part 5

265 26 0
                                    

Rian hanya termenung di kamarnya. Ini sudah dua minggu nana seperti menghindarinya. Dia sangat paham pasti tunangan nana yang memintanya. Tetapi dia juga sedih jika harus menyerahkan nana pada pria brengsek itu. Dia tidak ikhlas. Hanya saja dia tidak mungkin memaksa kehendaknya pada nana. Itu pilihan nana. Nana mencintai nya. Walaupun orang yang salah.

"Apa yang harus gue lakuin ya allah??"

Ring!!!

Rian mengambil hp nya di atas tempat tidur. Dia duduk dari tidurnya melihat layar hp.

Mama.

"Yes ma'am!"
"Apa anak mama lupa ingatan sampai hampir DUA BULAN tidak menghubungi mama nya?"omelan mama.
"Hehe. Sorry mam! Aku sibuk beberapa hari ini. Kerjaan cukup melelahkan" balas rian.
"Ya. Apa perkerjaan mu di sana?"
"Hanya perkerjaan biasa. Bagaimana keadaan mama?"
"Seperti biasa merindukan putranya yang jauh merantau!" Sindir mama.
"Ya terserah mama saja"

---

Emak sibuk mengurusi persiapan pernikahan putrinya yang tinggal empat bulan lebih itu. Untuk di daerah singkawang dengan budaya sambas. Memang membuat acara nikahan lebih ribet. Mulai dari mandi pengantin sampai acara sarakalan (lagu yang berisiko shalawat nabi) tambahan acara prasmanannya lagi. Itu membuat emak sibuk.

Nana juga terlihat sibuk untuk menyiapkan pernikahannya. Fitting baju, undangan dan lainnya. Semua nya harus di persiapkan. Data data yang harus di ajukan juga telah di siapkan. Seminggu sebelum akad di KUA harus di selesaikan administrasi nya.

Nana sempat merasakan rindu pada rian. Entahlah! Kenapa hatinya terasa bimbang. Seharusnya dia bahagia. Tidak ada yang bisa di bandingkan jika menikah dengan orang yang kita cintai. Ewin masih bersikap acuh. Bahkan semenjak kejadian itu dia hanya dua kali hadir ke rumah. Itupun hanya mengurusi pernikahan. Dia seperti bukan pengantin yang berbahagia. Dan itu membuat nana semakin bimbang.

"Kenapa sya? Mukanya masam gitu?" Emak merangkul bahu nana yang sedang menikmati filmnya.
"Nana gak tau mak, rasanya bimbang aja?"Sahut nana.
"Nana hah! kayaknya nama kesayangan bang rian dah melekat?"Goda emak.
"Serius mak!"
"Bawa sholat sya. Serahkan dengan allah!" Mama berdiri meninggalkan nana ke kamar.

---

Tok.Tok.Tok.

"Bang rian?"Suara perempuan mengetuk pintu itu membuat lamunan rian tentang pernikahan nana yang membuat sesak dadanya bubar.

Dia membuka pintu kamarnya. Ada nana di depan sana. Dia memasang senyum lembut seorang abang di sana.
"Ada apa na?"
"Bisa nana curhat dengan abang?"
"Kita duduk di depan rumah aja"

Mereka berjalan menuju teras rumah nana. Duduk di lantai. Rian bersandar pada pilar teras dengan duduk bersila. Nana menghadap rian duduk di depannya.

"Nana cemas"
"Why?"
"gak tau. Nana juga bingung. Apa gugup? Tapi rasanya lain. Nana cemas bang" curhat nana.
"Bawa sholat na. Serahkan dengan allah. Insyaallah. Minta petunjuk"

---

Nana berjalan santai di kampungnya. Dia baru membeli mie goreng di ujung jalan rumahnya. Dia masih memiliki kebingungan dalam hatinya. Entah karena apa?

"Kita ketemu lagi?"

Suara pria membuat nana waspada. Pria mabuk yang hampir merampoknya itu membuat ulah kembali. Nana langsung berlari menjauh. Padahal ini baru jam 8 malam kenapa sepi begini. Pria itu langsung menangkap pinggang nana. Nana meronta dan berteriak minta tolong.

"TOLONG!!!"

"Sttt!! gak bawa duit kan? Gimana kalau kita bersenang?" Pria itu menjilat telinga nana membuat nana terisak menangis.
"Mmmmpppphhhhh!!" Nana terus memberontak. Bekapan mulut pria yang bercampur akhohol itu membuat nana mual.

BUGH!!

Pukulan kayu dari belakang membuat pria mabuk itu tumbang menimpa tubuh mungil nana. Nana langsung bangkit dari mendorong kasar pria mabuk itu.

"Nana??" Suara berat serak yang selalu menjadi pengalamannya.
"Bang rian!!" Nana langsung berdiri memeluk rian erat. Dengan isak tangis ketakutannya. Riang mengelus punggung nana lembut. Hanya elusan tanpa kata kata. Nana terus terisak selama perjalanan pulangnya. Rian terus saja memeluk nana. Sesekali mengelus bahu nya.

Setiba di rumah nana. Pintu rumah telah di tutup terlihat dari jauh. Rian tetap membimbing nana ke rumah. Dia mengetuk pintu rumah nana kuat.

Clek! BUGH!! Akh!!

Satu tinju mentah mendarat di pipi rian membuat pelukan nya terlepas dari nana. Walaupun dia tidak sampai terhempas tetapi pukulan itu cukup membuatnya pusing.

"Kamu apakan Nasya hah!!" Ewin yang keluar dari pintu kembali melayangkan tinjunya tetapi di tahan oleh bapak.
"Cukup win! Nasya , rian masuk!" Perintah bapak. Emak hanya merangkul nana yang semakin ketakutan dengan perkelahian rian dan ewin.

---

"Kenapa !" Tanya bapak lebih ke bentakan.
"Kamu apakan Nasya sampai nangis!!" Bentak ewin. Bapak hanya memandang malas menantunya. Ewin memang sulit mengendalikan emosinya.
"Dia hampir aja kena perkosa tadi. Aku bantuin. Dia nangis sepanjang jalan" jelas rian. Raut wajah bapak sendu.
"Cih! Pintar kamu cari muka!! pembohong!!" Bentak ewin lagi tanpa peduli mertuanya di sana.

"Makasih rian. Kamu balik aja ke kamar. Obatin muka mu?" Bapak memandang lembut rian dan menatap tajam ewin.
"Kendalikan emosi mu!"

Rian pamit kembali ke kamar kosannya. Hatinya pahit jika melihat nana menangis. Dan semakin pahit dan perih saat ewin yang akan ada di sana menemani nana. Nana nya. Dia memandang sinis wajahnya di kaca. Luka lebam yang cukup biru di sana.

"Kenapa gue jatuh cinta tapi gak bisa memiliki??" gumam rian.

"Ini menyakitkan"

Empat bulan lagi nana akan resmi menjadi milik orang.

Apa gue sanggup

Apa sanggup melihat wanita yang kita cintai menjadi milik orang.

NANA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang