15-ngejauh?

13 11 1
                                    

   Happy reading

____________________________________

   Kemah telah berlangsung satu malam dua hari, Virla hanya mengikuti dengan malas serangkaian kegiatan yang diadakan. Namun jika ingin memilih, lebih baik ia pergi ke sekolah, menerima pelajaran, bergosip ria dengan sahabatnya Rena dan mendengarkan lagu dari calon suaminya, Shawn Mendes, lewat earphone-nya saat waktu istirahat, dibanding ia harus mengikuti kemah ini apalagi dengan adanya makhluk yang paling dibencinya. Siapa lagi kalau bikin Reian.

   Kini, saatnya makan siang. Namun, Virla lebih memilih untuk berjalan-jalan menyusuri pepohonan rindang disekitar area camp. Berada disini beberapa hari ini, membuat napsu makannya berkurang. Entah itu karena malas melihat Reian, atau karena apa.

   Sejak pertemuannya dengan Arka tempo hari, mereka kini terlihat akrab lebih dari sekedar sahabat. Arka bagaikan sosok seorang kakak untuk Virla. Ia benar-benar peduli pada Virla. Jika Virla tidak ingin makan, maka ia akan memaksa Virla, sampai Virla mengalah dan memutuskan untuk makan. Jika Virla mau kemana saja, pasti ia akan menemani Virla, membuat Virla merasa begitu aman sekaligus nyaman jika berada didekatnya.

   Apa Virla jatuh cinta padanya? Tentu saja tidak. Virla hanya menganggap Arka tidak lebih dari sahabat dan Arka juga menganggap Virla sebagai sahabat, mungkin lebih tepatnya adik. Usia mereka hanya terpaut 3 bulan dan tentunya Arka-lah yang lebih kakak dari Virla. Makanya itu ia menganggap Virla sebagai adiknya.

   "Udah gue bilang, kalo mau kemana-mana, ijin dulu ke gue." Virla menoleh kebelakang. Dilihatnya Arka yang tengah berjalan menghampirinya dengan raut wajah kesal yang tercetak jelas diwajah tampannya, membuat Virla terkekeh.

   "Ya elah, emang gue ini tahanan lo apa." Balas Virla. Kini, Arka sudah berada tepat disampingnya.

   "Ya bukan gitu, kalo lo jalan-jalan sendirian kayak gini, terus tiba-tiba ada hewan buas, gimana? Lo bisa ngelawan mereka? Gak kan? Nah makanya itu, kalo gue nemenin lo kayak ginikan, aman. Gue bisa jadi tameng buat lo." Tutur Arka disertai senyumnya sehingga tercetak jelas lesung pipi kirinya itu. Jika Virla tidak menganggapnya sebagai sahabat, maka sudah dipastikan ia akan jatuh cinta pada pria manis didepannya ini.

   "Gue baper nih." Candanya membuat Arka terkekeh, lalu mengacak lembut puncak kepala Virla.

   "Lo adek gue, jadi jangan baper. Entar dikira, lo kena penyakit brother complex lagi." Arka berujar diselingi candaannya.

   "Ya kali! Btw, sejak kapan gue jadi adek lo? Kenal aja baru kemaren." Celetuk Virla.

   "Sejak awal kita ketemu, gue udah nganggap lo adek gue, karna emang muka lo mirip sama adek gue yang udah meninggal." Ucap Arka lalu tersenyum miris, mengingat kepergian adik tersayangnya, membuat hatinya terasa sakit. Virla balas tersenyum canggung.

  "Sorry, gue gak bermaksud bu-"

   "Gak papa kali, santai aja. Jadi, gue bolehkan nganggap lo jadi adek gue?" Virla tersenyum menampilkan deretan giginya menanggapi perkataan Arka.

   "Iya, boleh kok." Balasnya.

   Mereka kembali melangkah dalam keheningan. Menikmati udara sejuk yang berhembus. Walaupun cuaca nampak begitu terik, itu sama sekali tidak mengganggu perjalanan mereka, karena panasnya matahari dihalangi pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi dan begitu rindang. Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang mengikuti mereka dari arah belakang. Orang itu mendengus, melihat mereka tertawa, apalagi saat melihat Arka mengelus puncak kepala Virla, emosi orang itu seakan siap meledak, namun sebisa mungkin ia tahan.

ReVirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang