4-adu bacot

27 15 4
                                    

    HAPPY READING
_______________________________________

   "Reian, Virla kok belum datang juga? Kamu, beneran udah bilang ke dia kan?" Tanya Lana penuh selidik.

   "Bunda mah, anak sendiri gak dipercaya. Sumpah, tadi itu Reian udah bilang ke Virla, bahkan sampe bela-belain datang ke rumahnya." Elak Reian. Ia juga tidak tahu, mengapa Virla belum juga datang. Padahal, tadi sore ia sudah membujuk wanita itu lewat Maminya, dan akhirnya dia pun menyetujui ajakan Reian.

   "Ya udah, coba kamu telfon Virla."

   "Lah Bunda kan bisa telfon sendiri, ngapain nyuruh Reian sih. Punya handphone juga."

   "Nih anak. Bunda sita handphone kamu, mau? Cepet telfon Virla sekarang!" Akhirnya Reian mengalah dan mengangkat handphone dari dalam sakunya lalu menghubungi Virla. Namun dalam hatinya, Reian ingin menyumpah serapahi wanita dengan setelan modis didepannya, mengingat jika wanita ini bukan bundanya.

   "Sebenarnya lo jadi dateng gak sih?! Kalau gak bilang, biar bunda gak perlu nungguin lo!" Pungkas Reian saat telfonnya sudah tersambung. Ia melampiaskan kekesalannya pada Virla.

   "Santai, gak usah ngegas!" Ujar Virla. Reian menoleh ke belakang. Ternyata Virla sudah sampai.

   "Ck, kirain lo bakalan ingkar janji." Ketus Reian.

   "Sorry, gue bukan lo." Sahut Virla tak kalah ketus lalu segera duduk di kursi depan Reian.

   "Udah, bacot banget sih kalian! Pusing pala barbie dengernya tau gak." Celetuk Lana membuat Reian geleng-geleng kepala melihat tingkah bunda hitsnya itu.

   "Jadi, maksud Bunda ngundang Virla kesini buat apa?" Tanya Virla sembari mencomot cemilan yang berada didepannya. Reian mendengus geli, melihat tingkah Virla yang seperti tuan rumah.

   "Oh itu, bunda cuman mau ngobrol aja sama Virla. Bunda kangen, abisnya Virla udah lama gak main kesini." Ucap Lana terdengar sendu diakhir kalimatnya. Reian hanya bisa memutar bola matanya melihat adegan alay didepannya.

   "Hehe maaf Bun, soalnya Virla akhir-akhir ini sibuk banget. Jadi, gak bisa main kesini." Balas Virla tak enak hati.

   "Alesan aja lo lampir! Sok-sokan bilang sibuk, padahal gak ada kerjaan apa-apa juga." Sahut Reian yang sedari tadi menutup mulut cabenya.

   "Nyahut aja lo remahan upil! Pergi sono, ganggu aja."

   "Remahan upil, mata lo suek! Orang gue ganteng gini. Emang lo, bucinnya miper!"

   "Eh, lo kok ngegas mulu sih dari tadi! Emang ajak gelut nih orang. Sini lo, biar gue tebas."

   "Eh, Body triplek, gak usah sok deh! Baru gue katain aja udah mewek, apa kabar kalau gue pites?!"

   "Apa? Lo ngatain gue apa? Body triplek? Emang ngajak berantem nih kadal!"

   "Gak terima? Ya udah sini, berantem sama gue!" Reian mulai berdiri dari duduknya, begitupun dengan Virla, ia sampai melipat lengan bajunya. Sedangkan Lana yang sedari tadi menjadi penonton pun, akhirnya membuka suara.

   "Udah-udah! Kalian kok malah berantem sih? Kamu Reian, mulut kamu kok bisa kayak uler gitu? Laki bukan sih?!"

   "Kejantanan anak sendiri diraguin. Bunda bukan sih?" Balas Reian mengikuti nada bicara Lana. Memang anak kurang asem.

   "Mending kamu pergi, sebelum kesabaran Bunda habis. Cepat!" Reian sontak berdiri dari duduknya dan berlari terbirit-birit kearah kamarnya. Sungguh, wajah Lana benar-benar menakutkan.

   "Dosa apa, punya anak kaya dia." Gumam Lana menetralisir emosinya. Reian yang sempat mendengarnya sontak mendengus kesal.

   "Harusnya, bunda bersyukur punya anak ganteng nan baik hati kayak Reian. Ini malah dibilang dosa. Kurang micin emang." Batinnya saat sudah berada di kamarnya.

   "Bunda yang sabar ya." Ucap Virla prihatin. Lana mengangguk lemah.

   "Ya sudah, tadi obrolan kita sampai dimana? Maklum udah tua, jadi cepet lupa." Virla nampak berpikir.

   "Oh, sampai di Virla bilang kalau gak bisa dateng karna sibuk." Jawabnya.

   "Ah iya, besok Virla sibuk gak? Mumpung hari minggu, temenin bunda shoping, bisa?" Tanya Lana penuh harap. Virla nampak berpikir.

   "Besok ya, kayaknya gak deh. Kebetulan, Virla juga mau beli perlengkapan sekolah." Lana tersenyum senang mendengarnya.

   "Coba aja kalau Reian itu perempuan." Gumam Lana, virla tersenyum maklum mendengarnya.

   "Bundaa, Reian denger lo." Teriak Reian dari arah tangga. Entah kenapa, ia suka sekali muncul tiba-tiba seperti setan.

   "Reian, ini rumah bukan hutan. Jangan teriak!" Balas Lana yang juga berteriak. Virla mengusap pelan telinganya yang seperti akan kehilangan fungsinya.

   "Lah, itu bunda juga teriak!" Ujar Reian yang kini sudah berada disamping Lana. Mendengar balasan anaknya, Lana hanya bisa mengusap dadanya sabar. Reian, anak semata wayangnya ini, memang suka sekali menguji kesabarannya. Memang harus siap sedia stok kesabaran kalau tinggal bersama Reian.

   "Mau apa kamu kesini? Bikin bunda naik darah? Iya?!" Semprot Lana terdengar tidak santai. Virla sampai harus mengusap dadanya karena kaget.

   "Bunda ih, dosa loh, suudzon sama anak sendiri." Balas Reian sok tersinggung dengan perkataan Lana. Virla hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku anak ibu yang satu ini.

   "Jadi, saya mau ijin buang air ke toilet, bu." Lanjut Reian bercanda, namun terdengar begitu serius. Virla yang gemas pun, langsung berdiri dan menggeplak kepala Reian. Sedangkan Lana, ia hanya menatap malas anaknya yang suka sekali acting itu, sama persis dengan dirinya.

   "Aduh, lo ngapain ngegeplak kepala gue sat!" Kesalnya dan memandang sinis Virla.

   "Karna lo, bego!" Sarkas Virla. Reian menatapnya sengit.

   "Ap-"

   "Udah-udah! Kalian ini emang suka banget bikin bunda naik darah. Sekarang Reian, mendingan kamu pergi dari rumah. Nunggu sampe Virla balik, baru kamu juga balik ke rumah. Capek hati hayati, liat kalian adu bacot mulu." Interupsi Lana yang masih sempat-sempatnya berkata alay.

   "Jadi ceritanya, bunda ngusir Reian? Karna lebih milih si Lampir?" Tanya Reian dengan nada menyindir. Lana dan Virla sama-sama mendengus.

   "Kenapa? Gak terima? Ya udah, emang saya pikirin?" Sahut Lana acuh tak acuh membuat Virla terkekeh pelan sembari mengacungkan jempol kearah Lana.

   "Ya ampun, punya bunda gini amat." Gumam Reian, lalu membalikan badannya. Lebih baik ia pergi sebelum dibuat gondok oleh 2 wanita didepannya ini. Bisa-bisa, ia diduga bunuh diri karena stress menghadapi bundanya dan wanita gila yang merupakan musuh bebuyutannya. Ah, benar-benar mengerikan.

   "Reian, mau kemana kamu?!" Panggil Lana. Reian menghela napasnya gusar.

   "Situ yang ngusir, situ pula yang nanya. Ini nih yang bikin puyeng. Hah... orang kelebihan ganteng mah gini, banyak cobaannya." Monolognya dalam hati. Lantas berlalu, mengabaikan panggilan bunda ter-zheyenknya.

   "Lah ngambek si kamvret."

____________________________________

Hahah ini part gaje amat ya?
Wkwkwk, bodo amat lah ya yang penting like😅
Ya udah lah ya

see u on the next chapter

Salam sweet
           💋
  Puput9146

ReVirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang