh tak ingin berangkat bersama Reian. Namun kekukuhannya hilang tatkala Lana berkata akan membelikan album terbaru Shawn Mendes, jika ia mau berangkat bersama Reian.

   Awalnya, Virla masih menolak, namun karena rasa cintanya yang begitu besar untuk idola yang katanya calon suaminya, Shawn Mendes, akhirnya Virla menyetujui untuk berangkat bersama Reian. Toh, ia hanya perlu semobil dengan Reian? Lalu apa susahnya?

   Bosan. Satu kata yang tengah melanda Virla saat ini dan untuk menghilangkan rasa bosannya itu, Virla akhirnya memutuskan mengambil earphone-nya lalu menyambungkan ke Handphone limited edition-nya, dan mulai menyetel lagu.

ReVirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang